lantai 5 * The Cactuswild

Lantai lima memberikan pemandangan yang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya. Seperti masuk ke dunia yang sepenuhnya baru, kami disambut oleh hutan yang tampaknya dipenuhi dengan kaktus. Pepohonan berduri menjulang tinggi di langit-langit, menciptakan bayangan-bayangan aneh di bawahnya. Matahari bersinar terang di langit, tidak hanya satu, tapi dua matahari yang menghasilkan panas yang hampir tak tertahankan di permukaan tanah.

Sinar matahari yang menyilaukan dan udara yang kering membuat kami merasa seolah-olah terbakar oleh panasnya. Setiap hembusan angin terasa seperti menyapu kami dengan belati panas, membuat kami terus mencari tempat yang teduh. Namun, di tengah pemandangan yang kering dan tandus ini, kami menyadari bahwa tantangan baru telah menantikan kami di lantai ini.

Di tengah teriknya dua matahari yang menyengat, pencarian kami untuk menemukan tempat teduh akhirnya membuahkan hasil. Setelah berjalan berjam-jam di antara pohon-pohon kaktus yang tak berpenghuni, kami menemukan sebuah oasis kecil yang menyegarkan. Air jernih mengalir dari mata air kecil, menciptakan telaga kecil di tengah padang pasir.

Dengan lega, kami beristirahat sejenak di tepi oase, merasakan embusan angin yang sejuk dan menikmati suara gemericik air yang menenangkan. Si abu menghabiskan waktunya dengan menjilati air segar dari mata air, sementara aku mengamati sekitar untuk memastikan bahwa tidak ada ancaman yang mengintai di sekitar. Rasanya seperti menemukan surga kecil di tengah neraka panas, memberi kami kekuatan untuk melanjutkan perjalanan kami di lantai yang penuh tantangan ini.

Dengan terkejut, kami menyadari bahwa malam telah tiba dengan cepat, dan perubahan drastis cuaca langsung terasa. Terbalik dari siang yang panas, malam di lantai ini membawa dingin yang menusuk tulang. Angin malam membawa hembusan dingin yang membuat kami gemetar, bahkan setelah kami beristirahat sejenak di tepi oase.

Kami segera menyadari bahwa kami harus mencari perlindungan dari cuaca yang keras ini. Dalam kegelapan malam, kami bergegas mencari tempat untuk berteduh, mencari tempat yang cukup hangat untuk menjaga kami dari kedinginan yang menusuk.

Dengan lega, kami menemukan sebuah gua yang cukup besar untuk kami berdua. Meskipun sempit, itu memberikan perlindungan yang cukup dari angin malam yang menusuk dan suhu yang merosot tajam. Kami memasuki gua itu dengan hati lega, merasa terlindungi dari cuaca yang keras di luar sana.

Dalam kegelapan gua, kami berdua merasa lega untuk pertama kalinya sejak tiba di lantai ini. Kami duduk di dalam gua, merasa hangat dengan kehadiran satu sama lain, dan mempersiapkan diri untuk beristirahat sebelum melanjutkan petualangan kami di lantai ini esok hari.

Dengan tubuh yang lelah dan pikiran yang tenang, kami berdua akhirnya terlelap di dalam gua yang gelap. Tidak ada mimpi yang mengganggu, hanya kedamaian yang terasa begitu menyenangkan setelah perjalanan yang melelahkan.

Keesokan harinya, terik matahari menyambut kami saat kami bangun dari tidur malam yang nyenyak. Cahaya menyilaukan memasuki gua melalui celah-celah di atas, memberi kami semangat untuk melanjutkan perjalanan kami di lantai berikutnya. Dengan semangat yang baru dan tekad yang kuat, kami bersiap untuk menjelajahi hutan kaktus ini dan mengungkap apa yang menunggu di sana.

Di lantai ini, hening yang menggantung di udara terasa begitu kuat. Tidak ada suara kicauan burung atau kicauan serangga, hanya desiran angin yang lembut di antara deretan kaktus-kaktus yang berdiri kokoh. Keadaan ini memberikan kesan sepi namun juga menenangkan, membuat kami merasa seperti pelancong yang tersesat di padang pasir yang sunyi.

Dengan langkah hati-hati, kami mulai menjelajahi hutan kaktus ini, berharap menemukan petunjuk atau mungkin sesuatu yang menarik di antara pepohonan berduri ini. Meskipun tak ada makhluk hidup yang kami temui, kami tetap waspada, siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi di tempat yang terasa begitu sunyi ini.

Dengan langkah yang semakin tergesa-gesa, kami melanjutkan perjalanan kami di tengah hutan kaktus yang tanpa henti. Rasa lapar yang menggelayut membuat setiap langkah terasa berat, namun kami tetap bertahan, mencari cara untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras ini.

Setelah beberapa hari berlalu tanpa menemukan sumber makanan yang memadai, keputusan untuk memanfaatkan pohon kaktus menjadi semakin tidak terhindarkan. Meskipun rasa takut akan duri-durinya yang tajam, kebutuhan akan makanan akhirnya memaksa kami untuk mengambil tindakan tersebut. Dengan hati-hati, kami memotong beberapa kaktus dan mengambil isinya, meskipun rasanya tawar dan licin, setidaknya itu menjadi sumber nutrisi yang kami butuhkan untuk bertahan hidup di tengah padang pasir yang tandus ini.

Semakin hari, perasaan putus asa semakin menggelayut di antara kami. Meskipun kami berusaha untuk tetap optimis, kenyataan bahwa kami telah berputar-putar di hutan kaktus ini selama lebih dari seminggu tanpa menemukan petunjuk yang jelas membuat hati kami merasa tercekik oleh ketidakpastian. Setiap langkah yang kami ambil terasa seperti langkah ke dalam kehampaan, tanpa tujuan yang jelas atau harapan yang nyata.

Di bawah terik matahari yang menyengat, kami terus mencari, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan atau arah keluar dari hutan ini. Namun, setiap sudut yang kami telusuri hanya mengungkapkan lebih banyak hutan kaktus yang tak berujung. Rasanya seperti kami terjebak dalam lingkaran setan, terus berputar tanpa akhir, tanpa harapan untuk keluar dari situasi yang semakin putus asa ini. Tetapi meskipun perasaan putus asa itu terus menggelayut, kami tetap bertekad untuk bertahan hidup, bahkan di tengah keadaan yang paling suram sekalipun.

Badai pasir raksasa yang tiba-tiba muncul membuat situasi kami semakin memburuk. Kami segera berusaha mencari tempat perlindungan dari hembusan angin keras dan pasir yang mematikan, namun pilihan kami terbatas di tengah padang pasir yang luas ini. Teriakan kesalanku tercampur dengan raungan angin, menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Selama berjam-jam, kami terjebak di dalam pusaran pasir, berjuang untuk bertahan hidup di tengah badai yang ganas. Setiap hembusan angin membawa pasir yang menyakitkan, dan pandangan kami terhalang oleh kabut tebal yang memenuhi udara. Dalam kegelapan dan keputusasaan, kami berusaha untuk tetap bersatu dan tidak kehilangan harapan.

Tetapi di tengah badai yang tak kenal belas kasihan ini, tampaknya segala sesuatunya menjadi semakin sulit. Kehidupan kami terus bergulir di ujung tanduk, dan kami harus mencari cara untuk bertahan hidup di tengah keadaan yang semakin menyulitkan ini.

Tubuh kami terkubur di dalam pasir, tak sadar akan bahaya yang mengintai di depan. Saat kami mencoba untuk menggali keluar dari pasir, kegelapan tergantikan oleh pemandangan yang mengejutkan: sebuah piramida raksasa menjulang tinggi di hadapan kami. Struktur megah itu berdiri di tengah padang pasir, menjulang tinggi ke langit biru yang kemerahan akibat dua matahari yang menyinari lanskap gersang ini.

Kami terdiam, terpesona oleh kebesaran dan misteri piramida tersebut. Seiring kami mencermati lebih dekat, detail-detail arsitektur yang rumit dan keindahan geometrisnya semakin terungkap di hadapan kami. Namun, ketakutan tetap menyelubungi pikiran kami karena kami belum mengetahui apa yang menanti di dalam piramida ini. Apakah itu bahaya atau mungkin jawaban atas misteri yang telah menghantui kami selama ini?

Dengan hati-hati, kami mendekati piramida, siap untuk menjelajahi rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Tetapi saat kami melangkah mendekat, ketakutan dan rasa ingin tahu berbaur menjadi satu, menciptakan perasaan campuran yang sulit untuk dijelaskan. Hanya waktu yang akan memberi jawaban atas semua pertanyaan yang kami miliki.

Kami memasuki piramida dengan hati-hati, langkah demi langkah, menyusuri lorong-lorong yang gelap dan misterius. Saat kami mencapai ruangan utama, kami dihadapkan pada pemandangan yang menggemparkan: di tengah ruangan, terdapat makhluk bertubuh manusia dengan kepala hewan, seperti dewa-dewa Mesir kuno yang pernah kami lihat dalam legenda.

Tubuhnya kokoh dan gagah, dengan wajah yang menatap kami dengan pandangan tajam. Cahaya remang-remang yang masuk dari lubang-lubang di langit-langit piramida menyoroti detail-detail patung makhluk itu, menambah aura misterius yang menyelimuti ruangan. Kami berdiri terpaku, terpesona dan takjub oleh kehadiran makhluk tersebut, sekaligus merasa kebingungan akan tujuan sebenarnya kami di sini.

"Mereka mirip dengan dewa-dewa Mesir kuno," ucapku, mencoba untuk menangkap keajaiban yang terpampang di hadapan kami. Suara angin berdesir lemah merasuki ruangan, menambahkan kesan sakral dan magis pada pertemuan kami dengan makhluk yang tak terbayangkan ini. Di balik keindahan dan ketakutan, kami menyadari bahwa kami telah menemukan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah kami bayangkan.Dengan jantung berdebar, aku menyadari bahwa pintu masuk piramida telah tertutup dengan tiba-tiba, meninggalkan kami terperangkap di dalam. Suasana ruangan menjadi semakin tegang, dihiasi oleh keheningan yang menyelubungi kami. Kami saling bertatapan, mencoba mencari jawaban atas misteri yang tengah kami hadapi.

"Kita terjebak di sini," desisku dengan suara gemetar, mencoba meredakan kecemasan yang melanda kami. Si abu menatapku dengan ekspresi khawatir, menyadari bahwa kami berdua berada dalam situasi yang sangat sulit.

Tanpa banyak kata, kami memutuskan untuk menjelajahi piramida ini, mencari jalan keluar atau setidaknya mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini. Dalam kegelapan yang menyelimuti, langkah-langkah kami terdengar gemetar di lorong-lorong piramida, mengisyaratkan awal dari petualangan baru yang penuh dengan misteri dan bahaya yang tak terduga.

Dalam keheningan yang menakutkan, kami melangkah dengan hati-hati di antara patung-patung yang megah, mencoba untuk tidak membuat kebisingan yang berlebihan. Setiap langkah kami terasa sebagai ancaman yang menggantung di udara, mengingatkan kami bahwa bahaya bisa mengintai di setiap sudut piramida ini.

Dengan hati-hati, aku memperhatikan setiap detail patung-patung itu, mencoba menemukan petunjuk yang mungkin ada di antara mereka. Namun, semakin lama kami berada di dalam piramida ini, semakin kuat rasa ketidaknyamanan yang menyelimuti diriku.

"Kita harus berhati-hati," bisikku kepada si abu, mencoba menyadari bahwa langkah yang salah bisa berakibat fatal bagi kita. Dengan mata yang waspada, kami melanjutkan perjalanan di dalam piramida, berharap untuk menemukan jawaban atas teka-teki yang mencekam ini.

Dengan cepat, patung-patung yang sebelumnya diam itu berubah menjadi musuh yang mengancam, meluncur maju dengan gerakan yang mengesankan. Si abu dan aku bereaksi dengan refleks, melompat ke belakang untuk menghindari serangan mereka.

"Aim, bersiaplah untuk bertarung!" aku berseru, mempersiapkan pedang Aim untuk pertarungan yang akan datang. Dengan cepat, aku meluncurkan serangan balik, berusaha menangkis serangan musuh sambil mencari celah untuk menyerang.

Namun, musuh-musuh ini tidaklah mudah dikalahkan. Mereka memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa, membuat pertarungan semakin sulit. Kami harus bertarung dengan cerdas dan hati-hati, mencari kelemahan musuh sambil menjaga diri agar tidak terluka.

Dalam pertarungan yang sengit ini, kami bertekad untuk bertahan hidup dan menaklukkan musuh-musuh yang mengancam di dalam piramida yang misterius ini.

Dengan setiap serangan yang kami lancarkan, kami merasakan betapa kuatnya tubuh patung-patung ini. Bahkan dengan kecepatan dan ketangkasan yang luar biasa, mereka berhasil menghindari sebagian besar serangan kami dan bahkan menyerang balik dengan kekuatan yang mematikan.

Si abu menggunakan kemampuan esnya untuk membekukan beberapa musuh, sementara aku berusaha menyerang yang lain dengan pedang Aim. Namun, mereka terus datang, tidak kenal lelah, seolah tidak terpengaruh oleh rasa sakit atau kerusakan.

Kami terus bertarung, mengatur strategi kami dan mencoba menemukan cara untuk mengalahkan musuh-musuh ini. Meskipun sulit, kami tidak menyerah, bertekad untuk mengalahkan setiap musuh yang menghalangi kami di dalam piramida ini.

Dengan setiap langkah kami di dalam piramida, kami harus waspada terhadap jebakan mekanis yang tersembunyi di sekitar kami. Meskipun fokus pada pertempuran dengan patung-patung hidup, kami harus tetap waspada terhadap jeratan dan perangkap yang bisa saja menyebabkan bahaya yang sama fatalnya.

Saat melawan musuh-musuh yang bergerak dengan cepat dan lincah, kami juga harus menghindari serangan sihir yang tak terlihat yang dilontarkan dari sudut-sudut gelap ruangan. Kami merasakan kehadiran energi magis yang gelap dan berbahaya di sekitar kami, membingungkan dan mengancam keberadaan kami di dalam piramida yang misterius ini.

Meskipun kami berjuang keras melawan musuh-musuh yang menyerang dari segala arah, kami terus melangkah maju dengan tekad yang kuat, yakin bahwa kami akan menemukan cara untuk mengatasi semua rintangan yang ada di hadapan kami.

Dengan kesadaran bahwa patung-patung tersebut terbuat dari pasir, aku segera menyadari kelemahan mereka. Dengan keahlian sihirku yang berbasis air, aku mencoba untuk memanfaatkan elemen yang ada di sekitar kami. Dengan gerakan tangan yang cepat, aku mengumpulkan setiap tetes air yang tersedia di udara dan tanah di sekitar kami, mengkonsentrasikan kekuatan sihirku untuk mengubahnya menjadi gelombang air yang kuat.

Dengan serangan air yang kuat dan menghancurkan, aku berusaha menghancurkan struktur patung-patung tersebut, menyebabkan mereka runtuh satu per satu. Aku berharap bahwa dengan mengubah pasir mereka menjadi lumpur, aku bisa mengurangi kekuatan dan ketahanan mereka, membuat mereka lebih mudah untuk ditaklukkan.

Namun, perjalanan kami di dalam piramida tidak berakhir di situ. Kami harus tetap waspada terhadap jebakan dan rintangan yang mungkin menghalangi jalur kami menuju keluar. Dengan tekad yang kuat dan kerjasama antara aku, si abu, dan Aim, kami bersiap untuk menghadapi segala hal yang mungkin kami temui selanjutnya di dalam piramida misterius ini.

Setelah berhasil mengalahkan patung-patung tersebut dan semua jebakan berhenti, kami merasa lega sejenak. Namun, kelegaan itu singkat ketika sebuah prisma emas muncul tiba-tiba dari atas piramida. Aku merasa tubuhku tertarik ke arah prisma itu, dan tanpa peringatan, aku merasakan rasa sakit yang luar biasa menusuk seluruh tubuhku.

Aku mencoba untuk menahan rasa sakit itu, namun terasa seperti setiap serat tubuhku ditarik ke arah prisma tersebut. Sementara itu, si abu terlihat khawatir melihatku dalam kondisi seperti ini, meskipun dia sendiri tidak terpengaruh oleh prisma itu.

Dalam keadaan terdesak seperti ini, aku mencoba menggunakan sihirku untuk melawan pengaruh prisma emas itu, tetapi tampaknya kekuatan sihirku tidak cukup untuk melawan daya tariknya. Kami terjebak dalam situasi yang semakin berbahaya, tanpa jalan keluar yang jelas di hadapan kami.

Setelah perlawananku yang sia-sia, tanpa hasil yang memuaskan, tiba-tiba rasa sakit yang menyiksa tubuhku menghilang. Aim segera memberikan laporan, "lapor, peningkatan silver bloodline (sirkuit sihir) menjadi legendary bloodline (sirkuit sihir) berhasil. Selamat tuan rumah, Anda telah mendapatkan legendary bloodline pertama."

Kabar itu membuatku terkejut dan juga lega. Meskipun perjalanan ini penuh dengan tantangan dan bahaya, setidaknya kami telah memperoleh sesuatu yang berharga. Dengan legendary bloodline baru ini, kami merasa lebih siap menghadapi ancaman-ancaman di lantai-lantai berikutnya.

Kemudian, ruang kosong terbuka di hadapan kami, dan seperti sebelumnya, tangga misterius muncul lagi. Tanpa pikir panjang, kami memasukinya, siap untuk melanjutkan petualangan kami ke lantai selanjutnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!