Menyembunyikan semua kenyataan atau mengungkapkan semuanya sama dengan tidak mengubah apapun.
Niat hati Tumang mengintrogasi Nek Sirih terhalang panggilan Joko. Dia berbisik kedatangan santri baru yang menempat Kasur Boy. Penghuni saung tiga berbaris di dekat pintu, pandangan memperhatikan anak laki-laki muda yang sibuk Menyusun peralatannya. Rambut ikal, tato harimau di bagian punggung, dia juga memiliki tatapan mata yang sangat tajam. Tumang yang terlebih dahulu menyapanya, saling menukar nama dan informasi terhenti kedatangan pria yang berjanggut yang memberikan petunjuk dan tata tertib.
"Pak Janggut, maaf saya mau bertanya. Teman saya Dartok, dia ada di saung berapa?"
"Apa yang kau tanyakan? Siapa anak laki-laki itu?"
"Loh kok bapak lupa sih
Tumang tidak melupakan awal mula pria asing yang mengantarkannya dan Dartok sampai ke dermaga. Menyebut dengan panggilan pak Janggut membuat emosi yang di tahan terlepas mematahkan gagang sapu. Hanya satu Gerakan, batang kayu terbagi dua.
"Saya salah satu penjaga asrama. Saya berharap kalian mematuhi semua peraturan disini."
"Tunggu pak "
Tumang di cegah teman-temannya, dia menghentakkan tubuh lalu mengejar sip ria berjanggut. Pria itu menghilang di ganti ramai kepakan dan suara burung hantu. Ragu untuk melanjutkan Langkah, di depan terlalu gelap. Obor yang di nyalakan di bagian depan surau padam, pikiran Tumang semakin kacau.
"Pasti bapak tadi berbohong! Terlebih lagi, aku harus mencari banyak informasi dari nek Sirih esok hari" batinnya.
Udara lembab yang sepi, dedaunan kering yang mengguyur tubuh. Suara angin berbisik, bayangan secepat kilat di belakangnya. Tumang melawan rasa takut, dia membuka penutup kendi air. Memulai mengambil air wudhu, membaca do'a sebelum menyapu tangan. Api obor padam Ketika hendak membaca do'a selesai berwudhu. Dia mendengar suara meracau, di bagian tengkuk terasa begitu dingin.
Di Surau yang sepi seolah semua santri sangat cepat melaksanakan ibadah Tengah malam. Saat akan mengucapkan salam, dia mulai merasakan kehadiran makhluk halus di belakangnya. Tumang merasa sedari tadi sosok itu juga mengikuti gerakannya.
Hii..hihhh...
Wajah yang tidak terbentuk, aroma amis, kelopak mata legam. Sosok yang terbungkus bak pocong lebih tinggi darinya. Tumang benar-benar terkejut, dia berlari keluar tanpa alas kaki. Membaca ayat kursi hingga saling berbenturan dahi santri yang menunduk menutupi wajahnya.
"Kamu! Haduh sakitnya. Kamu mau sholat Tahajjud juga?" tanya Tumang sembari mengusap dahinya yang benjol.
Santri di depannya tidak menjawab, dia berjalan masuk ke Surau dari pintu belakang. Tumang membaca ayat kursi di dalam hati, dia merasakan santri tadi sedikit berbeda. Semula, dia tidak tega meninggalkannya sendiri, Tumang berbalik berniat menemani karena merasakan banyak makhluk- makhluk yang mengikutinya. Di depan ada Paijo, berpikir dia akan melaksanakan dua raka'at maka Tumang mengatakan ada santri yang masih di dalam sana.
Sesampainya di dalam, tidak Nampak ada sandal di latar dan Ketika masuk pun tak terlihat seorang santri yang disebutkan. Dia cepat-cepat mengambil air wudhu, Gerakan di hentikan karena ada yang berlari-lari kecil di belakangnya. Paijo menoleh, dia mengusap kedua bola mata melihat santri berpakaian hitam.
"Kalau nggak salah, itu kan si Keleng" gumamnya.
Leng! Kamu nggak tersesat kan? Masuk Surau kok lewat belakang, kayak setan aja! Leng..."
"Ssttts! Psssttt! Paijo! Ngapain sih ngomong sendiri! Passttt!" panggil Joko sambil berbisik.
Di sisi lain Tumang menarik lagi keinginannya menemui Kliwon. Terlepas dari Pikiran terlalu kacau, dalam ketakutan mewanti kemungkinan besar akan terjadi kejadian yang lebih buruk lagi. Kerumunan santri memanggil nama Paijo.
Tumang mencoba memusatkan pikirannya meskipun suasana semakin mencekam. Saat kerumunan santri memanggil nama Paijo, dia merasa semakin terisolasi. Tiba-tiba, suara langkah kaki menghampirinya dari belakang. Dengan hati berdebar, Tumang berbalik untuk melihat siapa yang mengikutinya.
Tumang mencoba memusatkan pikirannya meskipun suasana semakin mencekam. Saat kerumunan santri memanggil nama Paijo, dia merasa semakin terisolasi. Tiba-tiba, suara langkah kaki menghampirinya dari belakang. Dengan hati berdebar, Tumang berbalik untuk melihat siapa yang mengikutinya.
Namun, tidak ada siapa pun di sana. Hanya gelap dan hening. Pikirannya mulai melayang ke kisah-kisah yang pernah didengarnya tentang kejadian aneh di asrama ini. Dia berusaha menenangkan diri, mencari tahu apakah ada alasan logis di balik semua ini.
Saat dia hendak kembali ke surau, sebuah suara berbisik menghantam telinganya. "Jangan pernah berpaling dari kebenaran," ucap suara itu, membuat bulu kuduknya merinding.
Tumang tersentak kembali, mencoba mencari sumber suara itu. Namun, lagi-lagi, tidak ada yang terlihat. Dia merasa seperti dikelilingi oleh kegelapan yang mengintai, siap untuk menyerapnya setiap saat.
Dengan langkah ragu, dia berjalan menuju surau. Namun, saat dia memasuki ruangan, dia disambut oleh pemandangan yang mengguncangnya. Di dinding surau, terpampang tulisan aneh yang terbuat dari darah segar: "Hati-hati dengan siapa yang kamu percayai."
Tumang merasa jantungnya berdegup kencang. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah ini hanya lelucon yang dipersiapkan oleh senior-seniornya atau ada sesuatu yang jauh lebih gelap di balik semua ini?
Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk mencari jawaban sendiri. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati, tetapi dia tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai dirinya. Dengan langkah-hati, dia melangkah keluar dari surau, siap untuk menghadapi apa pun yang menunggunya di gelapnya malam.
Tumang melangkah keluar dari surau dengan hati yang berdebar-debar. Langit malam gelap, hanya cahaya bulan yang redup yang menerangi langkah-langkahnya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang mengintai di kegelapan, tapi dia bertekad untuk menemukan kebenaran.
Saat dia berjalan melewati lorong-lorong yang sepi, dia mendengar suara langkah kaki yang mengikuti dari belakang. Setiap kali dia berbalik, tidak ada siapa-siapa di sana. Tetapi dia bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat, sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri tegak.
Tumang terus berjalan, mengikuti suara-suara itu. Dia merasa seperti sedang diarahkan ke suatu tempat, tetapi tidak tahu oleh siapa atau apa. Setiap detiknya dihabiskan dalam ketegangan dan kecurigaan.
Akhirnya, dia tiba di sebuah bangunan tua yang tersembunyi di balik pepohonan yang lebat. Bangunan itu terlihat seperti telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, dengan pintu dan jendela yang rapuh dan terbuka lebar.
Tumang merasa getar di dalam dirinya saat dia memasuki bangunan itu. Di dalamnya, dia menemukan ruangan yang gelap dan berdebu, dengan barang-barang yang teronggok di sudut-sudut ruangan. Dia merasa seperti ada sesuatu yang mengawasinya, tetapi dia tidak bisa melihat apapun.
Saat dia menjelajahi ruangan itu, dia menemukan sebuah buku tua yang tergeletak di atas meja kayu. Dengan hati-hati, dia membukanya dan mulai membaca halaman-halaman di dalamnya. Apa yang dia temukan membuat bulu kuduknya merinding.
Buku itu berisi catatan-catatan tentang kejadian-kejadian aneh yang terjadi di asrama itu selama bertahun-tahun. Ada kisah-kisah tentang makhluk-makhluk halus yang menghantui tempat itu, tentang penghuni asrama yang menghilang secara misterius, dan tentang rahasia gelap yang tersembunyi di dalam dinding-dinding bangunan itu sendiri.
Tumang merasa seperti dia telah menemukan potongan-potongan dari teka-teki yang selama ini mengganggu asrama itu. Tapi dia juga merasa seperti dia telah membuka pintu menuju sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
Dengan hati-hati, dia menutup buku itu dan meninggalkan bangunan itu dengan langkah cepat. Dia tahu bahwa dia harus berbagi temuannya dengan teman-temannya, tetapi dia juga menyadari bahwa kebenaran bisa memiliki kenyataan yang mengerikan.
Saat dia melangkah keluar dari bangunan itu dan kembali ke asrama, dia tahu bahwa perjalanan menuju kebenaran baru saja dimulai. Dan dia bertekad untuk menemukan jawaban-jawaban yang dia cari, meskipun itu berarti menghadapi bahaya yang tak terbayangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Anindya K Setiawan
senyum senyum saja cuyy waktu Tumang berjalan sambil menabrak salah satu santri kerena takut pocong! untungnya pocong itu nggak ikut si tumang. untung bacanya bakdza asyar kalau malaam atau abis isya pasti aku lari kak🤦♀️. mantap pokoknya mah novelna🙏
2024-02-11
0
Banjar
Saya suka bagaimana cerita ini menggabungkan unsur-unsur misteri, petualangan, dan ketegangan emosional. Ini membuat saya tidak sabar untuk melihat bagaimana Tumang dan teman-temannya akan menyelesaikan masalah ini dan apakah mereka akan berhasil mengungkap kebenaran yang tersembunyi. Lanjutkan
2024-02-11
0
👑keluarga author
meningkat di antara Tumang dan teman-temannya. Setiap langkah yang mereka ambil membuat semakin penasaran akan apa yang akan terjadi selanjutnya. setuju, Fira! Selain itu, cara penulis membangun atmosfer yang gelap dan misterius benar-benar membuat terpaku pada cerita ini. benar-benar merasa seolah-olah berada di sana bersama Tumang dan teman-temannya, merasakan ketegangan dan kecemasan mereka.
2024-02-11
0