Sangat Genting

“Tumang, kamu harus pergi!”

Tidak tau apa yang di alami sekarang apakah mimpi, ilusi atau kenyataan. Ustadz Isra berdiri di depannya, dia memegang tasbih. Walau wajahnya pucat namun terlihat tubuhnya seperti bercahaya, dia memberikan Tumang air putih di dalam wadah daun berbentuk mangkuk. Tangannya yang dingin menyentuh kedua kakinya yang sakit.

Tiga tepukan, Tumang Kembali membuka mata. Kakinya tidak lagi terasa sakit, Tumang membuka perban. Mencoba menggerakkan kaki sampai dia bisa berjalan seperti sedia kala.

“Jok! Lihat, kaki ku udah sembuh!” kata Tumang penuh riang.

“Wok! Lihat! Ustadz Isra yang menyembuhkan aku!”

“ Hah? Memangnya kaki kamu kenapa? Liburan kali ini hanya ada penghuni dua saung santriwan, satu saung santriwati dan ustadz wali yang berada di rumahnya dekat pesantren Bersama istrinya” jawab Wali dengan mengerutkan dahi.

“Jangan-jangan kamu masih mimpi Tum. Ayo kita cari bahan makanan” ajak Joko memegang dua keranjang kosong.

“Maksudnya? Semua santri sini tau bagaimana keanehan disini. Wok! Jok! Kalian lupa? Santri saung tiga juga andil di peristiwa itu kan?”

“Duh beneran ngawur nih anak..”

......................

Apa aku sudah gila? Aku tidak mungkin salah, ya walau sebagai seorang insan di muka bumi ini pada dasarnya tidak pernah luput dari salah _Tumang_

Tumang enggan ke pasar, dia masih penasaran lalu mencari Butet. Tetapi, pembatas santriwati seperti di jaga beberapa pria berbaju hitam. “Apa mereka malaikat? Atau jin?” batin Tumang berbalik.

Memperhatikan seorang wanita yang membungkuk di dekat kebun sayur. Mengikuti sampai dia mengurungkan niat menanyakan hal-hal yang terkait tentang pemondokan. Tidak terkira wajah si Tumang mengekspresikan ketakutannya. Wanita yang di ikutinya telah berdiri belakangnya. Aroma khas bunga kantil. Dia menggelengkan kepala, jari telunjuknya yang bengkok mengarah ke pemondokan.

“Hah, Huuu!” suara kecil Tumang parau.

“Ada apa? Nenek tau sedari tadi kau mengikuti ku”

“Maafkan saya nek, saya___”

“Tidak usah di lanjutkan. Pergi lah selagi kau masih mampu. Aku tau, darah yang mengalir di tubuh mu itu ada ilmu yang bisa membentuk benteng pelindung diri mu.”

Perkataan terakhirnya menyebar kabut putih. Dia menghilang, bulu kuduk Tumang dan detak jantungnya yang kencang tidak bisa di stabilkan. Tumang berlari, menerobos para pria berbaju hitam ke pemondokan santriwati.

“Anak kecil, berani sekali engkau melewati garis pembatas ini. Apa engkau mau menerima hukuman atas Tindakan yang engkau lakukan selama berulang-ulang?”

Kliwon menarik kerah bajunya sampai dia terangkat. Dia membanting tubuhnya, tangannya yang akan mengayun di hentikan Maryam. “Abang.. Secara tidak langsung Tindakan mu ini di sebut kekerasan. Apakah engkau tidak takut jika walinya melaporkan mu kepada pihak yang berwajib?”

Tumang telah selamat, tidak dengan amarah Kliwon yang meluapkan ke Maryam. Dia juga mempertanyakan panggilan Maryam yang telah berbeda padanya. Di latar halaman, Maryam mendapat tamparan. Alangkah hancurnya hati wanita itu, dia tidak menyangka mendapat perlakuan buruk dari suaminya.

“Apakah engkau mau mengatakan bahwa derajat ku ini mulia setelah mempersunting mu? Maryam, engkau sudah mempermalukan ku di depan anak itu. Kau menganggap diri mu paling benar. Engkau juga telah pergi keluar rumah tanpa ijin dari ku!”

“Astaghfirullah abang, kenapa engkau tidak lagi Kliwon yang aku kenal?’

Maryam melemparkan bungkusan-bungkusan kain kafan kecil. Dia mempertanyakan segalanya, ilmu Kliwon seolah beralih menjadi sesat. Terlebih lagi, insiden santri tahun lalu yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.

“Maryam, apakah engkau masih hidup? Bahkan aku tidak lagi melihat mu makan dan minum. Engkau hanya menyembah Tuhan Mu”

...----------------...

Saat matahari Bersiap terbenam, warna padat corak orange kecoklatan terbenam di tutupi gumpalan awan gelap. Senja telah terganti petang, dunia yang penuh misterius . Tumang melihat asap yang menggumpal dari gubuk yang di sekeliling di pasang obor. Sepanjang jalan, aroma anyir semakin melekat. Pintu rumah terbuka, suara burung hantu ramai beriring kepakan burung gagak.

“Tolong!” suara teriakan dari dalam rumah.

Tumang terhenti di depan rumah, ada seorang wanita bergelimang air mata meminta menolong suaminya. “Pak ustadz tolong suami saya kerasukan”

“Tapi bu saya bukan seorang ustadz, saya seorang___”

Melihat keadaan pria yang terpasung dengan menunduk, sekilas tidak ada yang mencurigakan. Dia malah meminta untuk di lepaskan. Tapi, raut wajahnya berbentuk makhluk yang mengerikan. Daun telinga bertambah Panjang dan meruncing. Gigi taring, air liur menetes. Dia membisikkan kata haus akan darah.

Tumang mengucapkan surah-surah pendek, dia menyentuh bagian ubun-ubun pria tua itu. Hawa yang semakin panas membara. Membacakan ayat kursi, dia melawan sekuat tenaga dan berusaha agar kalbunya yang tertanam iman tidak akan goyah.

“Pergi lah kau setan! Pergi dari tubuh kakek ini! Allahuakbar!”

Setan yang asli ternyata ada di diri si wanita tua, para iblis menjebaknya. Dia hampir di serbu iblis, Nek Sirih membawanya pergi. Santri itu tidak sadarkan diri, satu hari satu malam sukmanya seakan melalang buana. Dia di sembunyikan Sirih, setiap keluar dari bilik selalu memasang pandangan berjaga.

“Nenek, aku mengikuti mu beberapa hari ini. Tidak ku sangka kau adalah wanita yang jahat. Kau menyandera santriwan di dalam bilik mu”

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Terkadang apa yang tampak sangat jauh berbeda dari apa yang tampak.”

“Cepat kau keluarkan dia atau aku akan memberitahu ustadz Kliwon”

“Arghhh!”

Ancaman berbalik dari apa yang tak dia sangka, Sirih mengusap wajahnya dengan air yang keruh. Air yang telah dia beri mantra. Butet merontah berlari pontang-panting berharap Tumang baik-baik saja. Akan tetapi, dia hanya menemukan bekas bangunan bambu tua dan batu-batu nisan yang di tutupi rerumputan.

Di dalam alam bawah sadar Tumang.

“Tumang!kau mau kemana?” teriak Wali dan Joko sambil mengejarnya”

Dia hanya mendengar suara Wali, selam suara lain menggema. Tumang menyusuri saung yang kosong, Hanya ada satu ruangan yang terisi para santri sedang berkumpul. Seisi ruangan melihatnya, Tumang melihat Bobi duduk paling depan dan Udin yang paling belakang.

“Boy? Udin? Kalian masih hidup?”

“Tumang, apakah engkau masih meragukan keimanan mu?” ucap pria yang memakai baju hitam, dia tidak memperlihatkan wajahnya.

“Tumang! Jangan terima uluran tangannya!” Butet mengguncangkan tubuhnya, Tumang setengah sadar masih berada di dalam lain dan nyata.

Misteri pemondokan tempatnya menuntut ilmu ternyata memiliki misteri yang tersimpan. Banyak sekali yang ingin dia tanyakan pada Kliwon. Mengusap kepala dan perlahan beranjak dari bayang bambu.

“Anak muda, aku menempatkan mu dari persembunyian agar tidak di lihat mereka. Tapi, kalau kau dan teman mu berpendapat lain maka aku tidak akan membela diri ku sendiri. Kalian akan menyaksikannya sendiri__”

Terpopuler

Comments

kura

kura

Tanah merah di pemakaman pesantren masih menjadi saksi bisu dari kepergian para santri. Suasana duka yang begitu terasa menggelayuti mereka. Terutama isak tangis sosok Boy, yang merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi. Namun, bukan hanya kepergian tersebut yang menjadi misteri.

2024-02-09

0

Mie instant

Mie instant

Perkumpulan di saung dua dan tiga menjadi saksi dari pertemuan yang mengungkapkan sisi lain dari kejadian-kejadian misterius yang belum terungkap. Penampakan makhluk halus yang masih muncul di sekitar pesantren mengundang kecurigaan, terutama saat mereka melupakan kematian Boy dan Udin dengan cepat

2024-02-09

0

Anindya K Setiawan

Anindya K Setiawan

👍novel yang apik menurut aku sih! bagus banget cuma seharusnya ada penerbitan nih yang bisa menerbitkan buku sebagus ini cuy! insya Allah buku ini bakal terkenal dan berguna buat semuanya.💕

2024-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!