Hanya saja embun pagi yang menetes di terpa angin menyirat kata tabu dalam angan menggapai dedaunan hijau yang baru saja tumbuh.
Orang-orang yang masih menyesuaikan diri seringkali merasakan dalam satu putaran seperti sedang melewati waktu berhari-hari. Seorang santri yang terbangun menatap sekitar, kamar asrama yang sepi dalam jarum jam yang menunjukkan angka pukul empat pagi.
Glek__
“Mati aku, pastilah aku nanti kena marah ustadz Kliwon” batin Joko lalu menepuk jidat.
Bagian arena celananya basah, dia mengompol karena sangking takutnya mengalami mimpi yang mengerikan. Dia bergegas mengambil ember peralatan mandi, menggantungkan handuk di Pundak berlanjut berlari ke kamar mandi. Melupakan lampu teplok kecil, sehingga suasana di dalam kamar mandi yang gelap menghalangi Pandangannya. Joko berlari lari mengambil teplok, tepat memasuki kamar mandi terdengar suara aneh di dalamnya.
Suara keras yang mirip dengan plastic di usap di lantai menambah ketakutannya. Joko bergidik dengan tubuh bergetar menahan takut. Dia menggantungkan teplok dekat paku kecil yang berada di sudut kamar mandi, bawa yang sangat dingin seolah ada makhluk yang berdiri di depannya.
“Duh! Jangan ganggu ya! Aku mau membersihkan diri dulu. Hiii!” ucapkan bernada kecil.
Semakin menahan takut, dia di kejutkan dalam lengkingan suara Wanita yang tidak henti. Joko menekan kedua telinganya. Tubuhnya yang masih bersabun di tendang hawa beku, dari atas terlihat sosok Wanita yang memakai pakaian lusuh berlendir menyeringai menindih tubuhnya.
“Arghh! Tolong!”
Ketika Joko kesurupan, suasananya kacau balau. Teriakan histeris dan ketakutan dalam kecemasan. Dartok yang terlebih dahulu menemukannya segera berlari meminta pertolongan. Namun tanpa dia duga, Santriwan itu malah di bawa beberapa pria berbaju hitam menuju ke wilayah asrama belakang. Dia yang mau mengejar di tahan teman-temannya. Tidak ada hal lebih atau pertolongan yang bisa dia lakukan.
“Anak-anak, kalian semuanya Kembali ke asrama” perintah Kliwon.
“Mohon maaf sebelumnya ustadz, sebentar lagi sudah waktunya subuh. Apa tidak sebaiknya anak-anak di suruh ke surau saja?”
“Terserah ustadz Isra saja, saya permisi dulu”
Mengerikan sekali, pria itu bahkan tidak memberitahu mau di bawa kemana santri yang kesurupan tadi. Isra yang membalas dengan senyuman segera berbalik berjalan di ikuti santri lainnya. Bisikan Tumang dengan Bahasa tubuh yang mengisyaratkan keinginan tauannya membalikkan Langkah. Boy menarik kerah bajunya.
“Mau cari perkara baru? Kamu memangnya mau jadi preman disini?”
“Eitz kok malah berantem sih? Antum kalau mau menambahkan dosa sebaiknya tidak perlu repot-repot belajar disini.”
“Diem lu brewok!”
“Stopp!” Wali melerai, meminta mereka segera menuju ke surau.
......................
Boy mengasingkan diri, dia duduk di salah satu pohon di belakang asrama. Di dekatnya dan gerbang kawat berduri yang memisahkan dua asrama putra dan putri. Pandangan melotot melihat seorang santriwati tertawa terbahak-bahak berdiri di bawahnya.
Gerakan tubuhnya yang aneh, Perempuan yang memakai mukenah melihatnya seakan mau memangsa.
“Haii Boy! Tidakkah kamu tergolong manusia yang munafik? Kau pernah bersekutu dengan setan, tapi kau malah memilih ajaran Nya. Hahahah!”
“Kurang ajar! lu pikir karena lu Wanita maka aku nggak sanggup memukul lu? Hiya!”
Boy terjun dari atas pohon menindihnya. Pukulan kuat di sertai suara retakan tulang, wajah Wanita itu babak belur akan tetapi dia masih saja tertawa lepas. Boy kalap mata, dia tidak puas menghajar lalu mengambil pisau lipat yang ada di dalam sakunya.
Mengayunkan tangan menusuk perut santriwati yang berubah menjadi santriwan Jenggot. Dia sangat terkejut, segera menarik pisau berlari menerobos kawat berduri.
Bola mata tertusuk kawat, begitupun wajahnya yang hancur dan tubuhnya penuh kawat melilitnya. Kematian Boy yang tragis menjadi awal kisah mengerikan mematikan lainnya. Mayatnya di kebumikan secepatnya. Di samping guyuran hujan yang tiba-tiba melanda seakan pada malam itu badai menerpa.
“Tidak mungkin pula ada Tsunami, kalau aku meninggal malam ini kemungkinan besar aku akan tersemat sebagai anak yang durhaka!” Tumang menggelengkan kepala.
Hari ini semakin aneh, Tumang mengikuti pria yang membaca cangkul hingga menghiraukan tubuhnya yang basah kuyup. Berjalan sampai pada perumahan warga, alangkah terkejutnya dia mendapati Kliwon yang menggunakan pakaian serba hitam berjalan memasuki salah satu rumah warga di ikuti beberapa pria yang berbaju hitam di belakangnya.
Dari belakang Wali menariknya, Tumang di giring untuk bersembunyi. Air hujan dan angin kencang menyulitkan pandangan. Wali yang tidak mau mengambil resiko mempercepat Langkah melanjutkan tarikannya membawa Tumang Kembali ke asrama.
“Tunggu Wa, ada yang aneh disana”
“Terus kamu mau membuktikannya sendiri? Kamu nggak lihat ada banyak pria bertubuh besar membawa parang di setiap ikat pinggangnya?”
Nafas mereka masih tersengal-sengal. Baju basah dan kotor, bercak lumpur kaki yang membasahi lantai. Udin bertolak pinggang Ketika berhenti di depan kamar saung tiga. Boy memberi kode agar tidak satupun penghuni kamar yang mengeluarkan wajahnya dari dalam selimut. Ketika Udin menyentuh gagang pintu dan mendorongnya, dia menyinari setiap Kasur dengan Cahaya senter.
Setelah itu dia menutup pintu sangat keras. Bantingan yang mengejutkan menambah kesan menakut-nakuti.
Di pagi hari kegiatan proses belajar mengajar terlihat tidak ada pergerakan yang mencurigakan. Para santri yang melihat kejadian itu mengaitkan kehadiran sosok lain atau ajaran yang menyimpang.
Tumang menoleh ke arah santri yang berada di sampingnya yang tampak bertingkah aneh. Dia seperti kesurupan, menggurat suara menggesek pensil di atas permukaan meja. Tangan bergerak sangat cepat, dia bahkan mengabaikan panggilan ustadz Suryo.
Suasana kelas yang sangat rebut, sambung menyambung kesurupan lainnya terjadi. Terlebih lagi kematian Boy yang tidak wajar seolah di tutupi . Tidak mengerti, tempat menimba ilmu akhirat semakin di ganggu oleh iblis, jin kafir dan setan yang terkutuk. Tumang membaca ayat kursi di dalam hati. Dia membantu santri yang kesurupan akan tetapi tenaganya seolah tidak ada apa-apanya untuk menahan sampai salah satu santri yang kesurupan itu membantingnya ke lantai.
Brugghh__
“Aduh! Sakitnya!”
“Aghh! Sakit! Lepas!” teriak santri yang tangannya di gigit sampai mengucurkan darah menetes ke lantai.
Seperti api yang seketika padam di siram air. Kedatangan Kliwon yang meletakkan tangannya di atas setiap kepala santri yang kesurupan dalam sekejap menenangkan mereka. Tersadar, melihat sekitar, pandangan yang kosong dan wajah yang pucat para santri di beri air putih lalu di bawa ke asrama.
Kegiatan hari ini di tutup dalam ceramah singkat ustadz Isra, para santri tidak henti di ingatkan agar jangan suka melamun dan takut menghadapi gangguan iblis, jin dan setan yang mencoba menggoyahkan hati manusia.
Namanya pondok, terlebih lagi asrama yang tidak terlepas dari segala aturan yang berlaku. Batas santriwan dan santriwati yang di beri hukuman jika ada yang melanggar tidak menggoyahkan para santriwan yang penasaran melihat santriwati yang berwajah ayu membuat mereka penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
fatani
Tanpa aba-aba, bayangan itu melompat ke arahmu dengan kecepatan kilat. Kamu merasa sesuatu menusuk dada, tetapi tidak ada rasa sakit, hanya sensasi dingin yang merambat ke seluruh tubuhmu.
Kamu merasakan dirimu melayang di atas tempat tidur, tubuhmu tidak lagi terikat. Namun, ketika kamu melihat ke bawah, kamu menyadari bahwa tubuhmu masih terbaring di tempat tidur, tanpa tanda-tanda kehidupan.
2024-02-06
0
Anindya K Setiawan
good! fantastik banget kak ceritanya apalagi tentang pesantren wow! menurutku👍ceritanya pas banget sih buat anaka anak membaca seharusnya tulisan jni di konsumsi oleh anak anak remaja untuk meningkatkan minat baca di sekolah maupun lingkungan rumah🏠 😊.
2024-02-06
0
Panggilan Alam 🥴
menggambarkan suasana yang begitu mencekam dan menegangkan di perkampungan tersebut. Detail-detail seperti kehadiran burung gagak sebagai pertanda buruk dan penampakan makhluk-makhluk ganas benar-benar membuat saya merasa terbawa suasana. Konflik internal yang dialami oleh para karakter seperti Boncel yang terjebak dalam ketakutan namun tetap bertahan juga sangat menarik untuk diikuti. Saya juga penasaran dengan bagaimana hubungan antara kisah Maryam dengan kejadian-kejadian misterius di perkampungan tersebut akan terungkap. Cerita ini berhasil membuat saya tertarik dari awal hingga akhir, dan saya yakin akan banyak pembaca lain yang juga merasakan hal yang sama.
2024-02-05
0