Second Love
Ellea tak menyangka jika di hari bahagia kerabat ayahnya, dia diberikan kejutan yang membuat dadanya berdegup tak karuhan.
"Menikahlah dengan Ahlam."
Lelaki yang namanya disebut sang ayah pun ikut mematung mendengar kalimat tersebut. Dia sempat menoleh ke arah Ellea yang juga membeku.
"Ayah sudah sepakat dengan Om Rifal untuk menikahkan kamu dengan Ellea."
Kalimat sang ayah membuat tubuh Ahlam semakin kaku. Ternyata dipanggilnya dia ada maksud tertentu.
"El, Ayah harap kamu tidak menolak. Ayah ingin melihat anak yang amat Ayah sayangi menikah dengan lelaki yang baik dan mampu bertanggung jawab atas diri kamu."
Mata Ellea seketika berembun mendengar penuturan sang ayah. Kepala Ghea menggeleng dengan pelan menandakan dia tidak setuju dengan ucapan ayahnya.
"El, hanya butuh Ayah."
Ahlam menoleh ke arah Ellea. Hatinya tiba-tiba sakit mendengar suara Ellea yang bergetar.
"Kamu butuh suami, El," bantah ayah Rifal dengan begitu lembut.
"Lambat laun Ayah akan pergi. Sudah pasti kamu sendiri. Kamu itu butuh suami supaya ketika Ayah sudah pergi ke tempat abadi, ada suami kamu yang akan menemani."
Hati Ahlam begitu ngilu mendengar penuturan dari Om Rifal. Pandangannya tertuju pada Ellea yang kini sudah memeluk ayahnya.
"Jangan bilang begitu, Yah. Ayah akan tetap bersama El selamanya."
.
Pandangan Ellea terus tertuju pada sang ayah. Di mana dia terlihat bahagia bisa berkumpul dengan para saudara juga kerabat yang sudah ayahnya anggap keluarga. Ellea juga melihat jika sang ayah terus memandangi pengantin baru dengan sorot mata yang berbeda. Ada harapan besar yang sorot matanya katakan.
Baru kali ini Ellea melihat sang ayah tertawa selepas itu. Wajah ayahnya pun begitu ceria. Beda dari yang biasa dia lihat. Helaan napas begitu berat keluar dari mulut Ellea. Dia teringat akan ucapan sang ayah kemarin siang.
"Boleh kita bicara berdua?" Ellea sedikit terkejut sampai memegang dadanya ketika seorang lelaki tinggi sudah ada di sampingnya.
"Tapi, tidak di sini," lanjut Ahlam.
Ellea memastikan ayahnya terlebih dahulu. Barulah dia mengikuti langkah Ahlam yang menjauhi acara resepsi. Kini, mereka duduk di kursi panjang di halaman belakang.
"Apa keputusan kamu?"
Ahlam langsung bertanya perihal niatan kedua orang tua mereka yang spertinya tak main-main. Sampai Ahlam tak bisa tidur memikirkannya.
"Entah," sahut Ellea begitu lesu.
"Kalau mau nolak, ayo kita tolak!"
Ellea memutar kepalanya. Menatap Ahlam yang juga menatapnya. Sorot matanya begitu sendu.
"Apa kamu juga tidak mau?"
Ahlam malah menghela napas begitu berat karena Ellea malah balik bertanya. Dia mulai menatap lurus ke depan. Belum ada sedikitpun kata yang terlontar. Keadaan mendadak hening hanya ada semilir angin yang menerpa tubuh mereka.
"Aku bingung mau nolaknya."
Ellea kembali menatap Ahlam. Dia masih menunggu kalimat lanjutan. Lelaki di sampingnya itu terlihat gamang.
"Aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku untuk kedua kalinya," papar Ahlam.
"Apalagi aku," balas Ellea.
Pandangan Ahlam seketika kembali tertuju pada Ellea. Memandang wajah cantik dan mungil dengan begitu serius.
"Aku tidak ingin membuat ayahku sedih. Surga yang aku miliki satu-satunya di dunia ini yang harus aku bahagiakan bagaimanapun caranya."
Hati Ahlam begitu pedih mendengar jawaban yang terucap dari bibir Ellea.
"Sekalipun mengorbankan kebahagiaan kamu?" timpal Ahlam yang masih memandangi Ellea.
Putri dari Rifal Addhitama pun mulai menoleh. Mereka berdua kini saling menatap. Sebuah anggukan menjadi jawaban dari Ellea. Ahlam pun ikut mengangguk kecil.
"Ya udah. Berarti kita terima keinginan orang tua kita." Begitu entengnya ucapan Ahlam.
"Apa kamu juga bersedia?"
"Demi bakti kepada orang tua," sahut Ahlam.
Dua orang ini begitu santai membicarakan pernikahan, yang ada di kepala mereka hanya ingin membahagiakan kedua orang tua. Tanpa perlu berdebat atau saling tarik urat, keputusan itu dengan mudah mereka buat.
.
Keputusan Ellea dan Ahlam membuat ayah Rifal dan juga ayah Aska sedikit terkejut. Secepat itu kedua anak mereka menyetujui perjodohan yang sudah mereka rencanakan.
"Apa kamu serius?" tanya ayah Aska kepada Ahlam. Wajahnya nampak tak percaya.
"Iya."
Ayah Aska kira sang putra akan menolak, tapi dia salah. Dengan mudahnya sang putra menyetujuinya.
"Iam udah pernah janji kan sama Ayah dan Bunda, apapun akan Iam lakukan untuk kebahagiaan Ayah dan Bunda. Iam gak mau buat Ayah dan Bunda kecewa lagi. Iam ingin menjadi anak yang berguna."
Hati ayah Aska pun mencelos mendengarnya. Dia menatap dalam wajah sang putra yang tak menunjukkan kebohongan sama sekali.
"Iam tahu, ini tidak akan pernah bisa menebus rasa kecewa Ayah dan Bunda. Tapi, setidaknya Iam bisa buat Ayah dan Bunda bahagia."
Ayah Aska memeluk tubuh Ahlam. Sang putra begitu dewasa sekarang. Hampir saja air mata ayah Aska terjatuh.
Di lain kamar, ayah Rifal menatap serius ke arah sang putri. Dia tengah mendengarkan Ellea berbicara.
"Jika, itu bisa membuat Ayah bahagia. El akan melakukannya, Yah. Kebahagiaan Ayah di atas segalanya."
Ellea mengusap lembut air mata yang mulai terjatuh dari pelupuk mata ayahnya karena sangat terharu atas ucapan putri semata wayangnya.
"Ayah adalah prioritas El. Alasan El kenapa gak mau nikah karena El takut sayang dan cinta El terbagi untuk Ayah. Tapi, jika Ayah yang mencarikan jodoh untuk El, El akan menerima. El yakin dan percaya jika lelaki pilihan Ayah itu adalah lelaki terbaik dari ribuan yang baik."
Ayah Rifal memeluk tubuh sang putri dengan begitu erat. Mata Ellea mulai berembun.
"Bunda, hanya ini yang bisa El lakukan untuk membahagiakan Ayah. Bunda jangan khawatir. Kalaupun nanti pernikahan El tidak bahagia, El tidak akan pernah menyesali itu. El ingin Ayah seperti ayah-ayah yang lain yang bisa menyaksikan anaknya menikah."
Terbiasa mengorbankan kebahagiaannya, itulah Ellea. Dia memandangi foto mendiang sang ibu yang tengah tersenyum begitu cantik.
"Apapun akan El lakukan untuk Ayah, Bun. El ingin mengganti air mata yang setiap malam Ayah teteskan untuk El. Ayah banyak mengorbankan semuanya untuk El. Bahkan, Ayah rela tidak menikah lagi karena Ayah tidak ingin El memiliki ibu tiri. Juga Ayah tidak ingin mengkhianati Bunda."
Ellea menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya.
"Ayah adalah sosok ayah dan ibu terbaik yang El miliki di dunia ini. Maka dari itu, El ingin menjadi anak yang berbakti yang mampu buat Ayah bahagia."
Ellea memeluk foto ibunya sebelum dia masukkan ke dalam tas. Tak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang wanita yang telah melahirkannya, tak membuat Ellea lupa pada wanita yang kini sudah berada di surga.
"El minta restu ya, Bun. Ridho Ayah dan Bunda insha Allah akan membuat El bahagia."
...***To Be Continue***...
Tes ombak, kalau komen di atas 50 up bab baru lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yus Nita
blom apa2 udah yg ngiris bawang...
2024-08-23
1
Yulia Wati
baru baca aja, kok airnya mengalir terus thor... tp suka ma karyamu kak othor😍
2024-06-29
0
niktut ugis
baru mampir tapi air mata dah ngalir saja, hanya bakti kepada ortu yg mampu di berikan pada anak sebagai tanda terima kasih pada ortu (materi itu hny bonus)
2024-04-03
0