Pagi hari keadaan rumah besar sudah begitu ramai bak pasar pagi. Keributan terjadi di mana-mana dan itu membuat Ahlam terbangun dan turun dari kamarnya. Langkahnya terhenti ketika dia melihat sang calon istri udah berada di rumahnya dan sedang bermain bersama Pangeran.
"Jam berapa datang?" tanya Ahlam yang masih setengah sadar.
"Abis subuh," sahut Ellea tanpa melihat ke arah Ahlam.
Dia sedang bercanda dengan anak Rangga dan Aleena. Ahlam pun berdecak kesal karena diabaikan. Dia duduk di samping Ellea dan merebahkan kepalanya di atas paha Ellea tanpa ijin. Sontak Ellea terkejut.
"Aku masih ngantuk," ujar Ahlam sambil memejamkan mata.
"O-om, No-no!!"
"Ba-nun!!"
Ahlam malah bergeming. Dia terus memejamkan mata walaupun Pangeran terus memintanya untuk menjauhi Ellea.
"Ahlam," panggil Ellea.
Namun, Ahlam tak menggubris sama sekali. Alhasil, Pangeran pun menangis. Ellea meraih tubuh Pangeran dan memangkunya. Kalimat yang begitu lembut mampu Ahlam dengar. Pantas saja Pangeran menyukai Ellea.
.
Para lelaki tengah menunggu wanita mereka. Termasuk, Ahlam yang menunggu Ellea. Lima menit berselang, satu per satu dari mereka keluar. Mata Ahlam tak berkedip ketika melihat calon istrinya begitu cantik dengan riasan yang natural.
"Liatinnya jangan begitu," ucap Ellea sambil menundukkan kepala malu.
Ahlam tersenyum dan meraih tangan Ellea untuk dia genggam. Membawa Ellea menuju mobil yang sudah menunggu mereka berdua.
"Ehem!"
Deheman meledek dapat Ahlam dengar dari Rayyan. Itu membuat wajah Ellea memerah.
"Udah kayak truk gandeng aja. Pegangan tangan Mulu," ejek anak Restu yang bungsu.
Rayyan mengaduh ketika dia merasa ada yang memukul kepala bagian belakang. Siapa lagi jika bukan sang Abang yang berwajah datar dan langsung menarik tangan Rayyan menjauh dari Ahlam juga Ellea.
"Papih udah nunggu di mobil." Abang Er tak mau adiknya jadi pengganggu.
Ahlam tersenyum kecil ketika melihat Ellea menunduk seperti itu.
"Tegakkan kepala kamu, El."
Kalimat Ahlam membuat Ellea menegakkan kepala. Ahlam sudah menatapnya dengan begitu dalam.
"Kamu akan menjadi bagian dari keluarga Wiguna. Di mana kamu diharamkan menunduk seperti itu."
Kalimat dan wajah penuh keseriusan Ahlam tunjukkan. Ellea masih mendengarkan dengan mata yang masih memandang Ahlam.
"Tegakkan kepala kamu, dan katakan pada dunia jika kamu adalah menantu dari Ghattan Askara Wiguna."
"Enggak boleh sombong seperti itu," sahut Ellea.
"Sesekali menyombongkan diri tak apa. Supaya mereka semua tahu siapa diri kamu dan tak merendahkan kamu seenaknya."
Nyess.
Perkataan Ahlam melelehkan hati Ellea. Senyum pun terukir di wajah cantiknya hingga mereka saling memandang untuk beberapa detik. Namun, suara klakson mobil membuat mereka harus mengakhiri adegan tersebut.
Meskipun hanya akad saja, dekorasi di rumah Rene begitu mewah. Apalagi Rene bukan dari kalangan biasa. Ayah Rene merupakan kolega bisnis Askara. Wajah Ellea seketika berubah. Namun, Ahlam semakin erat menggenggam tangannya.
Ahlam terus berada di samping Ellea menyaksikan prosesi akad yang akan dilakukan oleh sang kakak. Ahlam berdecak kesal karena terlalu banyak acara di akad Dalla.
Sang kakak yang mengucapakan ijab kabul, hati Ahlam yang dag Dig dug tak karuhan. Wajah Ahlam begitu tegang.
Sampai juga pada sebuah kata sah terucap. Ahlam mengucapkan kata syukur tak terkira dan itu membuat Ellea menoleh ke arahnya.
"Besok giliran kamu," ucap Ellea seraya tertawa.
.
Mata Ellea memerah ketika melihat prosesi sungkeman setelah akad. Dalla dengan kedua orangtuanya yang masih lengkap begitu juga dengan Rene. Tak terasa bulir bening menetes begitu saja.
Ahlam mengusap lembut air mata yang sudah terjatuh di pipi Ellea. Sontak Ellea pun menoleh ke arah Ahlam.
"Akad kita akan dibuat sesederhana mungkin. Aku gak mau melihat kamu menangis lagi."
Ellea memeluk Ahlam dan itu membuat tubuh Ahlam menegang. Tidak biasanya Ellea seberani itu.
"Apakah dia mulai membuka hatinya?"
.
Di acara resepsi, Ahlam dan Ellea hanya hadir sebentar. Mereka diwajibkan untuk istirahat karena besok siang giliran mereka yang naik pelaminan.
"Aku antar," ujar Ahlam.
"Aku udah dijemput sama Pak Sandi."
Ahlam hanya mengangguk dengan wajah yang sedikit berubah. Ada siluet kekecewaan di sana.
"Aku pulang, ya."
Ellea pamit kepada Ahlam. Dia sudah membalikkan tubuh untuk pergi, tetapi Ahlam mencekal tangan Ellea.
"Apa kamu tidak penasaran dengan jawaban atas keinginan kamu?"
Ellea memutar tubuhnya. Menatap Ahlam dengan begitu dalam. Tangan Ahlam pun masih melingkar di lengan Ellea
"A-pa ka-mu ti-dak mengijinkan?"
Ahlam bersikap datar dan itu membuat wajah Ellea sendu.
"Aku ti--"
"Apapun yang kamu inginkan akan aku wujudkan."
Ellea terdiam dengan wajah penuh keterkejutan. Dia menatap Ahlam dengan wajah sedikit tak percaya.
"Ayah kamu memang harus diprioritaskan karena Beliau hadir sebelum aku mengenal kamu."
Ellea berhambur memeluk tubuh Ahlam kembali dan itu membuat Ahlam tersenyum lebar.
"Makasih," ucap Ellea.
Ahlam memundurkan tubuh Ellea perlahan. Membenarkan rambut bagian depan Ellea yang sedikit berantakan.
"Jangan bilang makasih. Aku gak suka karena membahagiakan kamu adalah tugas aku sekarang."
Ellea tersenyum begitu manis mendengar kalimat yang dikatakan Ahlam. Tangannya pun masih melingkar di pinggang lelaki tinggi tersebut.
"Istirahatlah. Besok kita ketemu lagi dengan status yang berbeda."
Wajah Ellea seketika bersemu dan membuat Ahlam gemas melihat wajah Ellea yang malu.
.
Perlakuan Ahlam kepada Ellea begitu manis. Dia pun begitu tak segan memeluk tubuh Ahlam. Ada sebuah kenyamanan yang dia rasakan jika bersama Ahlam. Sampai di rumah pun wajah Ellea terlihat begitu berbinar.
"Kamu kenapa, El? Senyum-senyum terus."
Ellea terkejut mendengar pertanyaan sang ayah. Dia salah tingkah karena sudah ketangkap basah.
Ayah Rifal menghampirinya. Mengusap lembut rambut sang putri semata wayang.
"Ayah harap, kamu bisa mencintai Ahlam. Dia adalah anak yang baik dan penuh tanggung jawab. Ada jiwa almarhum Om Giondra pada dirinya. Itulah yang membuat Ayah jatuh cinta pada sosok Ahlam."
.
Ellea tak bisa tidur karena kebisingan yang tercipta. Rumahnya tengah didekor sedemikan rupa. Padahal, dirinya tidak ingin terlalu mewah.
Kalimat Ahlam kembali terngiang di telinga. Bibir Ellea pun sedikit melengkung. Hingga ponselnya berdenting. Ellea melihat ke arah jam dinding di mana sudah menunjukkan pukul satu pagi.
"Ahlam?" gumamnya.
"Aku gak bisa tidur."
Ellea yang biasanya abai pada pesan yang masuk, kini malah tengah menari-narikan jarinya di atas layar benda pipih yang dia pegang.
Sesekali Ellea tersenyum bahkan tertawa membaca pesan yang Ahlam kirimkan. Tak terasa sudah dua jam mereka saling membalas pesan. Ellea mulai menguap, matanya sudah mulai sulit untuk dibuka. Dia juga sudah berbaring di atas tempat tidur sambil memegang ponsel.
Dentingan notifikasi terus berbunyi, tapi sang pemilik ponsel sudah masuk ke alam mimpi.
Si pengirim pesan masih setia menunggu balasan. Hingga setengah jam berlalu dan tak ada balasan, dia mengirimkan pesan terakhir sebelum dia juga masuk ke alam mimpi.
"Mimpi indah, Ellea ku."
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya? Banyakin boleh?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Naomi Willem Tuasela
♥️♥️
2024-10-29
0
Epi Tri Wahyuni
smoga kebahagian selalu menyertai rumah tangga mereka berdua
2024-08-11
1
moenay
yg lagi kasmaran... 🥰🥰🥰🥰😘😘😍😍😍😍
2024-02-18
1