Ahlam sudah memajukan wajahnya lagi, tapi Ellea sedikit memundurkan wajah hingga Ahlam terdiam dan menatap istrinya dalam..
"My first kiss."
Pelan, tapi mampu Ahlam dengar. Wajah Ahlam berubah seketika.
"Really?"
Ellea mengangguk dan itu membuat Ahlam tersenyum bahagia.
"I'm so lucky," balasnya seraya mengusap lembut pipi Ellea yang bersemu.
Kalimat Zeyn pada saat itu terpatahkan. Dia yakin jika Ellea bisa membuka hatinya. Buktinya, ketika dicium pun dia tak menolak.
Wajah Ellea sedikit memucat menahan perutnya yang begitu perih. Ahlam pun bangkit, tapi Ellea mencekal tangannya.
"Mau ke mana?"
"Ambil obat mag. Abis itu aku mau masak buat kamu makan."
Tatapan Ahlam begitu teduh dan menenangkan. Selalu ada di saat dia butuh bantuan. Tidak seperti dulu. Jika, magg-nya kambuh akan Ellea tahan supaya sang ayah tak tahu akan sakitnya. Pura-pura sehat padahal tubuhnya butuh istirahat. Itulah Ellea yang banyak berkorban untuk sang ayah tercinta.
Ellea tak mau Ahlam memasak sendiri. Dia kekeh ingin membantu dan alhasil Ahlam mengalah.
"Kamu bantuin potongin sayur aja, ya."
Ellea sesekali menatap punggung Ahlam yang berada di depan kompor. Terlihat dia begitu cekatan dan cukup lihai. Tak sampai setengah jam, masakan Ahlam sudah siap.
Ellea terlihat bangga pada hasil masakan suaminya. Ahlam melarang Ellea untuk makan sendiri karena itu masih sangat panas. Ellea sedikit terharu ketika Ahlam dengan telaten meniupi kuah sayur yang sudah dia ambil menggunakan sendok. Kemudian, memberikannya pada sang istri.
"Enak?"
Ellea mengangkat dua jempolnya dan itu membuat Ahlam tertawa. Di penghubung dapur dan ruang makan, seorang ayah menatap penuh bahagia anak-anaknya. Apalagi, sang putri tercinta yang tertawa begitu lepas.
"Sudah waktunya kamu bahagia, El."
.
Mereka mulai canggung ketika kembali ke kamar. Baik Ahlam maupun Ellea tak lantas naik ke tempat tidur. Mereka mematung dan mulai saling pandang karena bingung.
Ahlam mengambil bantal yang ada di atas tempat tidur. Dia tersenyum kaku ke arah Ellea yang membisu.
"Aku tidur di sofa."
Ahlam sudah melangkahkan kaki ke arah sofa. Lebih baik dia yang mengalah. Apalagi dia teringat ucapan Ellea jikalau ciu-man mereka tadi saja adalah first-kiss untuknya. Sudah pasti mahkota tertingginya pun masih tersegel rapih.
Bukannya naik ke atas tempat tidur, Ellea malah mengikuti langkah Ahlam. Kedua alis Ahlam pun menukik tajam.
"Apa suami-istri harus tidur terpisah? Meskipun dalam kamar yang sama."
Ahlam menghela napas berat. Dia menarik tangan Ellea agar duduk di sofa bersamanya. Menatap sang istri dengan begitu dalam.
"Kamu maunya bagaimana? Aku hanya tidak ingin kamu merasa terganggu apalagi risih karena aku tidur di atas ranjang berdua dengan kamu."
"Tapi, kamu kan suami aku sekarang. Aku gak mau berdosa karena tidak menunaikan kewajiban aku sebagai istri," jelasnya dengan begitu lemah.
Ahlam sedikit terkejut mendengar kalimat yang dikatakan oleh Ellea. Dia begitu takjub pada sosok wanita yang sekarang jadi istrinya.
"Boleh aku tanya sesuatu?" Ellea pun mengangguk.
"Jika, aku meminta hakku malam ini. Apa kamu bersedia?" Tubuh Ellea menegang seketika. Mulutnya sedikit terbungkam. Terlihat, jika Ellea belum siap.
"Aku gak mau memaksa, El. Aku tidak ingin kamu melayaniku dalam ketidaksiapan. Aku akan melakukannya ketika kamu sudah siap."
Hati Ellea mencelos mendengarnya. Dia menatap Ahlam dengan begitu dalam. Hingga sebuah kecupan Ahlam berikan di kening Ellea.
"Aku ingin lebih mengenal kamu lagi, istriku."
Ellea tersenyum mendengarnya. Lelaki di sampingnya begitu manis dan selalu membuat dirinya salah tingkah.
"Sekarang kamu tidur. Aku akan tetap tidur di sini."
Ahlam mengusap lembut pipi Ellea dan mengantar Ellea ke tempat tidur. Menaikkan selimut ke atas tubuh istrinya.
"Mimpi indah," ucap Ahlam sambil mengusap lembut ujung kepala Ellea.
"Kamu juga langsung tidur."
"Iya."
Sebenarnya Ahlam tak bisa tidur. Dia terus menatap ke arah Ellea yang memiringkan tubuhnya ke arah sofa di mana Ahlam tidur. Meskipun, kamar itu hanya diterangi lampu temaram, Ahlam masih bisa melihat jelas wajah Ellea yang begitu cantik ketika dia tertidur. Menatap wajah Ellea selalu membawa kesejukan.
Jam empat pagi, Ellea terbangun. Dia segera ke kamar mandi untuk membersihkan wajah. Lalu, menghampiri Ahlam yang masih terpejam sambil memeluk ponsel. Dengan penuh kehati-hatian Ellea mengambil ponsel Ahlam dan memindahkannya ke atas nakas yang berada di samping sofa. Dia juga membenarkan selimut di tubuh suaminya.
Padahal, pintu kamar ditutup dengan pelan. Namun, dapat membangunkan Ahlam yang baru tidur beberapa jam. Dia melihat ke arah tempat tidur. Ellea sudah tidak ada di sana. Dia mencari ponselnya dan melihat jam. Ahlam segera bangkit dan keluar dari kamar.
Dilihatnya Ellea sudah berada di dapur dan berkutat dengan bahan makanan. Rambutnya pun dia Cepol sehingga menunjukkan leher putih nan jenjang yang Ellea miliki.
Sudah setengah jam Ahlam berdiri di dekat dapur tanpa suara. Sang istri begitu bersahabat dengan alat masak. Hingga suara seseorang membuatnya menoleh.
"Setiap hari Mbak Ellea selalu seperti ini. Padahal, ada kami. Tapi, Mbak Ellea selalu ingin melakukannya sendiri."
Satu fakta baru terkuak. Ahlam semakin terpesona pada sosok Ellea. Pantas saja sang ayah ingin menjadikan Ellea menantu. Ternyata spek menantu idaman.
Ahlam kembali ke kamar. Dia akan melanjutkan tidurnya karena matanya sudah mulai tak bisa terbuka. Ahlam sedikit terkejut ketika merasakan sentuhan hangat di pipinya.
"Ke kantor gak?" Ellea sudah berada di sampingnya.
"Aku cuti dua hari. Besok baru masuk."
"Ya udah. Lanjutin lagi tidurnya," balas Ellea seraya tersenyum.
Lengan Ellea, Ahlam cekal. Ellea menoleh ke arah Ahlam yang masih setengah sadar.
"Mau ke mana?"
"Nyiapin baju kamu. Terus aku mau ke kamar Ayah."
"Apa gak bisa entar aja?" Ellea kembali duduk di samping sofa. Menatap sang suami dengan begitu dalam.
"Aku mau mastiin Ayah doang. Nanti aku balik lagi ke sini."
Ahlam terus menatap Ellea yang begitu sibuk di pagi hari. Dia benar-benar istri idaman.
Ahlam mencoba mengintip sang istri di kamar ayah mertuanya. Hatinya perih ketika Ellea membenarkan kemeja dan dasi yang dikenakan oleh ayah Rifal.
"Ternyata dia berperan seperti istri untuk ayahnya."
"El, Ayah bisa sendiri. Lebih baik kamu kembali ke kamar. Urus suami kamu yang benar."
"El, sudah menyiapkan semuanya untuk suami El sebelum El ke sini."
Ahlam melihat jika ada raut lelah yang Ellea sembunyikan. Senyumnya pun begitu berbeda.
Ellea kembali ke kamar. Dia mendengar suara gemercik air di dalam kamar mandi. Ellea memilih untuk merapihkan kasur dan juga sofa yang ditiduri oleh Ahlam. Tubuhnya menegang ketika sepasang tangan melingkar di depan perutnya. Wangi aroma mint dapat Ellea hirup.
"Jangan selalu memaksakan. Aku tahu kamu kelelahan."
Dengan lembut Ahlam memutar tubuh Ellea. Menatap Ellea yang membisu dengan bola mata yang sudah memerah.
"Tenagamu sudah banyak terkuras."
Ahlam memeluk Ellea dan bulir bening jatuh begitu saja. Tangannya pun sudah membalas erat pelukan Ahlam.
"Meskipun kamu tak menunjukkan. Aku dapat merasakan jika kamu sudah amat kelelahan. Jadi, istirahatlah, Istriku."
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya gak? Banyakin dong ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yulia Wati
idaman para wanita, syangnya cm kbnyakan dinovel ja😅😅
2024-06-29
1
Indrijati Saptarita
ahlam so sweet... elea pasti lelah...
2024-02-21
1
Rahmawati Abdillah
semoga lam mereka cepatenyadari perasaan mereka dan bisa saling mensupport satu a lain
2024-02-20
0