Rumah besar begitu ramai. Mereka sedang mempersiapkan untuk acara lusa. Di mana Dalla dan Rene akan menikah. Di tengah keramaian, Ahlam memilih untuk berada di lapangan basket. Duduk di tepi lapangan dengan kaki yang sudah dia tekuk dan dia peluk. Ada hal yang tengah dia pikirkan.
"Kenapa, Bang?"
Ahlam sedikit terkejut. Apang sudah duduk di sampingnya dan menatapnya dengan begitu dalam.
"Apa lu mulai ragu?"
Ahlam yang tengah menatap lurus ke depan, kini menoleh ke arah Apang. Dia menggeleng dengan yakin. Apa yang sudah dia putuskan tidak akan pernah dia sesali. Apalagi, dia melakukan ini semua untuk berbakti kepada kedua orang tuanya yang amata dia sayangi.
"Apang liat sih Ellea itu perempuan baik dan lembut."
Ahlam hanya tersenyum mendengar ucapan Apang. Tiga saudaranya tidak ada yang berkata jelek tentang Ellea. Padahal, mereka adalah orang-orang yang memiliki mulut tajam jika tidak suka.
"Apang doain semoga Abang bahagia bersama Ellea. Dan jangan berbuat hal bodoh yang nantinya akan membuat Abang kembali ke dalam sebuah penyesalan."
Apang adalah anak lelaki paling muda dan manja. Namun, dia juga bisa menjadi kakak jika tengah menasihati saudara-saudaranya. Dia juga selalu ada untuk ketiga saudaranya tanpa diminta. Juga dia yang paling peka di antara saudara yang lainnya.
Suara sang bunda membuat Ahlam dan Apang menoleh. Jingga mengatakan jika ada Ellea. Ahlam segera berdiri dan itu membuat Apang menyunggingkan senyum kecil. Dia tahu bagaimana sang Abang. Melihat sikap Ahlam seperti ini membuat Apang begitu yakin jika sang kakak sudah ada rasa kepada Ellea.
Di ruang keluarga, Ellea sudah duduk bersama anggota keluarga besar Ahlam.Terlihat Ellea begitu canggung. Ahlam segera menyapanya dan duduk di sampingnya.
"Kenapa gak bilang mau ke sini?"
Dahi Ellea mengkerut ketika mendengar pertanyaan Ahlam.
"Aku kan gak punya nomor kamu," jawab Ellea pelan. Dia tidak ingin yang lainnya tahu.
Ahlam terdiam. Sudah hampir sebulan bersama Ellea mereka tak bertukar nomor ponsel.
"Kita ketemu karena gak sengaja terus kan?"
Ahlam segera memberikan ponselnya kepada Ellea. Dia terlihat bingung dan mengalihkan pandanganya pada ponsel Ahlam.
"Masukkan nomor kamu."
Ellea ragu, dia tidak mau menjadi manusia lancang. Namun, Ahlam terus memaksanya. Alhasil, Ellea mengambil ponsel Ahlam yang ternyata tak memakai sandi ataupun pin untuk menjaga privasi ponselnya.
"Aku gak suka ribet," ucap Ahlam yang tahu isi kepala Ellea.
"Kalau kamu mau ngatur pin atau sandinya gak apa-apa."
Ellea yang tengah mengetikkan nomornya pun terdiam sesaat. Dia menatap ke arah Ahlam yang terlihat serius.
"Karena aku gak mau ada rahasia di antara kita."
Deg.
Ahlam benar-benar bisa membuat hatinya bersemu dan melayang. Dia juga merasakan sebuah kehangatan setiap kali Ahlam bicara dengan penuh ketulusan.
Ellea datang ke rumah Ahlam karena dia disuruh sang ayah untuk datang ke makam sang bunda dan juga sang kakek bersama Ahlam esok.
"Pagi aku jemput," jawab Ahlam.
Sesuai dengan janji Ahlam, dia menjemput Ellea. Ahlam melihat jelas betapa Ellea sangat telaten mengurus ayahnya yang sedang sedikit tak sehat.
"El janji, El sebentar doang."
"Jangan cemasin Ayah, El. Ada Pak Sandi, dan Papih pun nanti akan ke sini."
Ahlam dapat mengerti kenapa Ellea sulit untuk membuka hatinya. Cinta dan kasihnya sudah tercurah hanya untuk sang ayah. Melihat tatapan Ellea pada ayahnya penuh dengan cinta.
.
Mobil sudah berhenti di pemakaman mewah. Ahlam berkata ketika Ellea baru saja membuka seatbelt.
"Puas-puasin nangisnya." Ellea pun terdiam.
"Lusa, kamu udah gak boleh nangis lagi "
Ellea memberanikan diri menatap Ahlam. Sorot mata yang begitu serius membuat Ellea mengangguk patuh.
Sepuluh meter menuju pusara sang bunda. Wajah Ellea berubah. Ahlam menyadari itu dan meraih tangan Ellea untuk dia genggam. Ellea memandang wajah Ahlam dengan mata yang sudah memerah. Ahlam pun mengusap lembut wajah Ellea dengan sorot mata menenangkan.
"Assalamualikum, Bunda."
Suara Ellea begitu bergetar tepat di samping pusara Elyna. Ahlam sangat yakin jika calon istrinya tengah menahan tangis. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Ellea.
Mereka berdoa begitu khusyuk. Setelah itu, Ellea menyiramkan air mawar ke atas hijauhnya rerumputan yang berada di atas gundukan tanah. Masih mencoba menahan air mata yang sudah ingin terjatuh. Juga menaburkan kembang warna-warni di atasnya dengan dada yang sudah sangat sesak.
"Tante Elyna--"
Ellea yang masih menaburkan bunga terdiam mendengar Ahlam memanggil naman ibunya. Dia tidak menoleh sama sekali karena dia takut tangisnya akan pecah.
"Iam janji Iam akan jaga Ellea dan akan berusaha menghapus kesedihan Ellea."
Luruh sudah air mata Ellea mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ahlam. Lelaki yang dijodohkan oleh ayahnya di luar ekspektasinya. Ellea pikir jika Ahlam akan bersikap sedikit kejam kepadanya karena dia tahu bagaimana keluarga Ahlam. Ternyata dia salah. Ahlam begitu baik dan selalu ada untuknya tanpa pernah dia minta. Tak selamanya dijodohkan itu menyedihkan.
Ahlam segera memeluk tubuh Ellea dan membiarkan Ellea menangis keras di atas dadanya. Hatinya masih sakit setiap kali mendengar tangis Ellea. Tangan Ellea pun semakin melingkar erat di pinggang Ahlam.
.
Ellea meminta maaf ketika mereka menuju arah pulang. Ahlam tak menjawab. Dia hanya mengusap lembut ujung kepala Ellea.
Ahlam membelokkan mobilnya ke sebuah restoran. Mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Sambil menunggu makanan, Ellea dikejutkan dengan sebuah kertas putih kosong yang Ahlam berikan.
"Tulislah apa yang kamu inginkan setelah kita menikah."
Ellea menatap Ahlam dengan begitu dalam. Pikiran jelek sudah berkeliaran dan tiba-tiba hatinya mulai perih.
"Apa kamu menginginkan adanya sebuah kontrak pernikahan?"
Ahlam menggeleng dengan pelan. Kemudian, dia meraih tangan Ellea dan menatapnya dengan penuh keseriusan.
"Aku hanya ingin tahu apa ada yang kamu inginkan dari pernikahan kita? Misalnya, anak atau yang lainnya."
Ellea terdiam untuk beberapa detik. Dia terlihat berpikir. Ahlam menanti dengan hati ketar-ketir. Dan akhirnya, Ellea mengambil pulpen dan menuliskan sesuatu. Bukannya diberikan, dia malah melipat kertas tersebut.
"Bukanya ketika kamu di rumah."
Ellea malah mengajak Ahlam main tebak-tebakan. Sontak Ahlam berdecak kesal.
.
Tibanya di rumah, Ahlam segera membuka kertas yang berisikan keinginan Ellea setelah mereka menikah. Ada sebuah ketakutan yang datang. Perlahan, Ahlam pun membuka kertas tersebut.
...Aku ingin tetap merawat dan menjaga ayah. Masih ingin memprioritaskannya di dalam hidupku karena dia adalah lelaki pertama yang sangat aku cintai. Tapi, bukan berarti aku akan mengesampingkan suamiku. Suamiku akan tetap dinomor satukan karena tugasku setelah menikah, yakni berbakti kepada dua lelaki, suamiku dan ayahku....
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya? Banyakin, ya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Naomi Willem Tuasela
♥️♥️♥️
2024-10-29
0
sum mia
ditunggu selalu updatenya kak....
2024-02-16
2
Dyeah Dyooh
double up Thor /Drool/
2024-02-16
0