Tak kan pernah habis air mataku
Bila ku ingat tentang dirimu
Mungkin hanya kau yang tahu
Mengapa sampai saat ini ku masih sendiri
Adakah di sana kau rindu padaku
Meski kita kini ada di dunia berbeda
Bila masih mungkin waktu ku putar
Kan kutunggu dirimu
Air mata mengalir begitu saja dari pelupuk mata seorang pria yang sudah tak muda. Lirik lagu itu seperti kisah hidupnya.
Menjelang hari pernikahan sang putri, ayah Rifal merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Bukan karena dia akan melepas Ellea. Tapi, dia tahu jika Ellea akan begitu sedih di hari pernikahannya. Di mana tidak ada sosok ibu yang seharusnya ada di sampingnya ketika seorang lelaki menjabat tangan ayah Rifal dan mengucapkan ijab kabul.
"Maafkan Ayah, El. Ayah belum bisa jadi Ayah dan Bunda yang baik untuk kamu," lirihnya dengan air mata yang terus menetes.
Menjadi orang tua tunggal selama dua puluh lima tahun bukanlah hal yang mudah. Setiap kali dia melihat Ellea, hatinya begitu perih. Wajah Ellea begitu mirip dengan almarhumah Elyna.
Ayah Rifal selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk sang putri. Di mana dia ingin mengurus Ellea sendiri tanpa bantuan Nanny. Walaupun awalnya ada pertentangan dari kedua saudaranya. Akhirnya, mereka mengalah. Baik Papih Rindra dan Baba Radit membiarkan karena mereka percaya ayah Rifal akan mengurus Ellea dengan sangat baik.
Namun, mereka juga sepakat untuk ikut mengurus Ellea dan memberikan banyak cinta untuk Ellea. Mereka tidak ingin Ellea kekurangan kasih sayang.
Hampir seperempat abad, ayah Rifal banyak mengorbankan semuanya. Menahan kesedihannya demi sang putri tunggal. Setiap malam diam-diam menangis karena dia merasa begitu kehilangan wanita yang terlambat dia cintai. Ketika cintanya tumbuh dan besar, Tuhan memanggil Elyna dan meninggalkan sebuah aset berharga, yakni Ellea.
Kehilangan Elyna merupakan kesakitan yang tak akan pernah bisa diobati. Sebenarnya, ayah Rifal seperti orang yang kehilangan arah. Hanya mencoba menjadi manusia waras agar sang putri tetap bahagia meskipun hanya hidup berdua dengannya.
"Sayang, anak kita sudah mau menikah. Harusnya kamu ada di sini melihatnya. Pasti kamu bahagia."
Wajah ayah Rifal kembali basah. Dia begitu merindukan istrinya. Tuhan memberikan karma instan kepadanya karena telah menyakiti Elyna di awal pernikahan karena sebuah perjodohan. Kini, ayah Rifal hidup dalam penyesalan yang begitu dalam.
"Maafkan Mas, Sayang. Mas memaksa Ellea untuk segera menikah karena Mas sudah tak sabar ingin bertemu kamu."
"Mas sudah sangat lelah hidup dalam sebuah kepura-puraan. Mas ingin tinggal bersama kamu, di sebuah tempat yang bernama keabadian."
Ikatan hati Ellea dan sang ayah begitu erat. Di waktu dan hari yang sama mereka merindukan mendiang Elyna. Mereka menangis dan mengadu kepada wanita yang begitu mereka mencintai dengan cara mereka sendiri.
.
Ellea meninggalkan pusara sang bunda dengan wajah yang begitu sembab. Jalannya seperti tak menapak. Langkahnya terhenti ketika melihat lelaki tinggi bersandar di pintu mobil berwarna hitam. Pakaian kantornya masih begitu rapi.
Ellea tak berani menegakkan kepala ketika lelaki itu menghampirinya. Apalagi wajah lelaki itu begitu datar. Tangan lelaki itu menyentuh dagu Ellea. Mencoba menegakkan kepala Ellea agar menatapnya. Mata Ellea kembali memerah.
"Menangislah sampai puas. Ketika kamu sudah jadi istriku, air mata kamu haram untuk kamu teteskan."
Ahlam memeluk tubuh Ellea dan tangisnya pun pecah. Ahlam memejamkan matanya sejenak, hatinya begitu sakit dan perih mendengar isakan lirih Ellea. Tangannya mengusap lembut punggung Ellea tanpa berkata sedikit pun. Dia membiarkan Ellea menangis sepuasnya di dadanya. Air mata yang sedari dulu dia tahan demi menjaga perasaan seseorang yang amat dia sayang.
Sepuluh menit berselang, tangis Ellea mulai mereda. Ahlam mulai memundurkan tubuh Ellea perlahan. Menatap wajah yang begitu sendu itu dengan begitu dalam.
"Sudah?"
Ellea mengangguk dan mencoba untuk tersenyum. Telapak tangan Ahlam mengusap lembut pipi Ellea yang basah. Dan tanpa Ellea duga, Ahlam mengecup kelopak mata Ellea bergantian. Sebuah kehangatan menjalar di hati Ellea.
"Kita pulang, ya."
.
Tibanya di Jakarta, Ellea menatap ke arah Ahlam yang tengah fokus pada jalanan.
"Aku gak mau pulang ke rumah."
Ahlam menoleh sekilas. Dia tak menjawab, hanya tangannya yang mengusap lembut ujung kepala Ellea. Sampai mobil menuju arah rumah besar keluarga Ahlam.
"Ahlam--"
"Kita ke rumah Bubu."
Tibanya di sana, dua wanita yang masih begitu cantik menyambut Ellea. Tangis Ellea kembali pecah. Ahlam hanya bisa menghela napas kasar.
"Kenapa kamu pendam sendiri, El?" tanya Bubu Echa dengan nada pedih.
"Kamu bisa cerita sama Mamih," lanjut Mamih Nesha.
Kasih sayang yang Ellea dapatkan tak kurang, tapi tetap saja Ellea menginginkan kasih sayang dari wanita yang melahirkannya. Wanita yang tak pernah dia lihat dari dia lahir ke dunia sampai sekarang.
Baba Radit dan Papih Rindra menghampiri Ahlam. Mereka berdua menatap Ahlam dengan penuh arti.
"Makasih, Ahlam," ucap Papih Rindra.
"Enggak perlu berkata seperti itu, Om. Ellea calon istri Iam. Sudah jadi tugas Iam untuk jaga Ellea."
Baba Radit menepuk pundak Ahlam dengan begitu lembut. Dia tersenyum begitu manis kepada Ahlam.
"Baba bangga sama kamu."
Keraguan keluarga mendiang Addhitama kepada Ahlam kini hilang sudah. Ayah Rifal ternyata memilih lelaki yang tepat dan terbaik untuk Ellea.
.
Bubu Echa dan Mamih Nesha menatap dalam wajah Ellea yang kini terlelap dengan begitu damainya. Air mata mereka berdua masih belum surut.
"Ditinggal Ayah pas udah menikah dan punya anak aja sakitnya luar biasa. Bagaimana dengan kesakitan kamu, El?"
Bubu Echa mengusap lembut rambut Ellea. Setiap kali dia melihat Ellea, dia merasakan kesedihan yang tak bisa diungkapkan. Kesedihan yang begitu dalam hingga mulut pun terbungkam.
Pintu kamar terbuka, Bubu Echa dan Mamih Nesha menoleh. Menatap Ahlam yang sudah melangkah maju.
"Terus jaga El ya, Am. Jangan biarkan Ellea sedih seperti ini lagi. Hati Bubu hancur."
Ahlam memeluk tubuh sang Tante. Ellea memang permata berharga yang harus dia jaga dengan sekuat tenaga.
"Iya, Bubu. Iam akan jaga Ellea."
Nesha menatap Ahlam dengan sorot mata penuh harapan tinggi. Dia mengusap lembut pundak Ahlam.
"Jangan sakiti Ellea. Sudah banyak kesakitan yang dia terima. Sudah tak terhitung kesedihan yang dia rasakan. Sekarang, tolong berikan kebahagiaan untuknya. Lengkapi ruang kosong yang ada di hidup Ellea."
Ahlam hanya bisa mengangguk patuh. Permintaan kedua Tante Ellea tidak dia jadikan beban. Melainkan menjadi tanggung jawab penuh untuknya menjaga serta membahagiakan Ellea. Meskipun, perkataan Zeyn masih terngiang di kepala.
"Ellea menikah dengan lu hanya karena sebuah bakti. Dia sudah berjanji kepada dirinya bahkan kepada ayahnya jika dia tidak akan pernah membuka hati. Jadi, jangan berharap lebih."
...***To Be Continue***...
Jangan lupa komen sambil nunggu serangan fajar 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yus Nita
lah...
si pecundaang msh aja mengeluar kan racun berbisa ny
2024-08-24
1
Farida Tumiran123
banjir banjir air mata
2024-03-07
0
aisya
jgn dgrin zryn toxic
2024-02-15
0