Ahlam mengerutkan dahi ketika dia yang baru saja keluar kantor melihat seseorang yang berdiri menunggunya.
"Kita perlu bicara." Lelaki tampan itu berkata dengan begitu tegas. Wajahnya pun begitu serius.
Ahlam mengikuti ke mana mobil di depannya melaju. Dia ingin tahu apa yang ingin lelaki itu bicarakan. Mereka sudah duduk di kedai kopi tak jauh dari kantor Wiguna Grup Cabang.
"Di sini gua hanya akan mendengarkan." Ahlam sudah membuka suaranya.
"Kenapa lu mau dijodohin sama Ellea? Apa lu udah punya rencana nyakitin dia?"
Pertanyaan Zeyn membuat Ahlam menggelengkan kepala. Pemikiran lelaki di depannya itu begitu dangkal.
"Novel apa sih yang udah lu baca? Enggak selamanya pasangan yang dijodohkan akan saling menyakiti di awal," papar Ahlam kesal.
"Gua sama Ellea udah sepakat untuk menerima perjodohan ini tanpa adanya perdebatan. Itu artinya kalau gua dan Ellea sudah memulai hubungan dengan baik. PAHAM?"
"Gua tahu lu hanya pura-pura care sama Ellea. Lu melakukan itu untuk menarik hati Om Rindra dan Kak Restu doang kan." Zeyn terus menyerang Ahlam.
Gamail Ahlam Wiguna menghela napas begitu berat ketika mendengar serangan dari Zeyn. Dia mulai menegakkan tubuhnya. Menatap Zeyn dengan begitu tajam.
"Gua gak sepicik itu!"
.
Ahlam duduk sendiri di taman kota. Dia menatap lurus ke depan dengan dasi yang sudah tak beraturan.
"Gua emang pernah salah. Tapi, sekarang gua udah berubah," gumamnya.
Kejadian sembilan tahun yang lalu mulai berputar di kepalanya. Kebodohannya karena cinta yang berlebihan membuat saudaranya sendiri terluka. Bahkan, kebodohannya itu membuat dia diasingkan selama hampir delapan tahun.
Banyak pelajaran yang dia dapat selama masa pengasingan. Sikap buruknya perlahan berubah. Sikap aktifnya sedikit demi sedikit hilang.
"Satu titik hitam di kertas putih akan selalu menjadi titik pusat pandang," gumamnya lagi.
Dia masih betah duduk di sana sendirian. Menatap langit malam yang begitu terang.
"Maafkan Iam, Ayah. Maafkan Iam, Bunda. Iam janji, Iam tidak akan pernah menyakiti siapapun lagi."
Kalimat penuh penyesalan terlontar. Dia menghela napas begitu kasar. Hingga ada tangan yang menyodorkan minuman beralkohol ke arahnya. Ahlam menoleh dan ternyata Agha yang ada di sana.
"Mas!"
Agha tersenyum ke arah Ahlam. Dia duduk tepat di samping adik sepupunya.
"Gua yakin lu udah berubah."
Kalimat itu membuat Ahlam menatap Agha dengan begitu dalam. Sudah begitu lama dia tak duduk berdua seperti ini lagi dengan lelaki yang sangat dia idolakan. Kakak sepupunya yang selalu dia ikuti sewaktu dia kecil.
"Iam gak mau nyakitin orang lain lagi."
Agha tersenyum. Dia mengusap lembut ujung rambut Ahlam. Dia memperlakukan Ahlam seperti anak-anak.
"Termasuk Ellea?"
Ahlam mengangguk dengan begitu cepat. Agha tak melihat ada kebohongan di sana. Betapa seriusnya sorot mata Ahlam berbicara.
"Iam bukan tokoh di cerita fiksi. Tidak semua cerita pernikahan yang dijodohkan itu sama. Iam dari awal tak menolak, begitu juga dengan Ellea. Kami sudah sepakat karena kami memiliki kesamaan niat, yakni Menikah karena ingin berbakti kepada orang tua."
Agha pun tersenyum. Dia menepuk pundak Ahlam dengan cukup keras.
"Ternyata lu udah sangat dewasa. Pantes Uncle ingin lu cepet nikah." Ahlam pun tertawa.
Mereka berdua menikmati malam di taman dengan ditemani minuman alkohol kalengan. Bernostalgia sewaktu mereka masih kecil. Sama sekali tak membahas perihal kisah kelam percintaan mereka berdua yang membuat hubungan persaudaraan mereka hampir putus.
Jam sudah berputar ke arah angka sebelas. Setengah jam yang lalu Agha sudah pulang karena sang putra terbangun dan mencarinya. Ahlam mulai beranjak dari sana. Hatinya sedikit merasa tenang karena sudah bisa bercerita kepada orang yang tepat. Orang yang sangat dia rindukan.
Ahlam memicingkan mata ketika dia melihat ada seseorang yang mengenakan Hoodie berwarna navy dan masker di depan pagar pintu rumah orang tuanya. Ahlam menghentikan mobilnya dan turun menghampiri orang tersebut. Tubuhnya menegang ketika orang itu membuka masker.
"Kenapa kamu di sini, El?"
Ahlam segera membuka jas-nya dan memakaikannya pada Ellea. Meskipun sudah memakai hoodie, Ahlam sangat yakin jika Ellea masih kedinginan. Setelah itu, Ahlam membawa Ellea masuk ke dalam rumah.
Ellea sudah duduk di kursi yang ada di dapur. Ahlam sedang membuatkan susu panas untuk Ellea.
"Minumlah," titah Ahlam.
Dia sudah duduk di samping Ellea. Memandangi Ellea yang tengah meminum susu buatannya dengan hati-hati.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku."
Ellea mulai menatap Ahlam. Sorot mata Ahlam menginginkan sebuah penjelasan.
"Tadi Tante hubungi aku. Dia nanyain kamu karena belum pulang. Tante berpikir kalau kamu lagi sama aku." Ellea menjeda ucapannya.
"Jam sepuluh aku hubungi Tante, aku nanyain kamu. Tante bilang kamu masih belum pulang juga. Ayah nyuruh aku buat cari di kantor, pas ke sana security bilang kamu gak ada. Terus, aku mutusin buat nunggu kamu di depan."
Tangan Ahlam sudah berada di ujung kepala Ellea. Usapan lembut dia berikan.
"Kamu cemas?" Ellea mengangguk.
"Security bilang kalau kamu sudah ditunggu sama seorang laki-laki yang aku kenali. Aku--"
"I'm okay," potong Ahlam sambil mengusap lembut pipi Ellea.
"Kamu gak perlu khawatir lagi, ya."
Ellea mengangguk pelan bagai anak kecil. Ahlam begitu gemas melihat Ellea seperti itu. Selesai menghabiskan segelas susu, Ahlam berkata lagi.
"Mau nginep apa pulang?"
"Pulang aja. Aku gak tenang ninggalin Ayah sendirian."
Dedikasi Ellea terhadap ayahnya begitu tinggi. Itulah yang dapat Ahlam rasakan.
.
Pagi datang, Ellea dikejutkan dengan kehadiran Zeyn di rumahnya. Lelaki itu seakan belum mau menerima kenyataan yang ada.
"Aku perlu bicara."
Ellea tak enak jika menolak. Dia mengiyakan saja hingga Zeyn mulai bicara ketika mereka berada di halaman samping.
"Rekam jejak Ahlam tidak baik, El," ujarnya.
Ellea sedikit terkejut. Namun, dia masih mendengarkan kalimat lanjutan dari Zeyn.
"Dia pernah diasingkan oleh pamannya sendiri karena dia telah menyakiti hati anak pamannya. Tidak main-main, dia diasingkan selama delapan tahun. Sudah pasti kan dia melakukan kesalahan yang fatal."
Ellea terlihat berpikir. Mulutnya masih tertutup begitu rapat ketika mendengar penjelasan dari Zeyn tentang Ahlam.
"Dia bisa begitu tega kepada saudaranya sendiri. Dia bisa lebih tega kepada kamu setelah kalian menikah. Sekarang, dia bersikap manis karena untuk mencari simpati dari Om Rindra dan Kak Restu."
Ellea mulai menatap Zeyn. Mereka saling pandang untuk beberapa detik. Zeyn meyakini El akan goyah. Suara seseorang membuat mereka berdua menoleh. Ahlam memberikan sebuah paper bag kepada Ellea.
"Titipan dari Bunda," ucapnya tanpa sebuah senyum. Ellea meyakini jika Ahlam mendengar semuanya.
Ellea mulai berdiri. Dia berjalan menghampiri Ahlam dan menatap lelaki tinggi itu dengan begitu dalam. Tatapan yang tak pernah Ahlam terima sebelumnya.
"Setiap orang pasti memiliki masa kelam. Tapi, aku percaya ada pelajaran yang berharga yang didapatkan dan akan mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi." Ellea masih menatap Ahlam.
"Aku bukan manusia sempurna. Aku tidak berhak menuntut kesempurnaan dari lelaki yang nantinya akan menjadi imamku."
...***To Be Continue***...
Komen lagi dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yus Nita
apa yjudul novel pertama klrga wiguna.
biar gak penasaran dengan cerita ny.
soal ny bingung, ada apa dengan masa lalu
Ahlam... sehingga dia di asing kan
2024-08-24
0
Rahmawati Abdillah
meleleh dengan penuturan El untuk lam,sepertinya cinta sudah bersemi tak Meraka sadari🤗🤗🤗
2024-02-13
0
Ayu wandira Ayu
zeyn jadi kompor mleduk
2024-02-12
0