Ayah Rifal sedikit kaget melihat sang putri pulang diantar oleh Ahlam.
"Bukannya kamu tadi sama Zeyn?"
Tubuh Ahlam membeku mendengar nama yang disebut oleh ayah Ellea. Ternyata ayah Rifal tahu jika Ellea dekat dengan Zeyn.
"Iya, Ayah. Tadi aku ketemu sama Ahlam di kedai kopi," terang Ellea.
"Kan gak baik Om kalau calon istri Iam pulangnya diantar lelaki lain. Apa kata orang nanti?"
Sontak Ellea menoleh ke arah Ahlam. Lelaki tinggi itu bersikap santai dan berbalik menatap Ellea.
"Ada yang salah?" Ellea menggeleng dengan begitu cepat.
Ayah Rifal mengulum senyum melihat Ahlam dan Ellea. Dua anak baik yang sebentar lagi akan sah menjadi suami-istri.
"Udah jangan berantem," lerai ayah Rifal.
Kompak Ahlam dan Ellea menatap pria yang sudah tak muda. Ayah Rifal tersenyum begitu lebar dan berkata, "gak salah Ayah dan Aska menjodohkan kalian."
.
Ellea baru saja selesai membersihkan tubuh. Dia menghela napas kasar mengingat pertemuan dirinya dengan Zeyn. Suara pintu terbuka membuat Ellea membalikkan tubuh. Senyum teduh sang ayah yang Ellea lihat.
"Kok Ayah belum tidur?" Ellea sudah menggandeng tangan ayahnya. Membawa sang ayah untuk duduk di sofa panjang.
"Apa Zeyn menyatakan cinta lagi sama kamu?"
Ayah Rifal mengetahui semuanya karena Ellea selalu terbuka kepadanya perihal apapun. Termasuk lelaki baik yang tak putus asa mengejar sang putri tercinta.
"Zeyn ingin mengajak El menikah."
Ayah Rifal malah tertawa mendengarnya. Dia mengusap lembut ujung kepala sang putri tercinta.
"Apa kamu mau?"
Ellea berdecak kesal dan memasang wajah merengut ke arah sang ayah. Rifal semakin tertawa dan mencubit gemas pipi Ellea.
"El kan sudah bilang, jika El hanya mencintai satu lelaki di dunia ini, yaitu Ayah." Tangan Ellea memeluk pinggang sang ayah dengan begitu erat.
Kalimat itu sering sekali Ellea katakan. Sekeras apapun Zeyn mendekati Ellea, tapi Ellea tetap menutup hatinya. Dia hanya menganggap Zeyn teman. Tak lebih dan tak kurang. Satu hal yang Ellea takutkan di dunia ini, cinta untuk ayahnya terbagi karena dia mencintai seseorang.
"Jika, Ahlam mencintai kamu sama seperti Ayah mencintai kamu. Apa kamu akan membalas cintanya?"
Ellea terdiam. Dia memundurkan tubuhnya dari pelukan sang ayah. Menatap ayahnya dengan begitu dalam.
"Apa dia akan mencintaiku?"
.
Setelah ayahnya keluar dari kamar. Ellea termenung dengan kedua kaki yang dia peluk. Tatapannya lurus ke depan dengan gejolak pikiran yang cukup berat.
"JANGAN GANGGU CALON ISTRI GUA!"
Kalimat itu yang kini terngiang di kepala Ellea. Ahlam terlihat tidak suka ketika ponsel Ellea terus berdering dan nama Zeyn yang tertera di sana. Dia merampas Ponsel Ellea dan menjawab panggilan tersebut dengan nada penuh penekanan. Ellea hanya terdiam dengan dada yang berdegup kencang. Namun, sebuah usapan di ujung kepalanya membuat rasa takut itu perlahan menghilang.
"Aku blokir, ya."
Ellea bagai terhipnotis dengan kalimat yang terucap dari bibir Ahlam. Kepalanya pun mengangguk pelan.
Helaan napas kasar keluar dari mulut Ellea. Dia bisa menilai jika Ahlam adalah lelaki yang baik. Matanya kini tertuju pada telapak tangan. Di mana Ahlam terus menggenggam tangannya ketika keluar dari kedai kopi sampai menuju parkiran.
.
Ahlam tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Di mana dia masih teringat kepada Zeyn. Lelaki yang bersama Ellea tadi di kedai kopi.
"Siapa sebenarnya Zeyn?" gumamnya.
Dia berpikir sejenak. Tangannya dengan cepat meraih ponsel dan menghubungi seseorang. Sayangnya, panggilannya tak dijawab.
"Nih anak ke mana sih?"
Ahlam benar-benar kesal karena orang yang dia butuhkan malah mengabaikan panggilannya.
"Enggak mungkin kan gua nanya ke Ahjussi, yang ada entar gua dirujak," gumamnya kembali.
Terpaksa Ahlam mengirimkan pesan kepada orang yang bisa memberikannya informasi. Dia berharap orang itu akan membalas pesannya dengan cepat. Sayangnya, sampai Ahlam tertidur pun tak ada balasan.
Di sela waktu kerjanya, dia sering mengecek ponsel dan berharap ada pesan balasan dari orang yang dia hubungi semalam. Namun, pesan itu hanya terkirim dan belum terbaca.
Umpatan demi umpatan kesal keluar dari mulut Ahlam. Hingga ponselnya berdenting. Dia segera membukanya dan ternyata pesan dari sang ibu.
Jam makan siang dia kembali ke rumah atas permintaan sang bunda. Langkahnya terhenti ketika mendengar sang ibu berbicara dengan seorang wanita. Ketika dia mendekat dia melihat tawa yang begitu lepas dari seorang Ellea. Tawa yang begitu cantik.
"Bang, ayo makan!"
Ahlam mulai sadar dan menuju meja makan. Banyak menu makanan yang tersedia di atas meja.
"Semuanya masakan Ellea."
Ahlam hanya mengangguk dan mulai memakan masakan Ellea. Kunyahannya terhenti dan itu membuat Ellea menggigit bibir bawahnya.
"Enak."
Wajah Ellea seketika berubah. Senyum pun mengembang di wajahnya. Hati Ahlam begitu tenang melihat senyum Ellea yang begitu menyejukkan.
"Abis makan, anter Ellea pulang, ya. Soalnya dari pagi dia di sini." Ahlam yang hendak membuka suara terhenti ketika Ellea sudah menjawab ucapan sang bunda.
"Aku bisa minta jemput Pak--"
"Iam akan anterin El pulang."
Ellea tak bisa menolak karena Ahlam menatapnya dengan begitu tajam.
.
Mobil sudah melaju meninggalkan rumah. Namun, mobil yang dikemudi Ahlam tidak menuju ke arah rumah Ellea.
"Kita mau ke mana?' tanya Ellea yang sudah menatap Ahlam yang fokus pada jalanan.
"Ke kantor aku."
Tibanya di kantor, Ellea masih mematung di depan pintu masuk. Ahlam yang sudah lebih dulu masuk menoleh ke arah belakang. Dia pun berdecak kesal karena Ellea tak mengikuti langkahnya.
Ahlam memutar balik langkahnya. Menghampiri Ellea enggan untuk masuk. Tak ada kata dari mulut Ahlam, tapi tangannya mulai menggenggam tangan Ellea dan membawanya masuk ke kantor Wiguna Grup cabang. Pandangan para karyawan di sana membuat Ellea risih.
"Kenapa kamu bawa aku ke sini?" tanya Ellea ketika sudah berada di ruangan Ahlam.
"Apa salah kalau aku ingin ditemani calon istriku?"
"Tapi--"
"Aku udah ijin ke Om Ipang."
Ellea pun terdiam. Ellea pun duduk di sofa dengan makanan yang sudah tersedia di sana. Dia melihat ke arah Ahlam yang sudah fokus pada layar segiempatnya. Hanya hembusan napas kasar yang keluar dari mulutnya.
"Zeyn lagi di rumah?"
Itulah alasan kenapa Ahlam membawa Ellea ke kantor. Dia tidak sengaja mendengar percakapan Ellea dengan ayahnya.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Ahlam. Orang yang dia tunggu akhirnya membalas pesan yang dia kirim.
Enjan Anak Singa
"Zeyn Maliq Ar Rashid putra dari seorang dokter senior pemilik salah satu rumah sakit besar di negeri ini. Dia teman El-el sedari SMA. Dia mampu menaklukkan dua pilar kehidupan yang El-el miliki, yaitu Uncle dan Papih. Dia adalah pangeran yang diharapkan oleh mereka berdua, tapi ternyata kisah El-el mengandung plot twist."
"Jangan pernah kecewakan dua pilar kehidupan Karena mereka masih memiliki pemain cadangan yang tengah menunggu di pinggir lapangan."
...***To Be Continue***...
Komennya banyakin dong ... Jangan makin kendor🥲
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yus Nita
waoowww....
salutbiat abang enzan.semua info dengan begitu rinci dia dapat kan
2024-08-24
0
R_3DHE 💪('ω'💪)
kerenn nih kata katanya
2024-03-24
0
Heni Linda Oriflame
kudu waspada nih iam jangan sampe pemain cadangan malah menjadi pemain inti 😆
2024-02-19
0