Ayah Aska mengumpulkan keempat anaknya dan juga sang istri di ruang keluarga. Tidak biasanya dila seperti itu. Balqis sudah memandang Apang yang menggeleng kepala pelan.
"Ada apa, Yah?" Hanya Dalla yang berani membuka suara. Sedangkan Ahlam terdiam santai.
"Ada hal penting yang ingin Ayah katakan pada kalian."
Apang dan Balqis sedikit membeku. Jika, sudah begini sang ayah sama seperti sang paman. Terlihat garangnya.
"Kak Apang ngelakuin kesalahan gak?" bisik Balqis. Apang dengan cepat menggeleng.
"Ini tentang pernikahan."
Apang dan Balqis kompak menoleh ke arah Dalla. Kakak pertama mereka yang memang sudah mengikat seroang wanita cantik yang berprofesi dokter magang.
"Ayah sudah bicara dengan keluarga Rene. Mereka meminta pernikahan kalian dipercepat sebelum Rene ditugaskan ke Bali."
Dalla mengangguk patuh. Dia akan mengikuti apapun yang diputuskan oleh ayahnya. Namun, ada sebuah kalimat tambahan yang membuat tubuh Dalla, Apang serta Balqis menegang.
"Satu hari setelah Dalla menikah, Ahlam akan melakukan akad juga."
Mereka bertiga tak bisa berkata. Hanya bisa menatap kompak ke arah Ahlam yang terlihat santai seraya menyunggingkan senyum begitu tulus.
"Sa-sama siapa?" Balqis masih berada antara percaya dan tidak.
"Ellea, anak Om Ipang."
Jawaban sang ayah membuat mata mereka bertiga melebar. Mereka nampak terkejut sampai tak bisa berkata apapun.
"Kenapa dadakan?" Apang pun mulai berani bertanya kepada sang ayah.
"Abang dijodohin."
.
"Abang kenapa mau sih?" omel Balqis ketika mereka berempat berada di kamar Ahlam.
"Nikah karena cinta aja belum tentu bahagia. Apalagi pake cara kuno begini," tambah Dalla.
Hanya Apang yang tak bersuara. Dia melihat jelas tatapan Ahlam kepada Ellea di acara pernikahan Ghea dan Reksa tiga Minggu yang lalu. Namun, dia tidak menyangka jika mereka dijodohkan.
"Boleh Abang jawab?" tanya Ahlam dengan begitu santai. Dalla dan Balqis pun terdiam.
"Pernikahan Abang dan Ellea mutlak karena kesepakatan kami berdua. Terpaksa, pasti ada. Tapi, kami memiliki niat yang sama, ingin membahagiakan orang tua."
Tak ada kebohongan yang Ahlam katakan. Ketiga kembaran Ahlam dapat merasakan itu. Semakin hari Ahlam menjadi lelaki yang lebih kalem. Tidak seperti dulu di mana dia menjadi anak yang paling aktif yang selalu menempel kepada Mas Agha, kakak sepupu mereka.
"Mas, Apang dan Aqis tahu kan. Kalau Abang pernah membuat Ayah dan Bunda kecewa. Bahkan, Daddy sampai murka." Ahlam menjeda ucapannya.
"Ayah meminta Abang untuk menikah dengan perempuan yang sudah Ayah siapkan. Perempuan yang tak asing untuk kita, dan sudah dipastikan perempuan itu adalah perempuan terbaik yang Ayah pilihkan untuk Abang." Ahlam tersenyum ke arah ketiga saudaranya.
"Dengan Abang menyetujui perjodohan ini. Setidaknya ada tiga orang yang sudah Abang buat bahagia. Ayah, Bunda, dan juga Om Ipang, ayah Ellea. Meskipun, itu tak mampu menebus rasa kecewa Ayah dan Bunda, tapi Abang berusaha menjadi anak yang berguna dan berbakti kepada mereka."
Apang memeluk tubuh sang kakak. Diikuti Balqis dan juga Dalla. Mereka tahu bagaimana beratnya hidup Ahlam. Bagaimana kecewanya kedua orang tua mereka kepada Ahlam. Hingga sampai di mana sang paman membebaskan Ahlam dari hukuman. Membawanya kembali ke dekapan orang-orang yang menyayanginya.
"Kalian jangan khawatir. Abang ikhlas menerima perjodohan ini. Begitu juga dengan calon istri Abang."
.
Dua Minggu sebelum pernikahan Ahlam dan Ellea diselenggarakan. Rindra serta Radit menjemput Rifal dan Ellea di Surabaya. Anak kedua dari mendiang Addhitama akan kembali ke rumah besar dan meninggalkan rumah sederhana tersebut.
Tatapan Rindra dan Radit membuat Ellea tak kuasa menahan laju air mata. Ellea berhambur memeluk tubuh Papih dan Baba-nya.
"Terlalu jauh El. Terlalu jauh," ucap Rindra. Tangan Ellea semakin melingkar erat di pinggang sang paman.
"Ini tak sebanding dengan pengorbanan Ayah, Pih."
Ellea mulai mengendurkan pelukannya. Menatap dalam wajah Rindra yang menyiratkan kesedihan yang mendalam karena keputusan yang Ellea ambil.
"El sudah mengikuti larangan Papih dan Baba untuk tidak mendonorkan ginjal karena itu terlalu berisiko. Sekarang, El mengambil keputusan yang minim risiko." Senyum Ellea ukirkan di bibirnya.
"Kebahagiaan kamu yang kamu pertaruhkan, El," sahut Radit dengan nada begitu lembut.
Ellea meraih tangan sang baba. Dia menatap dalam wajah pamannya yang masih teramat tampan.
"Kebahagiaan El adalah melihat Ayah bahagia."
Radit menghela napas begitu berat. Dia merasakan apa yang Ellea rasakan. Tak mengenal sosok ibu sama sekali. Juga tak merasakan kasih sayang dari wanita yang melahirkannya. Sampai pada sang Papih pun rela mengurusnya sendirian tanpa bantuan nanny. Dan tidak memikirkan perihal pernikahan sampai sang ayah menutup mata. Sama seperti sang kakak sekarang.
"Jangan khawatirkan El, Pih, Ba. El janji, El tidak akan pernah mengecewakan kalian dengan pernikahan El."
Rindra dan Radit memeluk tubuh sang keponakan dengan begitu erat. Ellea adalah malaikat kecil yang Tuhan berikan untuk mereka semua jaga dan besarkan dengan penuh kasih sayang. Memberikan cinta yang banyak supaya dia tidak merasakan kesedihan karena tidak memiliki ibu. Istri dari Rindra dan Radit pun mencurahkan kasih sayang mereka kepada Ellea. Bergantian mengurus Ellea, dan berusaha selalu ada di setiap acara penting sekolah Ellea. Itu semua mereka lakukan karena mereka sangat menyayangi Ellea. Berusaha menjadi sosok ibu yang nyata untuk sang keponakan.
Tibanya di Jakarta, Ellea dipeluk erat oleh dua wanita yang begitu cantik. Air matanya kembali menetes.
"Jangan nangis, El." Echa sudah mengusap air mata Ellea dengan begitu lembut.
Rifal hanya bisa menghela napas kasar ketika melihat sang putri sangat nyaman memeluk dua iparnya. Dia merasakan jika ada kerinduan yang Ellea pendam. Merindukan sosok yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Keesokan malamnya, keluarga Aska datang melamar Ellea ke rumah utama Addhitama. Mereka membawa seserahan yang begitu banyak. Agha dan Ghea baru tahu jika calon istri Ahlam adalah Ellea.
Setelah kalimat demi kalimat formal terucap, Ellea keluar dari kamar diapit oleh Aleesa dan Aleeya. Seketika mata Ahlam tak berkedip melihat kecantikan Ellea malam ini. Apalagi melihat Ellea tersenyum.
"Udah Bang terpesonanya," ejek sang bunda dan membuat Ahlam gelagapan. Semua orang tersenyum melihat Ahlam yang sudah salah tingkah.
Cincin pun sudah tersemat di jari manis Ellea dan juga Ahlam. Kini, mereka ada di halaman samping berdua.
"Sebelum kita menikah, apa perlu kita membuat sebuah perjanjian?"
Ellea menatap wajah Ahlam dengan penuh kebingungan. Sorot mata yang begitu polos itu membuat Ahlam gemas.
"Apa kamu akan membuat perjanjian seperti di novel-novel nikah paksa? Di mana di tahun yang telah ditentukan kamu akan menceraikan aku?"
Ahlam pun tertawa mendengar kalimat yang terucap dari bibir mungil Ellea. Namun, kalimat lanjutan yang keluar dari bibir Ellea membuat Ahlam terdiam.
"Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup."
Ahlam semakin menatap dalam wajah Ellea yang juga tengah menatapnya dengan begitu serius.
"Sekalipun kamu tidak pernah mencintaiku, jangan pernah menjatuhkan talak kepadaku. Aku lebih ikhlas jika kamu berpoligami. Aku tidak ingin mempermainkan pernikahan yang sakral. Juga, aku tak ingin mengecewakan orang-orang yang aku sayangi. Lebih baik aku yang tersakiti."
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya? Dan terus baca bab awal sampai akhir, ya. Jangan cuma mampir. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Epi Tri Wahyuni
kok bikin nyesek kata2 Ellea,🥺🥺🥺
2024-08-11
1
niktut ugis
ya Ampun ellea 🥹😭
2024-04-03
0
R_3DHE 💪('ω'💪)
🥺🥺🤧🤧🤧
aku terhura...
2024-03-24
0