Kalimat Ellea semalam masih terngiang di kepala Ahlam. Dia tidak menyangka jika Ellea memiliki pemikiran sejauh itu.
"Apa tampang gua sejahat itu?" gumamnya sembari bercermin di layar ponsel.
Pintu ruangan kerja yang terbuka membuat Ahlam sedikit terkejut. Dia segera berdiri ketika melihat sang bubu datang. Dia menghampiri Echa dan mencium tangan wanita yang amat dia hormati.
"Bubu kenapa gak bilang mau ke sini?" Hanya seulas senyum yang menjadi jawaban dari Echa.
Wanita yang sudah tidak muda lagi itu menyuruh Ahlam untuk duduk di sampingnya. Tatapan begitu teduh Ahlam terima.
"Boleh Bubu minta sesuatu dari kamu?"
Tak biasanya sang Tante seperti ini. Kepala Ahlam pun mengangguk. Tangan Echa mulai menggenggam tangan Ahlam dengan mata yang masih menatap Ahlam begitu dalam.
"Bubu titip Ellea, ya. Jaga dia dan jangan sakiti dia."
Tubuh Ahlam seketika membeku mendengar kalimat yang terucap dari mulut sang bubu. Sorot matanya pun menunjukkan sebuah permohonan yang mendalam.
"Jika, kamu merasa tidak cocok dengan Ellea. Terus teranglah kepada Bubu atau Baba. Atau kembalikan dia kepada kami."
Ahlam masih terdiam. Dia seperti melihat ketakutan dari seorang ibu.
"Ellea adalah peri kecil tak bersayap yang Tuhan berikan untuk kami. Kami membesarkannya, menjaganya, dan menyayanginya dengan begitu besar. Jika, nanti kamu tidak bisa memberikan cinta yang besar kepadanya. Pulangkanlah Ellea kepada kami."
"Apa setidakpercayanya itu Bubu kepada Iam?"
Echa menggeleng pelan. Dia mengusap lembut pipi sang keponakan.
"Bubu hanya takut kamu akan menyakiti Ellea. Bubu tidak ingin melihat Ellea sedih apalagi sampai menangis. Kami akan merasa gagal dan malu kepada mendiang Mbak Elyna karena tidak becus membuat keponakan kami bahagia."
Hati Ahlam mencelos mendengarnya. Dia bisa menyimpulkan jika Ellea adalah permata berharga yang dimiliki keluarga Addhitama.
.
Ellea dan Ellea, hanya nama itu yang terus bersarang di kepala Ahlam. Setelah sang bubu pulang, dia dikejutkan dengan undangan dadakan dari dua pria tampa dan sangat dia segani. Ahlam tak bisa menolak. Pada akhirnya, selepas pulang kerja dia datang ke tempat yang sudah ditentukan. Tanpa berganti pakaian.
Tatapan tajam Ahlam dapatkan. Namun, dia harus bersikap gentle man atas keputusan yang sudah dia ambil.
"Kak Rio, Ahjussi," sapanya.
Dia juga mencium tangan kedua pria itu dengan begitu sopan. Meskipun, dadanya berdegup dengan kencang. Dia berusaha untuk tetap santai.
"Lu gak main-main kan sama adik gua?"
Pertanyaan penuh keseriusan terlontar dari mulut Rio. Tatapannya yang begitu serius pun dia berikan kepada Ahlam.
"Iam serius."
"Jangan permainkan sebuah ikatan suci pernikahan," tekan Restu dengan tatapan membunuhnya.
Iam pun tersenyum ke arah Restu. Dia menatap sang ahjussi dengan senyum yang begitu teduh.
"Iam dan Ellea sepakat untuk menikah karena memiliki tujuan yang sama. Tapi, kami berdua tak memiliki niatan ke sana. Justru, kami akan berusaha. menjadi pasangan suami istri pada umumnya."
Rio dan Restu terdiam mendengar jawaban Ahlam. Lelaki tinggi di depannya tidak menyiratkan kebohongan sama sekali.
"Gua akan pegang omongan lu itu. Tapi, kalau sampe lu nyakitin Ellea. Gua gak akan segan memisahkan lu berdua." Ancaman yang begitu kejam keluar dari mulut Rio. Matanya pun berapi-api.
"Kalau lu gak bisa bahagiain Ellea, balikin Ellea ke gua. Jangan pernah sekalipun lu sakiti dia. Atau tangan gua yang akan menghabisi lu."
Ahlam hanya dapat menelan ludah mendengar ancaman Ahjussi-nya. Pria tampan nan bengis itu tak pernah main-main dengan ucapannya.
Ahlam menghela napas begitu kasar. Pikirannya dipenuhi tentang Ellea. Di mana hari ini dia mendapat ancaman dari orang-orang yang menyayangi Ellea.
Sampai pada keesokan harinya, kalimat demi kalimat yang Echa, Rio dan Restu katakan masih terngiang di telinga.
"Kudu ngopi ini mah," gumamnya sembari melihat ke arah jam tangan yang masih menunjukkan pukul tiga sore.
Selepas pulang kerja, dia memutuskan untuk menikmati secangkir kopi di tempat biasa. Ahlam sudah masuk ke dalam mall karena tempat itu ada di sana. Dia memesan kopi kesukaannya sebelum duduk di meja.
Baru saja dia memutar tubuh, matanya memicing ketika melihat orang yang dia kenal sedang bersama seseorang. Dia ingin menghampiri, tapi diurungkan. Ahlam memilih memantau dari jarak tak jauh dengan meja tersebut.
Cangkir kopi yang sudah sedari tadi ada di atas meja hanya dia putar-putar saja. Belum dia sesap sama sekali. Matanya masih tertuju pada dua orang yang tak jauh dari dirinya. Sorot matanya menunjukkan ketidaksukaan. Apalagi mereka berdua terlihat begitu akrab.
"Apa mereka memiliki hubungan?"
Ahlam pun berdiri dan dia menghampiri meja tersebut. Dia sengaja berdehem dan Sontak dia orang yang ada di meja itu menoleh.
"Hai, El?"
Ahlam memberikan senyuman termanisnya Kepasa Ellea. Seseorang yang berada satu meja dengan Ellea mulai menukikkan kedua alisnya.
"Boleh gabung di sini?" Ellea pun mengangguk dengan wajah yang masih terkejut.
Lelaki yang berada di depan Ellea sudah menggeser tubuhnya agar Ahlam duduk di sampingnya. Namun, Ahlam malah duduk tepat di samping Ellea.
"Mau minum apa? Biar a--"
Ahlam mengambil gelas kopi miliknya dan meminumnya. Ellea tercengang Begitu juga dengan lelaki yang ada di depan Ellea.
"Mau minuman kamu," jawab Ahlam.
Lelaki yang ada di depan Ahlam berdecak kesal. Sontak Ahlam menatapnya dengan tajam.
"Kenapa? Gak suka?" tanya Ahlam dengan penuh penekanan.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Ahlam. Dia bukan tipe yang mudah tersulut emosi. Buktinya, dia tidak menimpali ucapan Ahlam.
Ellea menarik lengan Ahlam dengan lembut. Pandangan Ellea dan Ahlam pun bertemu.
"Apa ada yang salah?" tanya Ahlam penuh arti. Ellea pun menggeleng pelan.
Dada lelaki yang ada di depan Ellea mulai panas. Dia bangkit dari duduknya dan meraih tangan Ellea. Ellea yang masih saling pandang dengan Ahlam pun terkejut.
"Ayo, El. Kita pergi dari sini."
Ahlam segera berdiri dan melepaskan tangan lelaki yang tengah memegang lengan Ellea. Mereka berdua saling pandang dengan menabuhkan genderang perang. Ellea ikut berdiri dan membuat lelaki itu bertanya.
"Siapa dia, El? Dia sudah sangat tidak sopan kepada kamu. Dia juga--"
"Gua calon suami Ellea."
Tangan Ahlam sudah merangkul pundak Ellea dan membuat Ellea kembali menatap Ahlam.
Sedangkan mata lelaki itu langsung melebar. Dia menggeleng dengan pelan. Dia tak percaya dengan apa yang dikatakan Ahlam.
"El--"
"Ayo, Sayang. Kita pulang."
Ahlam menarik lembut tangan Ellea dan membawanya pergi dari sana. Ellea tak berbicara sedikit pun. Sampai pada Ahlam membuka suara ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Apa dia pacar kamu?"
Seketika Ellea pun menoleh ke arah Ahlam yang sudah memasang wajah serius.
"PUTUSIN! Sebentar lagi kita akan menikah."
...***To Be Continue***...
Boleh minta komennya? Banyakin ya ...
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yus Nita
waoooww....
mode posesif klrga singa mulai di tunjukan
2024-08-24
1
Indrijati Saptarita
waahhh.... keren deh... ahlam cemburu... tp siapa lelaki ituu yaa...
2024-02-08
0
Kie Riezky
nah kan,ahlam cemburu...
2024-02-08
0