BAB 13

Satu minggu telah berlalu, Liliana yang sudah bisa pulang dari rumah sakit untuk sementara waktu akan tinggal diapartemen milik Lola hingga kondisi emosionalnya kembali stabil.

Magie dan Fendi hanya bisa merasa kesal karena menantunya itu memutuskan untuk tinggal dengan sahabatnya setelah dia keluar.

" Brengsek !!! "

" Liliana jadi pembangkang seperti itu pasti akibat hasutan wanita sialan itu ", umpat Magie penuh dendam.

Magie yang pada awalnya cukup senang karena Liliana merespon pesan yang dikirimnya pada akhirnya menelan kekecewaan setelah menantunya itu tak mau pulang bersama dengannya dengan alasan ingin menenangkan diri untuk sementara waktu.

Meski merasa keberatan pada akhirnya Magie pun mencoba untuk mengerti akan situasi menantunya setelah Liliana menyinggung masalah Imelda dihadapannya dan mengancam akan menceraikan Harold secepatnya.

Magie yang masih belum ingin kehilangan Liliana karena ada beberapa aset yang masih belum bisa dia ambil alihpun kembali bersandiwara sebagai mertua yang paling baik sedunia.

" Baiklah sayang, kamu bisa tinggal disana hingga perasaanmu lebih baik "

" Meski rumah kalian sudah terbakar, ingatlah jika kamu masih memiliki kami yang akan dengan tangan terbuka menerima kalian kembali kerumah utama ", ucap Magie penuh perhatian.

Liliana hanya bisa berdecih lirih melihat pesan yang dikirimkan oleh mertuanya yang penuh dengan kepalsuan.

Dia yang mendengar kabar jika rumah pernikahan yang ditempatinya sengaja dibakar oleh papa mertuanya hanya menanggapi kabar tersebut dengan dingin.

Baginya, tak ada satupun kenangan indah didalam rumah tersebut jadi dia tak terlalu sedih akan hal itu.

Lagipula, Lola telah menyelamatkan semua harta berharga miliknya termasuk perhiasan dan beberapa surat tanah peninggalan kedua orang tuanya yang tak Harold ketahui.

Beberapa aset tersebut memang sengaja Liliana sembunyikan dan akan dipergunakan jika berada dalam kondisi mendesak seperti sekarang.

Jika Liliana merasa tenang setelah mendengar kabar jika rumahnya telah terbakar, namun  hal itu tak berlaku buat  Imelda yang merasa sangat sedih rumah mewah seperti itu terpaksa dibakar dan diratakan dengan tanah hanya karena papa Harold ingin menghilangkan barang bukti yang ada.

Meski tak banyak, tapi beberapa barang berharga miliknya juga ikut musnah sehingga Imelda pun hanya bisa meratapinya dalam diam.

“ Sungguh sial nasibku. Belum juga mendapat untung tapi sudah merugi seperti ini ”, gumannya sambil mendesah pelan.

Imelda yang kembali masuk kedalam selnya hanya bisa meratapi nasib sialnya sambil memikirkan cara bagaimana agar dia bisa lolos dan lagi mendekam di hotel prodeo ini.

Untung saja rekan satu sel Imelda tak sereseh teman satu sel Harold sehingga wanita itu masih bisa sedikit nyaman berada didalam sel yang berisi lima orang termasuk dirinya dan tidur berhimpitan seperti ini.

Imelda yang mendengar banyak hal mengenai kasus yang menimpahnya selama terbaring di klinik merasa pesimis jika dia bisa keluar secepatnya karena adanya bukti yang memberatkan meski Harold menyewa pengacara top sekaligus.

Dinginnya lantai yang hanya beralaskan tikar serta kusutnya pikiran membuat Imelda terus membolak – balikkan badan agar bisa terlelap hingga tiba – tiba satu nama terlintas dipikirannya.

“ Larry...”

“ Ya, hanya dia yang saat ini bisa kumintai tolong untuk membebaskanku ”, batin Imelda bersemangat.

Meski tak sekaya Harold setidaknya lelaki itu sangat mencintainya dan Imelda yakin jika dia menghubungi lelaki yang membuatnya kabur dihari pernikahannya dengan Harold itu akan membantunya jika dia menceritakan masalah yang sedang dihadapinya saat ini.

“ Kuharap dia tak ganti nomor sehingga aku bisa menghubunginya besok ”, batinnya merasa sedikit tenang.

Memikirkan jika Larry akan membantunya bebas dari penjara membuat hati Imelda merasa tenang dan perlahan kedua matanya pun mulai tertutup dengan rapat.

Sementara Harold yang malam ini kepikiran mengenai Imelda tak bisa tertidur nyenyak meski badannya terasa sangat lelah.

“ Bagaimana kondisinya saat ini, apa dia tak apa – apa tidur dilantai yang hanya beralaskan tikar seperti ini...”

“ Bagaimana jika penyakitnya kambuh lagi dan menjadi semakin parah....”

“ Apa aku meminta penjaga untuk menyediakan kasur buat Imelda....”

Saat ini banyak pertanyaan muncul didalam kepala Harold yang terlalu cemas memikirkan kekasih hatinya tanpa dia tahu jika saat ini Imelda sedang bermimpi indah mengenai mantannya, Larry.

Lelaki yang tak sama sekali tak pernah ada dalam pikiran Harold bisa mengalahkannya, bahkan membuat wanita yang dicintainya hamil dan mencampakkan dirinya dihari pernikahannya.

Jika Harold tahu, mungkin dia akan menjadi gila karena terlalu syok dengan fakta jika lelaki yang selama ini dia rendahkan bahkan sering dia bully dimasa lalu adalah selingkuhan Imelda dan memiliki tempat tersendiri dihati kekasihnya itu.

Sementara itu didalam sebuah apartemen mewah tampak seorang wanita cantik sedang duduk bersimpuh sambil menengadahkan kedua tangannya berdoa kepada sang pencipta untuk selalu diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi semua cobaan yang datang menerpanya.

Dikhianati oleh orang – orang yang dipercayainya dan kehilangan dua orang yang sangat berharga dalam waktu yang bersamaan tentunya tak mudah baginya.

Diatas sajadah, Liliana menumpahkan semua rasa yang menyesakkan dada sambil mulutnya tak henti mengucap istighfar di sepertiga malam seperti ini.

Lola yang haus dan ingin mengambil air minum didapur menghentikan langkahnya ketika melihat lampu dalam kamar Liliana masih menyala.

Tak ingin mengganggu sahabatnya yang lagi berdoa perlahan Lola meninggalkan kamar sahabatnya dengan langkah perlahan agar Liliana tak terganggu akan kehadirannya.

Di dapur, Lola hanya bisa menatap kosong kedepan sambil satu tangannya memegang botol minum yang baru saja dia ambil dari kulkas.

“ Kuharap dia bisa melalui semua ini dengan ikhlas dan sabar ”, guman Lola iba.

.

.

.

Waktu berjalan dengan cepat dan tak terasa sudah dua minggu lamanya Liliana berada ditempat Lola sambil menjalani terapinya.

Liliana yang kooperatif dalam melakukan perawatan dengan Yusuf perlahan mulai bangkit dari keterpurukannya.

Mimpi – mimpi buruk yang selama ini selalu menghantui tidurnya perlahan mulai menghilang sehingga kualitas tidurnya menjadi bagus dan tentunya hal itu berpegaruh pada moodnya dipagi ketika dia bangun.

“ Pagi Lola ”, sapa Liliana ceria.

Lola yang melihat wajah sahabatnya mulai kembali bersemu merah tak sepucat sebelumnya membalas sapaan tersebut dengan riang.

“ Pagi juga sahabatku tercinta ”, ucapnya sambil mencubit pipi Liliana yang sudah kembali cubby dengan gemas.

“ Masak apa pagi ini baunya sangat harum sekali ”, ucap Lola penuh semangat.

“ Duduklah disana dan minum kopimu dulu sambil menunggu sarapan yang kubuat siap ”, ucap Liliana sambil mendorong tubuh Lola agar segera duduk dikursinya.

Ting....

Begitu oven berbunyi Liliana segera mengeluarkan roti panggang daging buatannya dengan saus cream keju yang melimpah.

Sebagai pecinta keju tentu saja melihat lelehan keju yang meluber disepanjang permukaan roti membuat air liur Lola tak sadar hampir menetes jika saja wanita muda itu tak buru – buru mengusapnya dengan tisu.

“ Wah, sarapan pagi ini sangat mewah sekali ”, ucap Lola dengan kedua mata berbinar.

Tak ingin membuang waktu Lola segera mengambil satu irisan besar roti panggang isi daging yang sahabatnya buat.

Liliana yang melihat sahabatnya langsung memakan roti buatannya dengan rakus terkekeh pelan dan diapun juga ikut mengambil satu potong kecil dan langsung menyantapnya ditemani susu coklat hangat kesukaannya.

Jika Lola selalu mengawali paginya dengan kopi maka Liliana akan memulai aktivitasnya dengan segelas susu coklat hangat karena lambungnya tak terlalu toleran dengan kafein.

Keduanya menikmati sarapan yang tersedia dengan hati gembira sambil sesekali berceloteh mengenai rencana yang akan mereka lakukan hari ini.

“ Li, bagaiman jika kamu upload kegiatan memasakmu di TT ”

“ Selain bisa menyalurkan hobi untuk mengisi waktu senggang itu juga bisa menghasilkan ”

“ Lumayan kan jika hobi bisa menjadi ladang uang untukmu ”, ucap Lola bersemangat.

Liliana terdiam sejenak mendengar usulan yang Lola utarakan dan berniat untuk dia pertimbangkan.

“ Kurasa bagus juga usulan Lola ”

“ Bukankah pak Yusuf juga menyarankanku untuk menyibukkan diri dengan kegiatan agar aku tak banyak melamun dan memikirkan masa lalu ”, batinnya bermonolog.

Terpopuler

Comments

@Heni khan 😚❤️🇵🇸

@Heni khan 😚❤️🇵🇸

itu namanya karma instant Blok go blok

2024-05-18

1

YuWie

YuWie

semangat Li..hempaskan parasit2 yg mengganggumu

2024-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!