BAB 12

Harold memegangi tangan Imelda dengan sedih melihat bagaimana pucatnya wajah kekasihnya itu sekarang.

“ Maaf, seharusnya aku tak bertindak implusif malam itu sehingga membuatmu kondisimu kembali menurun seperti ini ”, ucap Harold penuh rasa bersalah.

Imelda merasa hangat mendapatkan perhatian dari Harold dan diapun mengusap kepala kekasihnya itu dengan lembut sambil berkata “ Jangan menyalahkan dirimu sendiri, semua terjadi begitu cepat dan diluar jangkauan kita ”.

Ucapan Imelda semakin membuat rasa bersalah dalam hati Harold semakin besar dan diapun kembali menyalahkan Liliana atas kondisi yang dialaminya sekarang.

“ Kamu tenang saja, pengacaraku akan membebaskan kita segera karena sejak dari awal semua ini adalah kesalahan Liliana ”, ucap Harold tajam.

Imelda yang pada awalnya ingin menjelaskan masalah kesalah pahaman hingga membuat mereka berada dibalik jeruji besi ini pun mengurungkan niatnya karena takut Harold akan membencinya setelah dia berkata jujur.

“ Biarlah dia salah paham dan menyalahkan istrinya ”

“ Lagipula jika bukan karena tuntutan yang Liliana ajukan mungkin aku dan Harold tak harus berada didalam penjara dan mengalami nasib mengenaskan seperti ini ”, gumannya dalam hati.

Melihat wajah Imelda yang sudah tak sepucat sebelumnya, dokter yang bertugas pun segera membawa balik Imelda kedalam selnya begitu juga dengan Harold yang harus kembali karena waktu menjenguknya sudah habis.

Sementara Martin yang keluar dari kantor polisi setelah menemui beberapa orang kenalannya dan mengetahui kabar terbaru semakin merasa resah.

Keingginan kliennya untuk segera bebas tampaknya akan sulit dia realisasikan karena selain adanya bukti kuat yang menjeratnya juga ada orang kuat yang tak bisa dia sentuh sehingga kasus akan berjalan seperti seharusnya.

“ Kenapa tidak bisa ? ”

“ Siapa orang yang tidak bisa aku bayar dengan uangku ? ”

“ Dia tinggal bilang saja berapa maka aku akan segera siapkan dana secepatnya ”, ucap Fendi penuh keangkuhan.

Martin hanya bisa menghela nafas dalam – dalam mendengar kesombongan dalam ucapan Fendi barusan.

“ Dia tidak perlu uangmu tuan karena mereka jauh lebih kaya dari anda ”

“ Bahkan jika mereka menginginkannya, mereka bisa membeli perusahaan dan harga diri anda tiga kali lipat dari harga yang anda tawarkan kepada mereka ”, ucap Martin dalam hati.

Sebagai orang yang mengunakan jasanya, Martin hanya bisa mengupayakan yang terbaik untuk kliennya.

“ Sebenarnya cara termudah adalah dengan membujuk nyonya Liliana untuk menarik gugatan yang dia ajukan ”

“ Bukankah keluarga anda sangat dekat dengannya, mungkin kita bisa mencoba alternative itu dulu semaksimal mungkin ”, ucap Martin memberi solusi.

Fendi juga merasa jika itu adalah alternative satu – satunya yang bisa dia lakukan saat ini setelah menghilangan barang bukti nyatanya tak membawa pengaruh apapun padahal dia telah membakar habis kediaman mewah anaknya yang ternyata hal itu menjadi kesia – siaan belaka.

“ Baiklah. Aku dan istriku akan coba membujuk menantuku lagi ”, ucap Fendi datar.

Magie yang mendengar cerita suaminya mengenai perkembangan kasus anaknya hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar.

“ Papa harus menyingkirkan wanita itu dulu supaya mama bisa masuk dan berbicara dengan Liliana ”

“ Mama yakin, jika sudah bertemu dengan Liliana, wanita itu pasti akan luluh dan memenuhi permintaan kita agar dia mencabut gugatan yang telah dia layangkan untuk Harold mengingat betapa dalamnya rasa cinta Liliana kepada anak kita ”, ucap Magie penuh keyakinan.

Magie yang melihat ada cinta yang cukup besar dari kedua mata Liliana untuk anaknya sering menggunakan hal itu untuk menekan menantunya agar melakukan hal yang dia inginkan.

Dan Magie berencana akan kembali melakukan hal tersebut untuk menekan Liliana agar berkas yang dia ajukan segera dicabut.

Dalam diam, Fendi terus berpikir mengenai sosok sahabat yang telah membantu Liliana dan membuat tembok pembatas yang cukup tinggi hingga tak ada yang bisa mendekati wanita tersebut.

“ Siapa sebenarnya wanita itu ”

“ Kenapa orang suruhanku tak bisa mendapatkan informasi apapun tentangnya selain posisinya sebagai CEO GLAMOR grup ”, ucap Fendi penasaran.

Cukup misteriusnya jati diri keluarga Lola membuat hampir tak ada orang dinegeri ini mengetahui latar belakang wanita muda itu.

Bahkan Liliana yang sudah bersahabat lama juga tak tahu dengan jelas keluarga Lola selain mereka tinggal dan menetap diluar negeri, hanya itu yang Liliana tahu.

Fendi juga merasa penasaran siapa orang dikantor pusat yang menanggani kasusnya karena Martin tampaknya takut untuk mengungkapkan kepadanya.

“ Benar kata Magie, wanita ini adalah penghalang utamaku dan harus secepatnya disingkirkan ”, batinnya bermonolog.

Sementara itu dirumah sakit, Liliana yang sudah sadar setelah obat biusnya hilang kini tengah berbincang dengan psikolog yang disediakan rumah sakit atas permintaan Lola.

Meski pada awalnya Liliana tampak menolak dan merasa jika kondisi mentalnya baik – baik saja pada akhirnya bersedia membuka diri dan menceritakan semuanya.

Yusuf, psikolog yang menanggani Liliana mendengarkan dengan sabar semua curahan hati Liliana yang selama ini tidak pernah dia ungkapkan kepada siapun termasuk Lola dan hanya disimpannya sendiri dalam hati.

Atas nasehat Yusuf, Liliana berusaha untuk jujur terhadap dirinya sendiri agar semua beban hidup yang sedang dilaluinya bisa dia atasi dengan baik.

Dada Liliana terasa plong seakan beban berat dalam hatinya yang selama ini menghimpitnya perlahan menghilang seiring aliran cerita yang keluar dari mulutnya.

“ Bagaimana nyonya, apa anda merasa sedikit lega setelah mengungkapkan semuanya ? ”, tanya Yusuf penuh perhatian.

“ Terimakasih pak Yusuf. Jika bukan karena anda, mungkin batu besar yang menghimpit hati saya selamanya tak akan pernah bisa hilang bahkan mungkin akan bertambah beratnya ”, ucap Liliana tulus.

“ Ini sudah tugas saya nyonya ”

“ Yang anda perlukan hanyalah berusaha untuk ikhlas menerima dan dalam menjalani semuanya ”

“ Dan yakinlah Allah tak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan umatnya  ”, ucap Yusuf bijak.

Mendengar apa yang Yusuf ucapkan, Liliana pun mulai berusaha untuk mengikhlaskan semuanya.

Yusuf yang melihat wajah Liliana tampak lebih tenang daripada sebelumnya merasa lega karena tampaknya wanita muda yang ada dihadapannya tersebut sudah bisa mengikhlaskan semuanya.

“ Ini kartu nama saya ”

“Anda bisa menghubungi saya kapanpun anda merasa tidak nyaman dan ingin bercerita, saya siap menjadi pendengar setia untuk anda dan memberikan solusi terbaik bagi anda agar bisa keluar dari rasa sakit yang ada  ”, ucap Yusuf ramah.

“ Terimakasih pak Yusuf atas bantuan yang anda berikan kepada saya ”, ucap Liliana sambil tersenyum penuh ketulusan.

“ Sama – sama nyonya ”

“ Saya harap anda lebih bisa menyayangi diri anda sendiri mulai sekarang sebelum anda memberikan kasih sayang kepada orang lain ”

“ Dan teruslah berpikir positif karena itu akan membuat hidup anda lebih ringan dan bebas ”, ucap Yusuf berpesan.

Setelah memberikan kartu nama dan mengatakan semuanya, Yusufpun pamit undur diri karena dia masih ada jadwal lainnya setelah ini.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

semangat terus Liliana...👍💪🏻

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!