BAB 4

Dikediaman Harold, Imelda tampak bergerak gelisah karena istri Harold hingga matahari hampir tenggelam belum juga pulang.

“ Kemana dia...”

“ Kenapa hingga hampir malam begini dia belum pulang ”

“ Apa tempat membeli buburnya sangat jauh sehingga memerlukan waktu lama diperjalanan ”

“ Atau dia mengalami kecelakaan dijalan ”

" Lalu bagaimana dengan kandungannya "

Saat ini banyak pikiran berkecamuk dalam hati Imelda membuatnya merasa tak tenang.

Tinggal sendirian didalam rumah  Harold yang sangat besar dan tak ada teman yang bisa diajak bicara apalagi sang tuan rumah yaitu istri Harold belum juga dia jumpai membuat perasaannya tak nyaman.

Jika bukan karena cintanya yang dalam kepada Harold dan butuh uang besar untuk penyakit jantung yang dideritanya mungkin Imelda tak akan pernah setuju untuk kembali bersama Harold dan masuk sebagai orang ketiga dalam pernikahannya.

Meski rasa bersalah muncul namun keegoisan dalam hatinya mengalahkan akal sehatnya hingga Imeldapun memutuskan untuk bertahan disini apapun yang akan terjadi kedepannya nanti.

Imelda melihat layar ponsel yang ada ditangannya dengan cemas menunggu kabar dari beberapa orang yang dia kirimi pesan namun hingga kini masih belum ada balasan.

Merasa dadanya sedikit sesak, Imelda berjalan kedalam kamar untuk minum obatnya dan beristirahat sebentar agar penyakitnya tak kambuh lagi.

Tring,

Begitu benda pipih tersebut berbunyi dan menyala, Imelda segera meraihnya dengan penuh semangat setelah melihat nama Harold tertera dilayar.

Harold yang dikabari jika istrinya belum kembali juga hanya menjawab dengan nada santai “ Mungkin dia bertemu dengan temannya atau pergi berbelanja jadi pulang sedikit terlambat. Kamu jangan cemas dan jika perlu sesuatu kamu bisa panggil mbok Sumi untuk mengurusnya ”.

Jawaban santai yang diberikan oleh Harold tentu saja membuat hati Imelda merasa kecewa karena bukan ini yang dia harapkan.

Meski begitu dia mencoba untuk tetap tenang dan membalas pesan Harold dengan hangat sambil tersenyum berusaha untuk mengendalikan kegundahan hatinya.

“ Baiklah jika itu tak masalah ”

“ Kamu jangan lupa makan ya sayang "

" Jaga kesehatan dan jangan terus mengurusi pekerjaan yang tak ada habisnya itu ”

“ Aku menunggumu dirumah ”, balas Imelda sambil memberikan emot pelukan dan ciuman.

Setelah mendapatkan balasan berupa emot ciuman bertubi – tubi dari Harold, Imelda tersenyum simpul sambil memandangi ponselnya.

“ Harold ternyata masih saja romantis seperti dulu ”, gumannya bahagia.

Imelda yang masih belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Harold  coba menghubungi mama dan adik Harold untuk memperoleh jawaban yang diinginkan.

Namun lagi – lagi Imelda harus menelan kekecewaannya sendiri karena  jawaban yang diterimanya pun juga sama acuh dan santai seolah istri Harold bukanlah hal penting untuk mereka.

“ Jalankan saja misi yang aku berikan dan jangan banyak tingkah ”, ucap Magie, mama Harold membalas pesan yang dikirim Imelda untuknya.

“ Jangan terlalu lebay....”

“ Nikmati saja kemewahan yang kak Harold berikan dan jangan manja ”, ucap Sisil, adik Harold memberi jawaban setelah Imelda juga bercerita kepadanya.

Imelda hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar melihat ketidak perdulian semua orang kepada Liliana.

Sebagai sesama wanita hati Imelda sedikit tersentuh dan iba akan kondisi yang dialami oleh Liliana saat ini.

“ Saat hamil, seharusnya istri mendapatkan perhatian serta kasih sayang lebih dari suami dan keluarganya, bukan perlakuan acuh seperti ini ”

“ Istri Harold pasti merasa sedih mendapat perlakuan buruk seperti ini ”

“ Sungguh tega mereka melakukan semua ini kepadanya ”, batin Imelda berempati.

Tanpa Imelda sadari jika dirinya juga menjadi salah satu penyebab kesedihan yang dirasakan Liliana saat ini.

Namun tampaknya wanita muda itu tak menyadarinya karena dia terbuai dengan cinta lama yang kembali padanya sehingga mengabaikan semua hal termasuk perasaan Liliana akan kehadirannya dalam rumah tangga yang dibinanya bersama Harold.

Imelda tidak tahu saja jika apa yang semua orang katakan dalam pesan balasan untuknya berbanding terbalik dengan apa yang mereka lakukan dibelakangnya.

Mendengar jika Liliana belum kembali tentu saja Harold, Magie dan Sisil  merasa cemas karena tak biasanya Liliana pergi tanpa pamit seperti ini.

Merasa ada yang tak beres ketiganya pun segera mengirim pesan kepada Liliana untuk menanyakan keberadaannya saat ini dengan nada khawatir dalam pesan yang mereka kirim.

Bukan hanya Magie dan Sisil yang bersikap seolah perduli, Harold yang biasanya bersikap dingin kali ini juga menunjukkan perhatian lebih yang mungkin bisa membuat hati Liliana merasa hangat seandainya saja dia tidak tahu fakta yang baru saja dia dapatkan.

Liliana yang masih tak mampu mengelola hatinya membiarkan Lola menjawab semua pesan yang masuk tentunya sahabatnya itu membalas semua pesan menggunakan nada yang biasa Liliana gunakan agar semua orang tak menaruh rasa curiga terhadapnya.

Melihat sahabatnya yang terlihat rapuh, Lola pun menulis pesan balasan kepada semuanya jika malam ini dia akan menginap ditempat Lola karena sahabatnya itu sedang dalam masalah yang pelik.

Tentu saja mendapat jawaban tersebut Harold merasa senang karena malam ini dia bebas melakukan apa saja didalam rumah bersama kekasihnya tanpa perlu menjaga perasaan sang istri seperti pesan sang mama sebelum perceraian mereka terjadi.

Sementara mbok Sumi yang sore tadi bertemu dengan Lola segera menjalankan rencananya dan mulai memasang kamera mini beserta microfon kecil yang dia tanam didalam vas bunga, celah buku, dan beberapa tempat tersembunyi yang tersebar diseluruh ruangan.

Wanita tua itu juga memasang cctv munggil tersebut disemua kamar yang ada termasuk kamarnya kecuali kamar mandi karena disana sangat privasi jadi tak mungkin dia pasang.

“ Akhirnya selesai juga ”, batin mbok Sumi lega.

Untungnya Imelda hari ini sedang galau sehingga dia banyak melamun dan menghabiskan waktunya diruang tengah untuk menonton televisi.

Hal itu tentu saja membuat mbok Sumi leluasa dan bebas dalam bergerak menjalankan aksinya dengan dalih membersihkan rumah.

Lola dan Liliana segera melihat hasil kerja keras mbok Sumi dari dalam apartemennya untuk mengamati situasi yang ada dalam rumah.

Keduanya bahkan membawa popcorn dalam pangkuan seolah mereka sedang menonton film di bioskop.

“ Lihatlah, dasar pasangan bejat dan tak tahu malu ”, guman Lola mencibir.

Hati Liliana semakin sakit melihat bagaimana tatapan hangat dan penuh cinta yang Harold layangkan kepada Imelda.

Sebuah tatapan yang tak pernah dia dapatkan selama dua tahun membina rumah tangga dengan laki – laki yang telah mengambil hatinya itu.

Bahkan dengan tak tahu malunya mereka bercumbu mesra di ruang tengah padahal disana ada mbok Sumi tapi keduanya seolah acuh dan menganggap dunia hanya milik mereka berdua.

Harold yang melihat Imelda mulai sesak nafas segera menghentikan aktivitas panas mereka sambil berkata penuh kekhawatiran “ Maaf jika aku sedikit kasar tadi ”.

“ Tidak apa, hanya saja penyakit jantungku ini tampaknya tak bisa diajak kompromi ”, ucap Imelda sambil tersenyum lembut.

Mendapatkan senyuman lembut dari wanita yang dicintainya tentu saja membuat hati Harold meledak a kebahagiaan.

Dengan penuh kelembutan, diapun mengangkat tubuh Imelda seperti bridal style dan membawanya menuju kamar agar wanita muda itu bisa beristirahat.

Tak ingin Imelda kelelahan, Harold segera membawakan makam malam kekasih hatinya itu kedalam kamar dan menyuapinya.

Suatu perlakuan yang sebenarnya sangat ingin Liliana dapatkan dari sang suami selama masa kehamilannya ini namun sayangnya hal itu malah dia lihat diberikan kepada orang yang tak seharusnya menempati posisinya saat ini.

Hati Liliana berdenyut nyeri, apalagi jika dia mengingat trimester awal kehamilannya yang sangat menyiksa, jangankan mendapatkan perlakuan manis seperti itu, ditanya kabar saja tidak, Harold sangat acuh dan seperti tak perduli akan kehamilannya.

“ Maafkan mama ya nak karena mama kamu tak mendapatkan perhatian dan kasih sayang papamu ”, guman Liliana sambil mengelus perut besarnya beberapa kali.

“ Tidak pelu minta maaf mama, cukup kacih cayang dalimu saja cudah cukup bagiku ”, cicit Lola meniru suara seorang anak kecil hingga membuat keduanya tertawa bersama.

Kebahagiaan kecil yang selalu bisa Liliana dapatkan jika sedang bersama sahabatnya seperti ini dan hal itu membuat dirinya melupakan sakit hatinya barang sejenak.

Melihat bagaimana kemesraan keduanya dalam rekaman cctv yang mereka lihat didalam ponsel, Lola pun segera menutupnya dan menyudahi acara nonton bersama ini agar hati Liliana tak merasa semakin sakit.

Sementara itu, kedua insan yang sedang mabuk asmara tersebut melakukan pergulatan  panas diatas ranjang setelah selesai makan malam tanpa mereka tahu jika semua perbuatan bejat  mereka telah terekam dan akan membuat mereka hancur dimasa depan.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

dasar ulet jeket...

2024-04-26

0

Murni Dewita

Murni Dewita

semangat

2024-02-19

2

YuWie

YuWie

kuat Li..bunga untukmu

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!