BAB 16

Karena Harold sedang mendekam dibalik jeruji maka sidang perceraian dirinya dengan Liliana pun berjalan dengan lancar.

Apalagi bukti perselingkuhan juga ikut disertakan sehingga memuluskan jalan Liliana untuk secepatnya menyandang status janda.

Sebuah status yang sangat dihindari oleh semua orang tapi sangat diharapkan oleh Liliana cepat dia dapatkan.

Bukannya ingin segera mencari penganti Harold, Liliana hanya ingin terbebas dari rasa sakit yang tak bisa dia pungkiri masih terasa ketika dia melihat wajah sang suami yang telah menjadi algojo kematian mbok Sumi dan anaknya tepat didepan matanya.

Hal yang mungkin tak akan bisa Liliana lupakan seumur hidup meski hatinya sudah ikhlas merelakan kepergian keduanya karena itu sudah menjadi takdir yang telah digariskan sang pencipta.

Liliana merasa sangat lega karena semua hal yang telah dia rencanakan berjalan dengan baik dan sebagai mana yang dia harapkan terjadi.

Harold sekarang telah dipindahkan ke lapas yang ada di ibukota demi memudahkan sidang yang akan laki – laki itu jalani sebentar lagi merasa sangat frustasi karena dia akan semakin jauh dengan Imelda hingga membuat berat badannya menurun secara drastis.

Bukan hanya Harold yang sedih atas perpindahan ini, tapi kedua orang tuanya yang merasa jika kesempatan untuk membebaskan anaknya akan semakin sulit begitu sidang muali digelar.

“ Pa, apakah sudah tidak ada cara lain untuk membebaskan Harold dari dalam penjara ”, ucap Magie sedih.

“ Kita tunggu saja hasil sidang pertama akhir bulan ini, baru kita bisa merencanakan langkah apa yang selanjutnya akan kita ambil ”, ucap Fendi datar.

“ Aku masih tak terima Imelda bisa bebas bersyarat dengan jaminan sementara Harold tidak ”

“ Seharusnya wanita itu juga menderita didalam penjara seperti anak kita bukannya malah hidup bebas seperti ini ”, ucap Magie menggerutu.

Fendi juga sebenarnya mulai menyangsikan kinerja Martin karena hanya lelaki itulah pengacara top dikota ini yang bisa dia sewa jasanya.

Sementara pengacara sekelas Martin atau bahkan diatasnya menolak untuk menanggani kasus yang menimpah Harold karena dengan menutup mata mereka sudah pasti akan kalah dipengadilan mengingat bukti kuat yang dimiliki oleh jaksa penuntut saat ini.

Ditambah lagi ketatnya pengawalan serta jalannya penyidikan membuat mereka tak akan bisa memanipulasi keadaan demi bisa membebaskan kliennya.

Harold yang mendengar jika sidang perceraiannya tinggal menunggu ketok palu hakim hanya bisa meraup wajahnya dengan kasar karena frustasi.

Apalagi kini dia juga tengah menunggu sidang kasus pembunuhan yang dituntutkan kepadanya membuat kepalanya terasa sangat sakit.

Belum lagi laporan dari anak buahnya jika LLA Company juga berada diambang kehancurannya membuatnya semakin kalut.

Harold tak lagi menghiraukan penampilannya yang acak – acakan saat ini.

Dengan wajah kusam dan banyaknya bulu rambut diwajah yang tak pernah dia cukur membuat kondisi lelaki itu semakin terlihat mengenaskan.

Liliana yang sempat mendapatkan foto Harold dari mama mertuanya hanya menampilkan ekspresi datar karena menganggap jika penderitaan yang suaminya itu alami belum seberapa jika dibandingkan dengan rasa sakit yang ditorehkan kepadanya.

“ Baiklah, kurasa ini waktu yang tepat bagiku untuk mengirim semuanya ”

“ Aku harap dia tak langsung gila mendapatkan kiriman tersebut dariku ”, guman Liliana sambil memasukkan beberapa foto kedalam amplop coklat sebelum mengirimnya ke lapas.

Sementara di lain tempat, Lola tampak menatap tajam kedepan sambil mengertakkan giginya hingga suara gemeletuk terdengar jelas ditelingga.

“ Nona tak perlu khawatir akan keselamatan nyonya Liliana karena saya, Lutsi dan Monic  akan menjaganya dengan nyawa kami sebagai taruhannya ”, ucap Toni dengan ekpresi serius.

Melihat jika situasi akan semakin parah jika dia tak turun langsung, Lola pun segera naik kedalam  jet pribadi yang akan membawanya pergi siang ini dengan cepat.

“ Li, maaf aku harus pergi kenegara I karena ada hal mendesak yang harus aku urus segera disana ”

“ Mungkin untuk sementara waktu ponselku tak bisa dihubungi ”

“ Jika memerlukan bantuan, kamu bisa langsung bilang ke Lutsi, Monica atau ke Toni karena ketiganya akan menemanimu didalam apartemen selama aku pergi ”, tulis Lola dalam pesan yang dia kirim kepada sahabatnya.

“ Ok ”

“ Selesaikan semua urusanmu dengan tenang disana dan tak perlu risau denganku ”, balas Liliana dengan cepat.

Setelah mendapatkan balasan dari sahabatnya, Lola segera mematikan ponselnya dan menyimpannya karena selama menjalankan urusan di negara I dia akan menggunakan nomor lainnya untuk berkomunikasi disana yang tentunya nomor yang tak akan bisa dilacak keberadaannya.

Liliana yang mendapatkan pesan dari sahabatnya menghela nafas dalam beberapa kali dengan wajah sedih.

Sebenarnya Liliana tak enak hati terus merepotkan sahabatnya itu dengan berbagai persoalan yang menderanya.

Tapi untuk saat ini dia belum memiliki pijakan yang kuat untuk bisa berdiri sendiri.

Apalagi trauma yang dirasakannya juga belum sepenuhnya menghilang hingga dia masih belum berani untuk keluar apartemen karena tak ingin kejadian buruk kembali menimpahnya.

“ Aku harus secepatnya mengumpulkan uang yang banyak dan menyembuhkan mentalku sehingga aku bisa berdiri kokoh menghadapi musuh – musuhku secara langsung ”, batin Liliana penuh tekad.

Setelah menyelesaikan acara live di TT, Liliana pun beristirahat sebentar sebelum dia kembali menjalani terapi dengan Yusuf yang akan datang sore nanti.

Sementara itu Lutsi dan Monic sedang sibuk membuat surat perjanjian karena banyak perusahaan yang tertarik untuk mengiklankan produk mereka dia akun TT milik Liliana.

Bahkan tak jarang diantara mereka yang ingin menjadikan Liliana brand ambassador produk mereka namun hal tersebut langsung ditolak halus oleh dua pengawal sekaligus assisten Liliana tersebut mengingat kondisi mental waniat itu yang masih belum terlalu stabil dan takut untuk keluar dari rumah.

Sore harinya seperti scedul yang telah terjadwal, Yusuf datang ke apartemen Lola untuk melakukan terapi rutin buat Liliana.

Sambil menunggu Liliana selesai mandi dan sholat, Yusuf berbincang sejenak dengan Lutsi dan Monic untuk mengetahui perkembangan terapi yang sedang dijalankan oleh pasiennya tersebut.

“ Baguslah jika dia sudah bisa percaya diri seperti itu sehingga aku bisa menjalankan metode terapi selanjutnya ”, ucap Yusuf sambil mencatat perkembangan pasiennya didalam buku terapi milik Liliana.

Setelah Liliana datang, Lutsi dan Monic pun pamit undur diri dan menunggu keduanya selesai melakukan terapi di dapur sambil menyiapkan makan malam untuk hari ini.

“ Kurasa minggu depan kita akan mencoba untuk keluar ”

“ Tak perlu jauh – jauh dulu, hanya berjalan disekitar area gedung apartemen saja sambil berbelanja di supermarket yang ada dilantai bawah saja ”, ucap Yusuf menjelaskan.

Liliana tampak memainkan jemari tangannya dengan gelisah. Bahkan jantung berdetak kencang mendengar jika dia akan pergi keluar rumah dalam kunjungan Yusuf minggu depan.

Yusuf yang melihat hal mencoba untuk mencari cara agar bisa meyakinkan Liliana jika terapi yang akan mereka jalani minggu depan itu bisa berhasil dengan baik.

“ Aku tahu itu berat tapi jika tidak pernah dicoba kapan lagi kita bisa lepas dari semua mimpi buruk ini dengan cepat ”

“ Apa kamu tak ingin berkunjung kemakan anakmu dan mbok Sumi ”

“ Kurasa mereka menunggumu datang kesana dan mendoakan mereka langsung dipuasara keduanya meski hanya sekali ”, ucap Yusuf membujuk dengan suara lembut.

Mendengar ucapan Yusuf, Liliana yang memang belum pernah sekalipun datang dan melihat makam putranya dan mbok Sumi merasa bersedih hati.

“ Benar kata Yusuf, aku harus berani melawan ketakutanku ini ”

“ Anakku....”

“ Mbok Sumi.....”

“ Maaf aku belum bisa berkunjung dan mendoakan kalian secara langsung disana ”, batinnya perih.

Yusuf yang melihat kedua mata Liliana mulai berkaca – kacapun segera menambahkan kata – kata untuk membangkitkan keberanian yang ada dalam diri wanita tersebut.

“ Jika kamu terpuruk seperti ini, suamimu dan keluarganya tentu akan sangat bahagia karena tujuan mereka untuk membuatmu sengsara telah terwujud ”

“ Jadi, bangkitlah....”

“ Jangan biarkan mereka merasa senang dan bahagia sedangkan kamu masih terkurung dalam kepedihan yang dalam ”, ucap Yusuf memberi motivasi.

Ucapan Yusuf seketika mengobarkan kembali api amarah dalam diri Liliana yang langsung membuat kepalanya tegak dengan tatapan tajam kedepan.

“ Baiklah, hari rabu minggu depan kita akan mulai terapi lanjutannya ”

“ Aku akan mengalahkan semua rasa takut yang tersimpan dalam diriku sehingga bisa berdiri dengan kepala tegak menghadapi semua orang yang telah menghancurkanku ”, ucap Liliana bersemangat.

Liliana ingat jika dia juga harus menghadiri sidang terakhir mengenai perceraiannya hari jumat minggu depan.

Pada sidang terakhir itu Liliana sangat yakin jika mertuanya akan datang mewakili Harold sehingga mau tidak mau dia pasti akan bertemu dengan mereka.

Jika Liliana terus menghindar dan terbelenggu dalam rasa sakit yang ada maka hal itu justru akan membuat keluarga Bahtiar bahagia dan itu tak Liliana inginkan.

“ Akan kutunjukkan kepada mereka siapa sebenarnya Liliana Wicaksono ”

“ Seorang wanita kuat yang tak bisa mereka anggap remeh meski mentalnya telah mereka buat hancur dan semua harta telah mereka kuasai ”

“ Dan kupastikan, perlahan tapi pasti aku akan membalas semua perbuatan buruk mereka kepadaku secara kontan ”, batin Liliana berapi – api.

Terpopuler

Comments

Deliza Yuseva

Deliza Yuseva

ceritanya bagus

2024-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!