BAB 10

Dihamparan rumput berwarna hijau Liliana berjalan tanpa menggunakan alas kaki sambil menikmati kesejukan udara pagi yang masih murni tanpa polusi yang merusaknya.

“ Hmmmm...segarnya.....”

“ Kapan ya terakhir kali aku menghirup udara pagi sesegar ini ”, gumannya sambil tersenyum ceria.

Liliana berlari kesana – kemari sambil tersenyum lebar seperti anak kecil yang baru saja diperbolehkan keluar main oleh kedua orang tuanya, sangat bebas dan lepas.

Melihat bunga cantik disamping kiri dan kanan tubuhnya membuat Liliana sedikit berjongkok unuk mengambilnya.

" Sangat cantik dan wangi ", gumannya bersemangat.

Tiba – tiba sudut matanya menangkap sebuah keluarga kecil yang berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang sambil tersenyum lebar.

Karena merasa tak asing denagn wajah mereka Liliana pun mulai mengangkat wajahnya agar penglihatannya bisa jelas.

" Mama, papa, mbok Sumi....", ucapnya dengan suara bergetar.

Liliana pun segera berlari menuju kearah keluarganya dengan perasaan bahagia, namun belum sempat dirinya sampai suara sang mama menginterupsinya hingga membuat langkah kakinya terhenti seketika.

“ Kembalilah nak ”

“ Tempatmu buka disini ”, ucap sang mama lembut.

Liliana hanya menggelengkan kepala dan tetap ingin maju kedepan namun sang mama kembali melarangnya.

“ Aku tak akan kembali ”

“ Disini adalah rumahku dan aku bahagia berada disini bersama kalian ”, Liliana menggelengkan kepalanya menolak untuk pergi.

Bujuk rayu semua orang yang menyuruhnya untuk segera pergi tak Liliana hiraukan hingga suara bocah kecil yang ada diantara mereka membuatnya tersadar.

“ Mama, belum waktunya mama berkumpul bersama kami sekarang ”

“ Meski kita tak bersama tapi kami selalu ada disisi mama jadi tolong doakan kami semua disini ya ma ”, ucap bocah lelaki kecil tersebut sambil tersenyum.

Liliana yang baru sadar jika ada anak kecil diantara anggota keluarganya segera menunduk mencari sumber suara tersebut berasal.

" Apakah kamu putraku ? ", tanyanya dengan kedua mata berkaca - kaca.

" Benar mama, aku putra yang kamu kandung selama delapan bulan didalam kandungan "

" Aku sudah bahagia disini jadi mama tak perlu khawatir lagi kepadaku ", ucapnya sambil tersenyum lebar.

Begitu Liliana hendak memeluk anaknya tiba - tiba saja ada sinar putih yang langsung menyedot tubuhnya hingga masuk kedalam pusarannya dengan cepat.

“ Tidak...tidak....papa...mama...mbok Sumi...anakku.....”, teriak Liliana lantang.

Setelah berteriak tiba – tiba saja tubuh Liliana mengalami kejang dan detak jantungnya perlahan mulai menurun sehingga perawat pun menekan bel dan tak lama kemudian seorang dokter dan beberapa orang perawat berlari masuk dengan wajah panik.

“ Ada apa ini sus ? ”, tanya Lola curiga.

“ Kondisi pasien kembali kritis dan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengembalikannya ”, ucapnya cepat.

Mendengar ucapan suster yang langsung masuk kedalam ruangan, tubuh Lola bergerak mundur dengan wajah linglung.

“ Liliana....”

“ Tidak.....”

“ Liliana.....”, teriaknya sambil menangis tersedu – sedu.

Toni yang berada dibelakang tubuh Lola segera menuntun wanita tersebut ke sebuah kursi dan membantunya untuk duduk.

“ Nona, tenangkan diri anda ”

“ Istighfar nona...istighfar....”, ucap Toni mengingatkan.

“ Liliana Ton....Liliana....”, ucap Lola berderai air mata.

Toni yang juga mendengar apa yang perawat ucapkan kepada Lola hanya bisa menguatkan wanita muda yang ada dihadapannya itu dengan sabar.

“ Nona Lola bisa mendoakan nyonya Liliana agar bisa melewati semuanya dengan baik ”, ucap Toni sambil mengenggam tangan Lola untuk memberi kekuatan.

Mendengar ucapan Toni, Lolapun segera melantunkan doa dalam hati agar sahabatnya itu bisa melewati masa kritisnya dan kembali berkumpul bersamanya.

Lola langsung berdiri begitu pintu ruangan tempat Liliana dirawat terbuka dan muncul beberapa orang memakai pakaian putih dan masker.

“ Bagaimana kondisinya dok ? ”,tanya Lola panik.

“ Alhamdulillah, pasien sudah berhasil melewati masa kritisnya dan sebentar lagi akan segera kami pindahkan keruang perawatan untuk pemulihan ”, ucap sang dokter menjelaskan.

“ Alhamdulillah....”, ucap Lola penuh syukur.

Begitu dokter dan semua perawat pergi, Lola segera menuju ruang administrasi untuk mengurus ruang rawat yang akan Liliana pakai.

Lola menempatkan sahabatnya diruang VVIP, selain agar mendapatkan perawatan yang maksimal dari rumah sakit juga untuk mencegah beberapa lalat yang datang menganggu proses penyembuhannya.

Sementara itu Harold yang mendengar kabar jika rumah mewah miliknya terbakar hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar.

“ Musibah apa lagi ini ? ”

“ Belum juga aku bisa keluar dari penjara namun satu persatu hal buruk kembali  terjadi ”, batinnya cemas.

Harold tak tahu jika yang membakar rumahnya adalah papanya sendiri. Jika dia tahu mungkin dia akan semakin bertambah murka mengingat harga rumah tersebut yang mencapai angka lima milliard jika dijual sekarang.

Angka yang tak sedikit baginya yang juga baru mendengar kabar jika saham perusahaan mengalami terjun bebas akibat pemberitaannya semalam.

Harold sama sekali tak mengira jika nasib buruk akan mendatanginya secara bertubi – tubi seperti ini seolah Tuhan sedang menghukumnya atas semua perbuatan buruknya selama ini.

Meski begitu dia masih belum juga sadar dan malah melimpahkan semua kesalah kepada sang istri yang dianggap sebagai dalang semua kesialan yang datang menimpah dirinya.

“ Ini semua karena wanita sialan itu aku jadi menderita seperti ini ”

“ Jika saja dia mau menerima Imelda dengan lapang dada mungkin aku tak akan gelap mata dan berakhir seperti ini ”, batinnya mencoba beralibi.

Sementara itu, Imelda yang kondisinya sudah lumayan membaik berpura – pura lesu agar dia tak dikembalikan kedalam sel yang dingin.

Setidaknya di klinik dia bisa tidur diatas ranjang yang empuk bukan tidur dilantai beralaskan tikar seperti para tahanan yang lain.

Untung saja kondisinya ketika ditangkap tak terlalu baik sehingga dia berpikir sedikit keras saja bisa membuatnya jatuh pingsan.

Jika biasanya Imelda akan mengeluh akan kondisinya yang lemah itu tapi sekarang hal itu justru sangat disyukurinya

Meski dia harus merasakan sakit didadanya tapi itu lebih baik daripada harus mendekam dibalik jeruji besi yang dingin dan bau.

Banyak hal yang kini berputar dalam otak Imelda mengenai semua peristiwa yang terjadi dengan cepat tadi.

Imelda sama sekali tak menyangka jika akibat perkataannya yang ambigu membuat Harold salah  paham dan berakhir mengerikan seperti tadi.

Dia sama sekali tak menyangka jika Harold akan berbuat kasar terhadap istrinya tanpa ampun sehingga menimbulkan kecelakaan mengerikan yang tak pernah Imelda bayangkan sebelumnya.

Sayup – sayup Imelda mendengar seeorang membicarakan kejadian yang baru saja menimpah dirinya diluar ruangan sehingga diapun memasang telingga untuk mencuri dengar.

“ Kamu tahu tidak jika salah satu korban meninggal dunia. Bahkan bayi yang ada diperut wanita yang jadi korban kebrutalan suaminya itu juga ikut meninggal ”, ucap salah satu petugas menggosip.

“ Benarkah....Oh, sungguh malang nasib wanita itu, dia harus kehilangan dua orang sekaligus karena suaminya ”, ucap temannya merespon.

“ Menurutmu apa yang mendasari dia berbuat kasar seperti itu ? ”, tanyanya penasaran.

“ Apalagi jika bukan karena wanita ”

“ Yang aku dengar lelaki itu memasukkan pelakor kedalam rumahnya untuk tinggal bersama istri sahnya ”

“ Mungkin, karena hasutan pelakor itulah si lelaki gelap mata dan menghajar sang istri membabi buta seperti itu ”, jawab temannya mencibir.

“ Apakah wanita yang didalam itu pelakornya ? ”, tanyanya penasaran.

“ Menurutmu ? ”, ucapnya dengan wajah sinis.

“ Dia pasti menggunakan penyakitnya untuk menadapatkan simpati lelaki tersebut, sungguh menjijikkan ”, ucap yang lain dengan nada mencemoh.

Hati Imelda terasa sangat sakit mendengar pembicaraan yang seperti sengaja mereka suarakan dengan keras agar dirinya mendengar.

Inilah yang tak dia harapkan, julukan sebagai pelakor yang selalu mendapatkan kecaman meski tak selamanya kesalahan ada padanya tapi mereka tak mau tahu karena fakta yang ada dimasyarakat pelakor adalah orang ketiga yang masuk dalam rumah tangga orang lain dan keberadaannya dianggap duri dalam pernikahan orang  lain sehingga sangat dibenci.

“ Hufft..... Akhirnya yang aku takutkan terjadi ”

“ Tapi, aku sudah terlanjur masuk dan tak mungkin aku mundur ”

“ Apalagi penyakit jantung yang kuderita semakin lama semakin parah sehingga aku membutuhkan biaya besar untuk bisa mendapatkan pendonor jantung yang tepat untukku dan hanya keluarga Bahtiar yang bisa membantuku saat ini ”, batinnya bermonolog.

Terpopuler

Comments

zian al abasy

zian al abasy

heran sm jalang..gk dunia nyata gk d novel jalang gk ad urat malu.seolah olah sex adlh kbhgiaan yng abadi walau dngan cra kotor apapun.mnjijikn ...gmna y bs brsetubuh dngan brbagai mcam lelaki seremmm.nauzdu billahi min dzhalik innalillah. smga ank cucu hmba d jauhkan dr sgla mla petka dn smga kliurga sllu seht dn dlam lindungan Allah S.W.T dn d lncarkn sllu rjkinya

2024-04-30

0

budak jambi

budak jambi

donor in b jantung anjing kasi imelda t.manusia dak punya hati tega sakiti sesama wanita jg tega bunuh anak yg belum liat dan rasakan kasih sayang ortu memg manusia biadab

2024-05-03

0

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

Lili semangat lah kamu punya sahabat yg luar biasa... yg bisa membantu mu menghancur kan cecurut" yg menggerogoti harta mu... dan buanglah pelakor dan suami ketempat nya yg pantas..

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!