BAB 6

Imelda yang baru pertama kali melihat istrinya Harold merasa cemburu. Dia sama sekali tak menyangka jika wanita yang menggantikannya menikah adalah wanita yang sangat cantik.

Dan tadi, tatapan hangat dan ucapan lembut yang Harold berikan kepada istrinya tak ayal juga membuat hatinya dipenuhi oleh api cemburu yang berkobar meski dia tahu semua yang Harold lakukan hanyalah sandiwara belaka.

“ Wanita itu sangat cantik dan cerdas”

“ Dia tak selemah dan sepenurut sepenurut yang semua orang katakan ”

“ Kurasa aku harus mengganti strategi agar Harold tak berpaling dan membuangku dengan cepat ”, guman Imelda gelisah.

Pada awalnya Imelda sangat percaya diri jika dia akan tetap menjadi wanita dalam hati Harold satu – satunya yang akan selalu lelaki itu perjuangkan sebelum dia melihat dan bertemu dengan Liliana secara langsung seperti hati ini.

Bahkan dia yang sengaja menyiapkan diri dengan berpenampilan lembut dan elegan pagi ini  hanya untuk mempermalukan Liliana yang kabarnya memiliki selera fashion yang aneh justru merasa tertampar dengan penampilan istri Harold yang simple namun tetap bergaya.

Dress ibu hamil berwarna tosca yang Liliana kenakan sangat kontras dengan kulit putihnya yang mulus tanpa celah dengan aksen pita dibelakangnya, meski tanpa riasan wajah cantiknya memancarkan keanggunan seorang wanita berkelas yang sangat jauh berbeda dengan dirinya yang harus memakai pakaian bermerk dan riasan sedikit tebal agar bisa diakui sebagai wanita kelas atas.

“ Apakah wanita itu selama ini hanya pura – pura penurut dan patuh untuk mendapatkan hati semua orang ”, Imelda kembali berguman dengan gelisah sambil mengigiti kuku tangannya dengan bola mata bergerak kesana kemari dengan cepat.

Kesehatan tubuhnya semakin hari semakin menurun apalagi setelah dia melakukan aborsi yang beresiko dua tahun lalu membuatnya harus mengelontorkan banyak uang untuk bisa sembuh seperti sekarang.

Namun beberapa bulan terakhir kondisi jantungnya semakin parah dan harus secepatnya mendapatkan pendonor agar bisa sehat kembali dan untuk menjalani hal tersebut dia membutuhkan dana yang tak sedikit.

Maka dari itu, begitu dia bertemu dengan Harold, Imelda pun mulai mendekatinya untuk kembali meraih hatinya.

Nyatanya usaha yang Imelda lakukan bak gayung bersambut, bukan hanya memaafkan semua kesalahannya dimasa lalu, bahkan Harold juga mengajaknya kembali bersama.

Magie yang mengetahui jika Imelda telah kembali pun menggunakan penyakit wanita itu untuk menekannya agar dia ikut dalam permainan yang telah mereka buat dan akan berakhir ini.

Imelda tak tahu jika dia dijadikan pion sekaligus kambing hitam atas kesakitan yang akan Liliana terima nantinya setelah berhasil cerai dengan Harold.

Tampaknya Magie telah merencanakan semua dengan matang sehingga nama Imeldalah yang nantinya akan terlihat buruk dimata Liliana setelah apa yang wanita itu miliki dia rebut sepenuhnya.

Diperusahaan, Harold yang moodnya buruk setelah dia melihat bagaimana sedihnya Imelda diacuhkan oleh istri dan Lola membuat semua orang yang meeting pagi ini dengannya terkena imbas.

Brakkk....

Harold melemparkan berkas yang ada ditangannya dengan kasar diatas meja sebagai ungkapan kekecewaannya pada departemen pemasaran yang ada dihadapannya saat ini.

“ Jika kalian tak niat bekerja silahkan sekarang juga ajukan surat pengunduran diri kepihak HRD ”, ucap Harold penuh penekanan.

Semua orang yang ada dalam staf pemasaran hanya bisa terdiam karena kesalahan hari ini merupakan imbas dari kinerja mereka yang buruk dan tak bisa mencapai target selama beberapa bulan terakhir akibat persaingan dipasar yang semakin tajam dan menggila.

Bukan hanya kemasan produk saja yang kalah saing tapi juga kualitas produk yang semakin lama semakin menurun hingga membuat tim pemasaran kesulitan untuk melempar produknya kepasaran.

Promo gila – gilaan yang mereka tawarkan nyatanya tak membuat produk habis dan mencapai target, justru yang ada perusahaan mengalami kerugian yang tak sedikit akibat banyaknya retur barang yang terjadi

Harold yang kembali keruang kerjanya setelah memarahi habis – habisan divisi pemasaran terduduk lesu dikursi kebesaran miliknya.

“ Aku harus menjauhkan istriku dari wanita itu jika tidak ingin rencanaku gagal ”, batinnya penuh amarah.

Sementara itu dikediamanannya, Mbok Sumi yang mengetahui jika majikannya tak ingin turun segera membawa makan siang untuk Liliana kedalam kamarnya.

Liliana yang mendengar ketukan pintu dan suara mbok Sumi memanggil namanya segera menyahut dan membiarkan wanita tua yang dulu menjadi pengasuhnya itu untuk masuk.

“ Letakkan disitu saja mbok, nanti aku makan jika sudah lapar ”, ucap Liliana pelan.

Melihat nyonya mudanya tampak lesu, mbok Sumi yang tahu apa penyebab mood ibu hamil itu buruk tak langsung menuruti perintahnya untuk pergi, wanita tua itu malah duduk disamping ranjang sambil memegangi sepiring nasi berisi lauk pauk untuk Liliana makan.

“ Nyonya harus makan agar memiliki tenaga dan nutrisi buat sikecil meski belum merasa lapar ”, ucap mbok Sumi penuh perhatian.

Dengan sabar wanita tua itu menyuapi Liliana meski majikannya itu tampak enggan tapi karena bujukan mbok Sumi menggunakan anaknya pada akhirnya Liliana pun luluh dan mau makan beberapa suap.

“ Sudah mbok, perutku sudah terasa penuh ”, ucap Liliana sambil meneguk beberapa kali air putih yang ada didalam gelas diatas nakas disamping tempat tidurnya.

Melihat majikannya kembali tertidur, dengan penuh kasih sayang mbok Sumi menutupi perut Liliana yang membuncit tersebut dengan selimut sampai dada.

Selanjutnya mbok Sumi pun berjalan menuju ujung ranjang untuk memijat kakai Liliana yang sedikit bengkak akibat kehamilannya yang sudah membesar.

Liliana yang merasa nyaman dengan pijatan yang diberikan oleh mbok Sumi tak sadar mulai tertidur.

Mendengar dengkuran halus keluar dari mulut munggil Liliana, mbok Sumi menyunggingkan senyum dan segera memberesi perlengkapan makan majikannya dan menutup pintu kamar secara perlahan agar istirahat Liliana tak terganggu.

Imelda yang melihat mbok Sumi keluar dari dalam kamar Liliana pun berusaha untuk menghampirinya namun tindakan tersebut diabaikan oleh wanita tua itu yang terus melangkahkan kakinya menuju kedapur.

Mbok Sumi merasa benci dengan Imelda karena dianggap kedatangan wanita itu membuat hati Liliana sedih.

Apalagi dengan tidak tahu malunya wanita itu terus menempel pada Harold membuat mbok Sumi semakin geram.

Imelda yang merasa dicueki tak menyerah dan segera menyusul langkah mbok Sumi menuju dapur untuk menuntaskan rasa gelisah dalam hatinya.

“ Bagaimana kondisi Liliana mbok ...”

“ Kulihat tadi pagi dia sangat pucat ”

“ Apa dia sudah makan ? ”

“ Jika belum, aku bisa membuatkan makanan untuknya ”

“ Kira – kira makanan apa yang Liliana sukai aku akan memasak untuknya sekarang ”, ucap Imelda bersemangat.

Mbok Sumi menghentikan aktiviatsnya mencuci perlengkapan kotor diwastafel dan membalikkan badannya dengan tatapan jijik.

Dia sangat tak suka dengan seseorang tak tahu malu seperti Imelda ini yang bermuka dua dan sok perhatian padahal sebenarnya dia senang melihat Liliana menderita.

“ Nona tak perlu sok perhatian kepada nyonya karena itu tak diperlukan disini ”, jawab mbok Sumi ketus.

Imelda sedikit terkejut mendengar ucapan ketus yang diberikan oleh mbok Sumi kepadanya.

Meski wanita tua itu menunjukkan wajah tak suka kepadanya tapi tak seharusnya seorang pembantu berkata kasar terhadap tamu majikannya.

“ Mbok itu hanya pembantu disini jadi tak selayaknya mbok bersikap kasar kepada saya yang merupakan tamu dari majikanmu ”, ucap Imelda dengan nada tinggi.

“ Akhirnya, wajah asli wanita ini terbuka juga ”, batin mbok Sumi sinis.

Selama ini dia lihat Imelda selalu menunjukkan jika dirinya adalah gadis polos yang baik hati dengan tutur kata lembut dan penuh kesopanan.

Tapi mbok Sumi yang sudah kenyang makan manis asamnya kehidupan tentu sangat tahu jika apa yang ditampilkan Imelda dihadapan Harold hanyalah topeng semata.

Buktinya sekarang, hanya dengan menyentil sedikit saja ego wanita ini langsung melonjak dan wajah aslinyapun mulai terlihat.

“ Hey, kenapa malah benggong. Cepet jawab.... ”, hardik Imelda dengan tatapan garang.

“ Jika menanyakan kabar, saya rasa nona pasti tahu apa yang nyonya saya rasakan saat ini ”

“ Sebagai wanita yang baik tentunya nona bisa mencari lelaki lain yang masih single untuk menjadikan nona istri, bukan malah menjadi pelakor seperti ini ”

“ Untuk makanan kesukaan nyonya, anda tak perlu repot - repot  membuatkannya karena saya masih bisa memasak untuk majikan saya ”

“ Dan perlu nona ingat, nona bukanlah orang yang membayar gaji saya jadi jangan membentak atau menyuruh – nyuruh saya seenaknya sendiri karena anda hanyalah tamu yang kedatangannya tidak diharapkan ”, ucap mbok Sumi tajam.

Setelah mengatakan semua uneg – uneg dalam hatinya, mbok Sumi pun pergi menuju kearea belakang untuk mengangkat jemuran dan mengosoknya membiarkan Imelda terdiam dengan penuh amarah hingga dadanya terasa sesak.

“ Brengsek !!! ”

“ Dasar pembantu sialan !!! ”

“ Lihat saja, aku akan mengadukan semua perbuatanmu kepada Harold ”, batin Imelda penuh amarah.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

klo orang berniat jahat biar di tutupi topeng lebut dan baik... akhirnya akan terbuka jg krn gak tahan..

2024-04-26

0

YuWie

YuWie

welehhh..di awal kelihatan baik ternyata sama ajaa

2024-02-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!