Cukup lama Audia hanya berdiam diri dikamar tanpa melakukan apapun, padahal sudah setengah jam sejak ia selesai mandi. Namun ia tetap berdiam diri tanpa melakukan yang perintahkan oleh Lukky tadi.
Semua itu karena ia tidak mau Lukky mengantarkannya pulang kerumah orang tuanya.
Lukky. "sudah siap?"
Tanya Lukky pada Audia begitu ia masuk ke kamar, setelah selesai mandi dikamar mandi yang berada didapur. Namun Audia tak menjawab, ia hanya memilih diam seribu bahasa.
Lukky. "kenapa belum siap? Haruskah kakak yang memasukkan barang-barangmu kekoper?"
Tanya Lukky sambil menatap Audia setelah selesai mengenakan pakaian, namun Audia tetap tidak menjawab, ia diam seperti patung.
Lukky. "baiklah kalau gitu biar kakak yang masukkan."
Ujar Lukky dengan sedikit geram, melihat sikap Audia yang hanya diam seperti patung itu.
Lalu dengan cepat Lukky mengeluarkan baju-baju Audia, dan memasukkannya kedalam koper berwarna hitam milik Audia.
Lukky. "sudah, sekarang cepat pakai jilbab. Nanti keburu kemalaman."
Ujar Lukky setelah selesai memasukkan semua pakaian Audia kedalam koper, tanpa meninggalkan satu helai pun dan mengunci kopernya.
Audia. "Audia nggak mau pulang. Audia nggak mau jadi janda."
Ujar Audia tiba-tiba disela-sela tangis, karena sejak Lukky mengemas barang Audia, air mata Audia pun terus mengalir.
Lukky. "apa maksudmu Audia? Kamu tidak mau jadi janda, tapi kamu juga tidak mau kakak menyentuhmu?! Lalu kita harus hidup bagaimana? Hidup sebagai suami istri tanpa hubungan intim, begitu mau mu Audia?!"
Tanya Lukky yang hampir habis kesabaran, namun terus berusaha untuk sabar.
Sementara Audia tak berani menjawab, ia takut dan hanya memilih diam.
Lukky. "benar seperti itu mau mu kan?! Baiklah kalau kamu tidak mau menjadi janda, kakak tidak akan menceraikanmu. Kita akan hidup sebagai suami istri yang tanpa hubungan intim, seperti yang kamu inginkan!"
Ujar Lukky menyerah karena sudah lelah dengan sikap Audia, sambil mengambil bantal dan selimut lalu keluar dari kamar. Ia pergi keruang keluarga dan membaringkan tubuhnya di atas karpet permadani, ia sudah sangat lelah jiwa dan raga, oleh sebab itu ia ingin menenangkan diri dengan segera mencoba untuk tidur.
Sementara Audia hanya terduduk lemas disisi tempat tidur, ia sungguh tidak mengerti mengapa ia jadi seperti ini. Padahal dulu ia sangat menginginkan sebuah perceraian dari Lukky, karena itu ia terus bersikap dingin dan ogah-ogahan melayani kebutuhan biologis Lukky.
Namun sekarang setelah keinginannya akan terwujud, ia justru merasa takut dan tidak rela untuk berpisah dengan Lukky. Hatinya terasa sangat sakit dan terluka, membayangkan berpisah dengan Lukky, ia tidak tahu kapan tepatnya ia mulai memiliki rasa terhadap Lukky.
Hingga sekarang ia tidak ingin berpisah dengan Lukky, tapi ia juga belum sepenuhnya yakin dengan perasaannya tersebut. Karena itu ia hanya memilih lebih banyak diam, sebab ia takut salah dengan perasaannya itu.
Cukup lama Audia hanya duduk diam menatapi kopernya, yang telah diisi penuh dengan semua barangnya tadi oleh Lukky. Kini ia mulai turun dari tempat tidur dan kembali menyusun semua barangnya ketempat nya semula.
Tentunya dengan perasaan tidak karu-karuan, antara rasa bersalah, menyesal dan terluka semuanya berbaur menjadi satu. Membuat dadanya menjadi sesak dan nafasnya bergemuruh, diikuti dengan air matanya yang mengalir tanpa dapat ia bendung.
Berkali-kali Audia mencoba menghentikan air matanya, dengan menyekanya kasar mengunakan kedua tangannya. Namun tetap tak berhasil menghentikan air matanya, yang justru semakin deras mengalir membasahi pipinya.
Akhirnya ia pasrah dan membiarkannya begitu saja, cukup lama Audia menangis didalam kamar. Setelah hatinya benar-benar tenang ia baru keluar dari kamar, untuk mencari tahu dimana Lukky tidur malam ini.
Audia terdiam saat melihat Lukky yang sudah dalam keadaan tertidur, diatas karpet permadani ruang keluarga. Ia perhatikan wajah Lukky yang sedang tertidur untuk pertama kalinya, dimata Audia wajah itu terlihat sangat lelah dan letih.
Membuatnya semakin merasa bersalah dan menyesal, memperlakukan Lukky seperti itu. Padahal Lukky selama ini sudah sangat baik padanya, dan tidak pernah memperlakukannya dengan kasar.
Tapi balasannya sungguh sebaliknya, berkali-kali Audia mengutuk dirinya karena telah menuruti egonya. Dan setelah semua ini terjadi, ia baru menyadari bahwa Lukky adalah suami terbaik untuknya.
Audia ingin memperbaiki semuanya, namun ia tidak tahu bagaimana caranya. Akhirnya ia hanya memilih mengikuti alurnya saja, entah bagaimana kedepannya nanti ia tidak tahu, yang jelas ia hanya akan menjalaninya saja.
Alhasil Audia pun kembali kekamar, dan malam ini adalah malam pertama mereka tidur terpisah, Lukky tidur diruang keluarga sedangkan Audia tidur dikamar. Meski rumah ini memiliki dua kamar, namun hanya satu kamar yang memiliki fasilitas tempat tidur dan sebagainya.
Yaitu kamar yang ditempati oleh Audia, sementara kamar satunya dibiarkan kosong melompong tanpa isi. Entah kapan kamar itu akan diisi, baik Lukky dan Audia tidak pernah tahu.
Ditambah lagi sekarang mereka sudah pisah ranjang, mungkin kamar itu tidak akan pernah diisi. Dan akan terus kosong melompong seperti itu.
****
Paginya ketika Audia keluar dari kamar, Lukky sudah berada di bengkelnya dengan ditemani secangkir kopi buatannya sendiri. Sepertinya mulai hari ini Lukky tak akan lagi meminta kepada Audia, untuk membuatkannya minum.
Ia juga tidak menyentuh makanan yang dimasak oleh Audia, dan lebih memilih memakan nasi bungkus yang ia beli diluar. Hal itu membuat Audia semakin sedih, karena ia merasa Lukky sudah tak menganggapnya ada.
Namun meski pun merasa begitu, Audia tetap memilih untuk diam dan lebih banyak menghabiskan waktu di kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments