Bukan Cinta Biasa
Nurmala. "temui dia, pilih dia dan jadilah istrinya! Maka kamu dan keluarga mu akan tetap tinggal disini, dirumah ini!"
Nurmala sedang berbicara pada Audia dihalaman belakang, disana hanya ada mereka berdua.
Audia. "Saya pikir selama ini Tante ikhlas menolong kami?"
Audia berbicara dengan suara sedikit parau karena tidak percaya dengan apa yang disuruh oleh Nurmala.
Nurmala. "di dunia ini tidak ada yang gratis, saya menolong ibumu yang lumpuh, memberi kalian tempat tinggal dan membiayai sekolah mu berserta kedua adikmu. Karena ada yang saya inginkan dari kalian dan sekaranglah saatnya."
Nurmala berhenti bicara sesat, tangannya mengambil sesuatu dari dalam dompetnya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang kertas pecahan seratus ribu, lalu memberikannya kepada Audia.
Nurmala. "Ambil ini, belilah beberapa pakaian yang bagus. Sore ini kamu akan bertemu dengan mereka berdua dirumah utama. Saya sudah bicara dengan ibumu dan kamu tidak perlu bicara tentang apa yang saya katakan tadi, karena itu hanya antara kita!"
Audia kembali ke paviliun tak lama setelah Nurmala kembali kerumah utama yang jaraknya sekitar lima puluh meter dari rumah utama. Sejak berusia sepuluh tahun Audia sudah tinggal disini.
Awalnya sang ayah bekerja sebagai supir pribadi Hartawan atau suami Nurmala, hingga sang ayah meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal yang juga mengakibatkan sang ibu lumpuh.
Audia tidak begitu ingat dengan jelas bagaimana asal muasal dan bagaimana kejadiannya, yang ia ingat saat itu sang ayah meminjam salah satu mobil milik pak Hartawan untuk dipakai pulang kampung melihat nenek Audia yang sedang sakit parah.
Namun naas ditengah jalan mereka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan sang ayah meninggal dan sang ibu lumpuh seumur hidup. Meski sudah mengalami kerugian yang cukup banyak baik Hartawan dan Nurmala sama sekali tidak nuntut ganti rugi mereka malah balik menolong keluarga Audia yang kemalangan.
Dengan memberi mereka tempat tinggal di paviliun yang awalnya hanya diperuntukkan untuk orang yang bekerja pada mereka saja, tidak hanya sampai disana mereka juga membiayai kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan sekolah dan pendidikan Audia beserta adiknya.
Audia. "ibu, bolehkah Audia bertanya?"
Audia berbicara kepada ibunya saat ia mendapati ibunya sedang duduk sendiri didalam kamarnya saat ia kembali dari halaman belakang.
Ibu. "apa? tentu saja boleh."
Jawab sang ibu sambil melihat kearah Audia dengan wajah dihiasi seulas senyum, bukannya langsung bertanya Audia malah duduk terlebih dahulu disebelah ibunya membuat sang ibu jadi penasaran.
Audia. "bagaimana ibu bisa bertemu dengan Tante Nurmala dan berteman dengannya? Padahal secara ekonomi sangat tidak mungkin?!"
Audia bertanya sambil menatap wajah ibunya dengan tatapan serius seolah tidak ingin tertinggal satu pun kata dari jawaban setiap pertanyaannya.
Ibu. " hanya karena ketidak kesengajaan dan mungkin itu adalah takdir Allah."
Jawab ibu Audia singkat padat dan seperti tak ingin memperpanjang pertanyaan Audia.
Ibu. "oh iya, tadi Tante Nurmala udah bilang sama ibu, dan ibu ingin kamu menurutinya. Tante Nurmala itu adalah orang baik dia juga sudah menganggap kamu seperti anaknya sendiri, dia juga sangat ingin kamu menikah dengan pria baik-baik dan untungnya siapapun pilihan mu nanti sore tetaplah salah satu keponakannya. Jadi pilihlah yang menurut mu baik dan cocok dengan mu Audia."
Ibu Audia berpesan sambil menepuk punggung tangan Audia lembut dan Audia menanggapinya dengan senyuman simpul padahal hatinya sedang dipenuhi kegundahan.
****
Nurmala. "Audia sudah datang?"
Tanya Nurmala pada Nasmi pembantunya yang berusia dua tujuh tahun.
Nasmi. "sudah buk, dia sedang duduk diruang tamu bersama buk Siti dan putrinya Nesa."
Jawab Nasmi sambil menunjuk kearah ruang tamu dimana Audia dan juga salah satu calon istri lain menunggu, karena ada dua pria yang sedang mencari calon istri maka calon istrinya pun ada dua, yaitu Audia dan Nesa.
Nurmala."kalau begitu bikinkan minuman dan makanan ringan untuk mereka sambil menunggu Lukky dan Firman datang.
Ujar Nurmala sambil berlalu pergi bergabung diruang tamu bersama Audia dan yang lainnya. Untuk wanita yang berusia lima puluh tahun Nurmala masih terlihat sangat muda, bahkan awet muda.
Namun sayangnya dirumah yang amat besar dan luas ini dia hanya tinggal bersama dua orang pembantu dan dua orang tukang kebun, tanpa suami yang hampir tidak pernah pulang sejak lima tahun belakangan.
Dan satu-satunya tetangga terdekatnya adalah keluarga Audia yang tinggal di paviliunnya. Bagi orang yang mengenalnya, Nurmala adalah wanita yang baik dan suka menolong sesama.
Namun bagi keluarga suaminya Nurmala tak lain adalah hama pengganggu, yang merusak rumah tangga orang lain. Nurmala adalah istri simpanan Hartawan yang menjabat sebagai anggota dewan, yang dinikahinya sejak lima belas tahun lalu.
Nurmala. "nah itu mereka datang."
Ujar Nurmala memecah kecanggungan setelah hampir lima belas menit duduk bersama tanpa banyak bicara antara ia dan beberapa tamunya seperti buk Siti dan Nesa.
"Assalamualaikum"
Sapa Lukky pria bertato berusia tiga puluh lima tahun dengan rambut panjang lebih dari bahu dan berpenampilan seperti anak pang, memberi salam pada tantenya dan juga pada orang-orang yang sedang duduk bersama dengan Nurmala.
Ia masuk dengan berjalan sedikit membungkuk melewati yang lain menuju dimana Nurmala duduk.
Lukky. "maaf Tante Lukky terlambat, karena tadi masih ada konsumen."
Ujar Lukky menjelaskan mengapa ia datang terlambat sambil mencium punggung tangan Nurmala, diiringi dengan Firman dibelakangnya.
Terlihat sangat sopan dari pada penampilannya atau mungkin itu hanya kamuflase untuk menipu siapa pun yang melihatnya, pikir siapa pun yang melihatnya saat itu termasuk Audia.
Ia bahkan langsung kehilangan minat saat melihat Lukky untuk pertama kalinya, dan lebih memilih melihat kearah Firman sesekali.
Nurmala. "tidak apa-apa nak, yang penting sekarang kamu sudah datang."
Jawab Nurmala sambil menepuk tempat duduk disebelahnya agar Lukky duduk disebelahnya. Lukky menyadari kode tersebut dan duduk disebelah Nurmala.
Nurmala. "Lukky, kenalkan ini adalah Audia, yang selalu Tante ceritakan. Dan Firman itu adalah Nesa."
Nurmala memperkenalkan Audia dan Nesa kepada kedua keponakannya yang sudah ia angkat menjadi anaknya.
Lukky. "Audia Aurora!"
Potong Lukky sepontan saat melihat wanita berjilbab biru muda yang menutupi hingga batas dada, ia terlihat manis dengan baju kemeja lengan panjang berwarna putih susu dan rok panjang biru muda, tanpa Audia sadari Lukky terus menatapnya.
Lukky bahkan tidak berpaling sedetik pun, saat Nurmala mengenalkan Firman pada Nesa yang berpenampilan modis dengan rok pendek sebatas lututnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments