Lukky dan Audia sampai dirumah, dengan tangan dipenuhi barang belanjan. Karena selain baju baru Audia, Lukky juga membeli tiga bungkus lontong untuk ketiga temannya, dan sekarung beras dengan berat dua puluh lima kilogram.
Audia sedikit heran saat melihat Lukky membeli beras sebanyak itu, pasalnya mereka baru menikah dan hanya tinggal berdua. Menurut Audia beras sebanyak itu, terlalu banyak untuk mereka berdua.
Namun saat Audia melihat teman Lukky, ia langsung paham. Bahwa Lukky membeli beras tersebut bukan hanya untuk makan mereka berdua, tapi juga untuk makan teman-temannya yang bertamu ke rumah mereka.
Audia kesal dan mengomel didalam hatinya.
Audia. "Memangnya ini rumah kakak mereka, atau rumah untuk para musafir! Hingga mereka bisa makan dengan gratis tiga kali sehari. Dan bahkan menupang tidur juga!"
Sungut Audia didalam hatinya, dan melihat dengan pandangan tidak suka, pada teman-teman Lukky yang sedang menikmati lontong pemberian Lukky.
Audia bahkan semakin kesal, saat melihat teman Lukky yang terus bertambah. Jika sejak semalam hanya ada tiga kini datang lagi empat, menjadi tujuh orang.
Mereka bahkan membawa tas ransel besar berisi pakaian, seperti datang dari luar kota. Dan setelah didengar-dengar oleh Audia ternyata benar, mereka datang dari pulau Jawa dan sedang turing kepulau Sumatra.
Ternyata setelah Audia dengar-dengarkan lagi, dari setiap pembicaraan Lukky dan teman-temannya. Ia pun akhirnya tahu bahwa Lukky adalah anak klub motor tua, dan Lukky adalah orang yang termasuk dituakan didalam klub tersebut.
Meski pun begitu Audia tetap masih belum bisa menerima Lukky, mau pun teman-temannya. Menurut Audia teman-temannya Lukky hanya akan menyusahkannya dan membuat pekerjaannya semakin banyak saja.
Contohnya sekarang Audia harus membuatkan minuman untuk mereka, lalu Lukky juga meminta kepada Audia agar memasak mie instan, untuk tambahan lauk mereka makan. Karena semur telur yang Audia masak tadi pagi, tidak akan cukup untuk makan siang mereka semua.
Audia bahkan semakin kesal karena cucian piringnya pun semakin banyak, dan ia harus membersihkannya sendiri. Tak jarang Audia membanting-banting sendok dan juga mangkuk plastik, untuk melampiaskan kekesalannya terhadap Lukky dan juga teman-temannya.
Audia tidak ikhlas mengerjakan pekerjaan, bahkan wajahnya terlihat masam dan keningnya terus ditekuk, dan terlihat begitu masam saat mengantarkan teh untuk Lukky yang sedang berada bengkel, bersama teman-temannya.
Lukky memperhatikan wajah Audia, dan ia menyadari bahwa Audia sedang kesal dan tidak ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Menyadari semua itu Lukky pun meninggalkan teman-temannya mengikuti Audia, ia ingin mencari tahu mengapa Audia seperti itu.
Lukky. " sayang ada apa? Kenapa wajahnya masam seperti itu?"
Tanya Lukky lembut setelah menyusul Audia yang kini sedang berada didapur, melanjutkan tugas mencuci piringnya yang sempat terhenti, padahal sekarang sudah pukul sembilan malam dan ia masih berada didapur, dengan tumpukan piring bekas makan malam mereka semua.
Audia. "NGGAK ADA!"
Jawab Audia ketus dengan suara sedikit meninggi karena kesal, ternyata Lukky tidak peka. Bahwa Audia ingin istirahat tapi teman-teman Lukky membuat pekerjaannya semakin banyak.
Lukky. "nggak ada, tapi kok wajahnya seperti itu?"
Tanya Lukky tanpa terbawa emosi sambil memperhatikan wajah Audia.
Audia. "sampai kapan teman-temannya kakak disini?! Memangnya aku ini babu yang harus bekerja dua puluh empat jam, membuatkan minuman dan makanan untuk teman-teman kakak yang tiada habisnya?!"
Ujar Audia ketus tanpa mempedulikan perasaan Lukky.
Lukky. "kenapa kamu berbicara seperti itu sayang? Kamu itu adalah istri kakak!. Jika kamu tidak mau membuatkan minuman untuk mereka kakak bisa membuatnya sendiri, begitu pula dengan makanan, kakak bisa membelinya untuk mereka. Tapi kakak ingin kamu tahu sayang, kamu tidak boleh kesal pada tamu. Karena tamu adalah pembawa rezeki. Jadi kita harus melayani dengan ikhlas."
Ujar Lukky mencoba menjelaskan dan menasehati Audia, bahkan ia tidak boleh kesal bila ada tamu yang datang kerumah mereka. Namun bukan Audia namanya jika langsung menerima begitu saja, nasehat yang diberikan Lukky kepadanya.
Pasalnya Audia adalah wanita yang sedikit keras kepala, jadi ia pasti akan membantah nasehat yang diberikan oleh Lukky kepada Audia.
Audia. "tamu pembawa rezeki apanya? Yang ada malah menghabiskan rezeki!"
Sungut Audia pelan, namun Lukky bisa mendengarnya, dan menjadi awal dari pertengkaran mereka.
Lukky."sayang kenapa kamu berbicara seperti itu? Apakah kamu sungguh tidak suka dengan tamu-tamu kakak?!"
Tanya Lukky tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, dari mulut Audia.
Audia. "ya, Audia tidak suka! Teman- teman kakak hanya menyusahkan Audia, dan membuat pekerjaan Audia semakin banyak!."
Tantang Audia mengatakan apa yang ia pikirkan dan rasakan, semenjak ia menikah dengan Lukky. Mereka selalu kedatangan tamu setiap harinya, dan bahkan sampai menginap hingga beberapa hari.
Lukky. "kakak tidak menyangka istri kakak berpikiran sempit seperti itu?"
Ujar Lukky dengan mimik wajah kecewa.
Audia. "Audia yang berpikiran sempit atau kakak yang terlalu naif? hingga menganggap semuanya dengan positif?!"
Ujar Audia tidak terima Lukky mengatakan dirinya berpikiran sempit, dan semakin berusaha untuk memojokkan Lukky.
Lukky. "baiklah, mungkin kakak yang terlalu naif, tapi inilah kakak! Suka tidak suka Audia harus terima. Dan mengenai tamu kakak! Jika Audia tidak mau membuatkan minuman dan makanan untuk mereka? Maka tidak usah, karena kakak bisa membuatnya sendiri."
Ujar Lukky mengalah dan tidak ingin pertengkaran mereka semakin panjang, apa lagi pertengkaran tersebut terjadi karena orang lain. Bukan murni karena permasalahan diantara mereka berdua.
Namun Audia sedikit terkejut, karena setelah mereka menikah inilah untuk pertama kalinya Lukky memanggilnya dengan menyebutkan namanya.
Karena biasanya Lukky selalu memanggil Audia dengan sebutan sayang, dan Audia menyadari bahwa Lukky sedang benar-benar marah padanya. Atas sikapnya yang keberatan dengan teman-teman Lukky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments