PEMBALASAN YANG SETIMPAL
Andrian serta keluarganya berangkat menuju bandara, rumah Andrian yang ada disini akan disewakannya pada mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya disini.
Awalnya Andrian ingin memberikan rumahnya kepada pekerjanya yang ada disini, yang bernama Neelam.
Akan tetapi dia menolak permintaannya karena dia merasa jarak rumah ini terlalu jauh dengan tempat sekolahnya mengajar.
Neelam adalah guru sekaligus pengasuh Dhafin ketika di rumah, Neelam bekerja di rumah Andrian saat ada tawaran pekerjaan jadi pengasuh.
disaat itu Neelam sedang membutuhkan pekerjaan tambahan untuk kehidupannya sehari-hari.
Awalnya Devi agak ragu ketika akan memperkerjakan seseorang mengasuh anaknya apalagi waktu Dhafin lahir dia sama sekali tidak kenal dengan siapa-siapa di negara ini.
disaat Andrian dan Devi datang di negara ini dia sedang hamil besar. Dan ini adalah tantangan pertamanya ketika di negara orang,Dia masih sangat asing di negara ini.
Hingga akhirnya dengan keyakinan dari suaminya dan memantapkan hatinya Devi menyetujui untuk memperkerjakan seorang pengasuh.
Neelam memang bukan asli orang sini dia berasal dari sini. Dia berasal dari negara lain sama seperti dirinya, Neelam adalah seorang mahasiswa yang sedang menimba ilmu di negara ini.
Hingga akhirnya dia menetap disini setelah selesai dengan pendidikannya. Dan bekerja disini untuk mencukupi kehidupannya.
Neelam juga mempunyai keluarga dari tempat asalnya, Dia mengirimi setiap bulan dari gajinya untuk biaya kehidupan keluarga di negara asalnya.
“Ayah apakah kakek juga merindukanku seperti aku merindukannya?”tanya Dhafin pada Andrian yang ada disampingnya.
“Tentu saja,kakek juga akan merindukanmu seperti kamu merindukannya”ucap Andrian sambil mengelus kepala Dhafin.
”Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya,Ayah apakah nenek juga merindukanku sama seperti kakek?”.tanya Dhafin sekali lagi.
Andrian hanya menganggukan kepalanya dia tidak yakin terhadap ibunya terakhir kali bertemu dengan istrinya waktu itu sudah terlihat bahwa ibunya tidak akan menyukai Devi apalagi sekarang dia sudah mempunyai anak.
Sepanjang di pesawat Andrian hanya melamun melihat keadaan yang akan diterimanya setelah tiba nanti, disaat istri dan anaknya tidur Andrian tidak bisa.
Dia sudah berusaha untuk tidur tetapi kekhawatirannya lebih mendominasi daripada kantuknya. Andrian terlalu banyak mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi.
Perjalanan untuk menuju ke negara nya membutuhkan waktu 14 jam dengan jarak tempuh 11,688 km. Tanpa sadar Andrian pun tidur dengan kekhawatirannya yang terus menghantui pikirannya.
ΩΩΩΩ
Setelah lamanya perjalanan yang ditempuh dengan badan yang penuh dengan keringat ketika harus menunggu koper di Baggage Claim Area setelah check in,membutuhkan beberapa menit untuk menunggu koper lewat.
Setelah selesai mengambil koper di lantai bawah Andrian dan keluarganya berjalan menuju pintu keluar bandara.
Ketika sudah keluar dari bandara Andrian melihat Andino menyambutnya dengan senyum terharu dan mata yang berkaca-kaca, Andrian langsung menuju ke tempat berdirinya Andino.
Mereka berdua berdiam sejenak untuk melihat satu sama lain,senyuman itu, wajah yang tegas yang selalu dia ceritakan kepada anaknya.
Dia selalu menceritakan bahwa dia mempunyai kakek yang hebat dan sekarang orang yang selalu diceritakannya berada disini dihadapannya.
”Apa kabar Andrian?”. suara itu suara yang didengarnya melalui telepon beberapa hari yang lalu.
Suara yang mengajaknya untuk kembali ke rumah, suara yang selalu dirindukannya setiap malam ketika tidak bisa tidur. Sekarang suara itu terdengar kembali setelah bertahun-tahun di hadapannya.
Begitupun dengan Andino setelah bertahun-tahun lamanya yang setiap hari selalu diliputi rasa bersalah yang tidak berkesudahan.
Rasa bersalah yang selalu menghantuinya setiap malam, rasa bersalah yang selalu menghantuinya ketika tidur, rasa yang selalu dirindukannya setiap harinya.
Kini terbayar sudah orang yang dirindukannya berada dihadapannya hingga tanpa sadar Andino menanyakan kabarnya.
”Kabarku baik Pah”jawab Andrian dengan suara bergetar. Jawaban itu menggerakkan badan Andino untuk memeluk anaknya dengan erat dan tangis yang sudah tidak terbendung lagi.
Tangisan Andino lumayan keras hingga terdengar Dhafin yang menatap keduanya dengan tatapan bingung.
Sambutan hangat ini juga disaksikan oleh Dion yang mengantar tuannya untuk menjemput anaknya sendiri, Dion terharu dengan pemandangan yang dilihatnya.
Dion senang karena keresahan yang ada dihati tuan nya segera sembuh.
Andino melapaskan pelukannya dan beralih melihat orang yang bersama dengan anaknya,Andino mendekati orang itu.
Diamatinya orang itu dengan mata berkaca-kaca tanpa izin dari orang tersebut Andino memeluk orang yang sudah menjadi pasangan dari anaknya itu.
”Maafkan Papah mertuamu Devi, maafkan aku yang sudah menuduhmu, maafkan Papah mertuamu ini yang tidak mencari tahu kenyataannya terlebih dahulu, maafkan Papah mertuamu ini yang sudah menolakmu waktu dulu, maafkan aku,maafkan aku”ucap Andino yang menangis dipelukan Devi.
Devi yang mendengar ucapan Andino dan merasakan air mata mertuanya membasahi bajunya pun tidak bisa menolak pelukan tersebut membalas pelukannya.
”Tidak papa Papah,itu bukan kesalahan Papah, maafkan Aku juga yang tidak bisa mencegah keadaan itu”. Andino yang mendengar ucapan itu pun semakin menangis karena sudah tidak kuat dengan ucapan Devi.
Dia tidak menyangka menantunya akan memaafkannya begitu saja, semakin menggunung rasa bersalahnya ketika mendengar ucapan menantunya.
”Kita pulang sekarang, kita berbicara di rumah saja kalian pasti sangat lelah dengan perjalanan yang panjang ini” Ajak Andino pada keluarga Andrian untuk pulang ke rumah.
Mereka pulang untuk menuju ke rumah utama yaitu rumah Andrian yang ditempati dari kecil.
Sepanjang perjalanan Andino terus berbicara, entah itu menanyakan kabarnya, bercerita tentang ekonomi negara ini, dan juga orang-orang yang dekat dengannya ketika kecil.
Semua Andino bicarakan kepada Andrian tak lupa Andino juga tidak segan menanyakan keadaan keluarga Devi dan juga menanyakan beberapa pertanyaan kepada cucunya.
Tak terasa setelah beberapa menit perjalanan akhirnya sampai di tempat tujuan, Andrian ketika sampai di rumah terasa dibawa kembali untuk nostalgia.
Rumah ini tidak pernah berubah bahkan tanaman yang dulunya masih kurus kering ketika ditinggal sekarang sudah berkembang menjadi banyak.
Dia lihatnya satu persatu isi sudut halaman yang ada di depan rumahnya dan sesuai perkiraannya dari awal semuanya tidak berubah sama sekali, tempat yang ditinggalnya beberapa tahun ke belakang.
”Mari masuk”ajak Andino.
Mereka memasuki rumahnya dengan perasaan dejavu terutama Devi. Dia seakan mengingat dirinya dulu yang masih menjadi calon dari suaminya, sakit hati yang di deritanya sekarang belum seberapa sembuh.
Dulu sewaktu masih menjadi calon istri dari Andrian, Devi sering kali mendapat cibiran dari calon mertuanya entah itu asal Devi, keluarganya, dan juga fisiknya yang tidak seperti kebanyakan anak-anak sosialita teman mertuanya.
Sering kali Maria membandingkannya dengan anak teman yang kerap kali datang untuk menjenguknya, entah tujuannya apa tapi Devi tau maksud dari Maria yaitu agar dirinya menyerah dengan hubungannya.
Sudah sering Devi meminta berpisah dengan Andrian dengan alasan tidak kuat dengan perlakuan orang tuanya, tapi sering kali juga Andrian menyakinkannya bahwa dia akan menjelaskan tentang fitnah yang dilakukan oleh kembarannya itu.
Hingga puncaknya ketika Devi difitnah akan membunuh Maria, Andino secara terang-terangan memberi pilihan pada anaknya untuk meninggalkannya.
Ketika Andrian dan Devi sedang bernostalgia di rumah ini dengan rasa sakit hati yang masih ada walaupun tidak sesakit dulu, tanpa sadar mereka menoleh ke belakang dan melihat Maria yang berdiri mematung.
”Andrian”di dekatinya orang yang berdiri didepannya.”Andrian anakku”dipeluknya orang tersebut dengan tangisan yang tidak tertahan dengan suara parau sambil menyebutkan kata yang sama.
Devi yang melihat pertemuan antara mereka pun menjauh bersama dengan Dhafin yang masih bingung dengan kejadian ini, diajaknya Dhafin ke taman depan rumah.
Sementara Andino yang melihat Devi dan Dhafin keluar rumah menyusul mereka untuk mengjajak berbicara dengannya.
Maria dan Andrian pun melanjutkan pertemuan mereka dengan obrolan kecil mungkin saja juga mengobrol tentang tanamannya.
Sepanjang jalan menuju tanaman kesayangan Andrian, Maria tidak berhenti berbicara sambil menggandeng lengannya itu, sesampainya di tanaman itu Maria masih tidak berhenti berbicara.
”Andrian,bisakah kau tetap tinggal disini?”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments