PEMBALASAN YANG SETIMPAL
Berita tentang pembantaian keluarga Parviz pun sampai di telinga Andino yang saat itu sedang duduk santai dengan Adrian dengan membahas tentang pembangunan resort hotel.
“Kau tidak melakukan hal bodoh itu bukan?”tanya Andino pada Adrian yang duduk di depannya menatapnya tajam.
“Apa yang sebenarnya terjadi”gumam Adrian pada dirinya sendiri.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengannya,kenapa dengan mereka, siapa yang melakukan itu pada mereka!?!”racau Adrian yang panik mendengar berita itu.
“Ayah bertanya padamu Adrian, apa kau yang melakukan itu pada mereka?”ucap Andino dengan nada rendah.
“Apa maksudmu ayah, mana mungkin aku melakukan itu, 2 hari yang lalu kami baru saja bertemu untuk melakukan tanda tangan bersama,”sergah Andrian. ”Apa yang sebenarnya terjadi”gumamnya.
“Aku harus mencari tahu tentang kejadian ini”gumam Adrian.
“Ayah maaf, malam ini aku tidak bisa ikut malam bersama, Adrian pergi dulu”pamit Adrian pada Andino yang berdiri di depannya sambil meletakkan tangannya di saku.
Adrian pun melenggang pergi dari hadapannya dan menampilkan senyum smirk ketika sudah sampai di pintu depan rumah nya.
Adrian merasa senang sekaligus hati-hati dengan beredarnya berita tentang kematian Bagaskara pemilik Adora group.
“Dion cari tahu kebenaran berita itu”perintah Andino pada asistennya.
“Baik tuan”jawab Dion.
Andino bukan tidak mempercayai Adrian tidak melakukan itu, walaupun dia juga pernah melakukan hal sadis sewaktu dia masih aktif di perusahaan.
Tapi ketika sudah menikah Andino sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga istrinya dia tidak akan melakukan hal sadis macam itu lagi.
Di sisi lain Ghaida yang mendengar orang tuanya meninggal karena pembantai pun shock dia tidak menyangka orang tua nya akan meninggalkannya begitu cepat, 2 hari yang lalu dia baru saja keluar dengan ibunya untuk berbelanja kebutuhan.
“Apa yang terjadi dengan ayah dan ibu paman”ucap lirih Ghaida sambil menundukkan kepalanya.
"Apa yang terjadi dengan mereka paman,kenapa dengan mereka?, Apa yang diberitakan itu benar paman!?! Apakah benar mereka dibantai?! Apa benar yang dikatakan diberita itu, jawab paman jawab jangan diam saja”teriak Ghaida pada Adolf yang ada didepannya sambil dipukuli bahunya.
“Nona maafkan saya” sesal Adolf sambil menahan tangisnya.”Maafkan saya nona maafkan saya, maafkan saya yang tidak bisa melindungi keluarga nona, maafkan saya nona”.
“Apakah … apakah yang diberitakan itu benar paman mereka dibantai oleh perampok?!”tanya Ghaida dengan lirih. Adolf pun menganggukkan kepalanya dengan pelan.
“Bukankah pengawal yang ada di rumah banyak paman harusnya mereka bisa melawannya bukan? kenapa mereka semua terbunuh?”tanya Ghaida dengan heran.
“Paman juga tidak tahu nona”jawab Adolf dengan nada lirih.
Ghaida yang mendengar jawaban dari Adolf pun luruh di lantai teras rumahnya menangis sejadi-jadinya.
Dia merasa kehilangan karena kematian orang tuanya, dia tidak menyangka bahwa orang tuanya akan pergi secepat itu.
“Paman bolehkah aku ikut mengantar ayah dan ibu ke peristirahatan terakhirnya?”tanya Ghaida pada Adolf yang masih berjongkok di depannya.
“Maaf nona paman tidak mengijinkan nya untuk pergi, paman takut orang yang membantai Tuan dan Nyonya mengetahui keberadaan nona”jawab Adolf dengan kepala tertunduk.
Ghaida yang mendengarkan jawaban Adolf pun menangis,Dia merasa bersalah karena tidak bisa mengantarkan orang tuanya untuk terakhir kalinya.
ΩΩΩΩ
3 tahun kemudian
Ghaida yang sudah 3 tahun berada di desa Acitya mengalami perubahan banyak, Ghaida yang awalnya pemalu dan ramah terhadap orang-orang disekitarnya berubah, menjadi pribadi yang datar dan tidak peduli terhadap orang yang ada disekitarnya.
Ketika pemberitaan tentang kematian orang tuanya sudah tersebar di desa ini, dan asisten Adrian serta pengawalnya datang kesini untuk menggusur warga desa serta membuat kebohongan bahwa ayahnya telah menjual tanah mereka, membuat mereka membenci orang tuanya.
Mungkin ada sebagian yang mempercayai ayahnya tidak melakukan hal itu tapi ada sebagian juga mempercayai kebohongan yang dibuat oleh asisten Adrian.
Karena kebohongan itu juga membuat Ghaida serta Adolf yang hanya tinggal berdua pun dikucilkan oleh sebagian warga desa Acitya.
Dan yang masih mempercayai mereka pun juga orang-orang yang pernah dibantu oleh ayahnya yaitu Claes, Avel, Baswara, Barya, Ella, Frona, Gyuri ,Ilka serta Evzen.
Hanya merekalah yang masih mempercayai Bagaskara bahkan tetua yang ada di desa yang sangat dekat dengan Bagaskara pun juga sudah tidak mempercayai keluarganya.
Selama 3 tahun ini juga para suruhan Adrian mengganggu para warga yang ada disini,mereka juga tidak segan-segan memukul warga apabila ada yang berontak.
Terutama perempuannya mereka juga tidak segan-segan melecehkannya di depan umum entah itu berupa ucapan atau tindakan yang tidak pantas untuk dilakukannya.
”Ghaida”panggil Baswara.
Ghaida yang sedang mengerjakan sesuatu pun berhenti untuk melihat orang yang dipanggilnya.
”Kau sedang melakukan apa?”tanya Baswara.
”Seperti yang kau lihat,aku sedang memperbaiki meja yang hampir roboh”jawab Ghaida dengan nada datar. Baswara pun melihat pekerjaan yang dilakukan Ghaida.
”Ghaida Ghaida bukannya memperbaiki tapi malah merusaknya, kalau caramu seperti ini”heran Baswara yang melihat Ghaida mempreteli mejanya satu per satu.”Lalu?”.
Baswara pun mengajari Ghaida caranya memperbaiki meja dengan perlahan, dikarenakan umurnya yang masih 13 tahun.
Baswara masih mewajarkannya karena di umur seperti itu memang banyak yang harus dipelajari agar tidak salah.
Karena Ghaida bukan orang desa asli dan terbiasa hidup di kota yang serba ada membuatnya agak sulit untuk membiasakan dirinya hidup apa adanya bukan serba adanya.
Ketika sudah menyelesaikan pekerjaannya mereka pun istirahat di bawah pohon yang ada di rumahnya Ghaida.
Rumah yang Ghaida tinggali memang tidak terlalu besar seperti rumah yang ditinggalinya dulu, rumah yang Ghaida tinggali terkesan sederhana tapi nyaman untuk ditinggali oleh 2 orang.
Dengan pemandangan alam yang alami dan dikelilingi sawah yang luas serta dekat dengan pantai yang ombaknya tidak terlalu besar membuat Ghaida dan keluarganya betah untuk tinggal disini dulu sebelum pembantaian itu terjadi.
Karena pemandangan yang alami serta pantai yang bersih, inilah banyak para perusahaan besar terutama pemilik resort hotel menginginkan tempat ini untuk dibangun penginapan.
Akan tetapi banyak juga para masyarakat yang ada di desa ini menolak pembangunan itu walaupun diberi uang dengan jumlah yang banyak.
Menurut warga desa yang ada disini dengan adanya pembangunan tersebut akan menghilangkan keasrian serta budaya setempat disini,mereka tidak mau tradisi yang mereka jaga selama ini dirusak begitu saja hanya untuk kepentingan bisnis.
”Oh ya dimana paman Adolf aku tidak melihatnya sedari tadi?”tanya Baswara yang tidak melihat Adolf keberadaannya.
”Paman Adolf sedang tidak enak badan makanya dia tidak terlihat sedari tadi”jawab Ghaida.
”Mungkin karena umurnya yang sudah tua,itu sebabnya paman Adolf sakit-sakitan”ucap Baswara yang mendengar keadaan Adolf. Ghaida yang mendengar ucapan Baswara pun hanya menganggukkan kepalanya.
”Oh ya kamu sudah makan, ibuku tadi membuat makanan kesukaanmu, lalu menyuruhku datang kesini untuk memberikannya padamu, dan kebetulan sekali aku juga belum makan”ucap Baswara sambil menunjukkan giginya dan memegang perutnya yang sudah berbunyi sedari tadi.
Baswara pun langsung menarik tangan Ghaida tanpa meminta persetujuan darinya.”Ayo kita ke dalam”.
Sementara di tempat lain, lebih tepatnya kediaman keluarga Andrea semua anggota keluarga berkumpul di tempat makan untuk sarapan pagi, ruang makan itu dipenuhi dengan suara ocehan Airani anak kedua Adrian yang sedang berada di pengawasan pengasuhnya.
Dan juga kakak dari Airani yaitu Dryas anak pertama dari Adrian dan Gilvi yang mewarisi ketampanan ayahnya walaupun usianya masih 18 tahun.
Setelah mereka menyelesaikan sarapan paginya mereka pun kembali ke aktivitas masing-masing kecuali Adrian.”Adrian ayah ingin berbicara denganmu!!”ucap Andino.
”Apakah kau sudah melaksanakan pembangunan hotel itu?”ucap Andino to the point.
Adrian kaget dengan ucapan Andino, tapi Adrian langsung merilekskan raut wajahnya agar tidak kentara.”Maaf ayah Adrian belum mulai pembangunan hotel itu”.jawabnya dengan tenang.
“sudah 3 tahun lamanya kamu belum memulai pembangunan hotel!!”ucap Andino dengan menatap tajam Adrian.
Andino menghela napasnya,”Adrian dengarkan ayah,bukankah sudah kubilang bukan, untuk segera melaksanakan pembangunan itu tetapi kenapa tidak kau lakukan perintah ayah".
“Maaf ayah Adrian akan segera melaksanakan perintah ayah, sebagian para warga yang ada di sana tidak merelakan tanahnya untuk dibangun pembangunan hotel”ucap Adrian dengan tenang.
“Ayah tidak mau tahu dengan alasan yang kau berikan!!, kamu harus segera menyelesaikan pembangunan itu jika tidak ayah akan memberikan proyek ini pada Qiyas”tegas Andino lalu pergi dari meja makan.
Andrian yang mendengarkan ucapan Andino pun mengepalkan tangannya menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments