Sore hari setelah mas Radit pulang aku pun segera menyambutnya, tak sabar rasanya memberi tahu kan padanya bahwa aku sudah menemukan rumah sewa yang sesuai badget kami bahkan dengan rumah yang sangat bagus.
tepat pukul setengah lima sore mas Radit sampai dirumah aku pun langsung memberikan kabar bahagia ini.
"assalamualaikum" kata mas Radit saat sampai didepan pintu.
akupun menyambutnya dengan senyum mengembang. "waalaikumsalam" jawabku menyalami tangan mas Radit.
mas raditpun tersenyum padaku, kemudian aku menyuruh mas Radit membersih kan badannya sementara aku akan memasak menu makan malam untuk kami.
tepat pukul tujuh malam semua sudah berkumpul diruang makan. ibu mertua, Sarah begitu pun dengan Safira sudah berada disana. aku mas Radit dan Aska pun duduk diposisi kami masing-masing.
muka ibu mertua masih terus tertunduk sejak siang tadi, seolah-olah tak ingin menatapku.
"Radit kamu yakin mau pindah dari rumah ini?" tanya ibu mertua dengan nada lirih.
"iyaa Bu, maaf kan Radit mungkin memang sudah seharusnya Radit hidup mandiri tidak menyusahkan ibu disini" kata mas Radit sambil memandangku dan ibu mertua bergantian.
"tapi bagaimana dengan ibu dan adik kamu dan siapa yang akan memenuhi kebutuhan kami serta bayar listrik rumah ini Radit, kamu tau sendiri ibu tidak kerja dan tidak punya penghasilan sama sekali" kata ibu mertua dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"itu nanti akan Radit bicarakan lagi dengan sari, Radit akan usahakan Bu" jawab mas Radit terus memberikan pengertian pada ibu mertua.
"tapi Radit..." kata ibu mertua terputus karna mas Radit menyela perkataan ibu mertua.
"ibu, sudah ya tolong hargai keputusan Radit" kata mas Radit dengan tegas.
ibu mertua pun tidak lagi melanjutkan makannya, kemudian dia pergi menuju ruang tamu. mungkin untuk menghilangkan kekesalannya dia menonton tv.
kami pun sudah selesai dengan makan malam kami, kemudian menghampiri ibu mertua dan bergabung dengannya menonton tv.
"kamu udah dapat kontrakannya sayang?" tanya mas Bayu padaku dihadapan ibu mertua, sebelum menjawab aku melihat tatapan ibu mertua yang seolah tak suka dengan jawaban yang akan aku berikan pada mas Bayu.
"emm sudah mas, kita sudah bisa pindah hari Sabtu nanti" jawabku pada mas Radit.
"iyakan? dimana?" tanya mas Radit dengan penasaran.
"masih diperumahan ini mas, di blok i rumah milik adik dari Bu Harun" jawabku membuat mas Radit menyerit heran.
"adik Bu Harun yang sekarang tinggal diluar negeri kah?" tanyanya dengan alis masih menyerit.
"ngga mungkin lah Radit, Ngada-ngada mungkin dia" kata ibu mertua dengan nada sinis.
tak menghiraukan tanggapan ibu mertua aku pun menjelaskan segalanya pada mas Radit.
"iyaa mas, adik Bu Harun yang sekarang tinggal diluar negeri. rumahnya sangat bagus, sewanya juga murah mas sesuai untuk budget kita. Bu Harun bilang, yang penting kita merawat rumah itu dengan baik, dan dia mempercayakan aku untuk menjaganya. ini aku sudah pegang kuncinya" kataku pada mas Radit sambil menunjukan kunci rumah yang memang selalu aku bawa karna ingin mas Radit tahu bahwa aku sudah mendapatkan rumah sewa yang layak untuk kami.
"ohya? memang berapa perbulannya? rumah itu sangat bagus loh sar, mana mungkin Bu Harun menyewakannya dengan harga murah. apalagi badget kita hanya satu juta untuk satu bulan, kamu ngga bohong kan?" tanya mas Radit yang masih tak percaya dengan perkataanku.
"nggalah mas, ngapain aku bohong. kalo kamu ga percaya mumpung masih jam segini mending kita kesana untuk nyalahin lampu, gimana?" tawarku pada mas Radit yang langsung diangguki olehnya.
"boleh, yuk" kata mas Radit sambil melangkahkan kaki kekamar untuk mengambil kunci motor, aku pun mengikuti mas Radit sambil menggandeng Aska untuk mengambil sweater juga dompet dan handphone.
setelah itu, kamipun keluar menggunakan motor mas Radit.
setelah dua puluh menit akhirnya kami pun sampai didepan rumah yang telah aku sewa, kemudian mas radit pun turun dari motor begitupun aku juga Aska.
"Ayuk mas kita masuk" kataku mengajak mas Radit masuk setelah membuka kunci gerbang.
aku pun mendahului mas Radit masuk, lalu membuka pintu rumah dan menyalakan lampu ruang tamu.
"bersih ya sar" kata mas Radit setelah masuk kedalam rumah.
"iyaa mas, Bu Harun selalu membersihkan rumah ini meskipun ngga setiap hari" jawabku dengan tersenyum.
"rumahnya sangat bagus, adem. mas suka sar, disewakan berapa rumah ini sar?" tanya mas Radit kemudian.
"satu juta mas perbulan, pas sesuai badget kita. seperti yang aku bilang, Bu Harun meminta kita untuk merawat rumah ini dengan baik" jawabku cepat.
"tentu saja, Alhamdulillah kita dapat menyewa rumah yang layak seperti ini. semoga kita juga bisa kebeli rumah seperti ini ya sar!" kata mas Radit dengan raut wajah berbinar bahagia.
"iyaa mas amiiinn, ayok mas kita lihat-lihat kamar yang nanti akan kita tempati" ajakku pada mas Radit.
kami pun melangkahkan kaki menuju kamar yang ada dirumah ini, begitu pintu kamar terbuka mas Radit pun membelalakan matanya karna keindahan kamar tersebut.
"masyaallah, bagus banget kamarnya sar" kata mas Radit memandang takjub kamar ini.
"iyaa mas Alhamdulillah" jawabku dengan senang karna mas Radit menyukai rumah ini.
akhirnya kami pun berjalan-jalan melihat rumah ini dari dalam. mas Radit terus mengucapkan ketakjubannya dengan rumah ini, Alhamdulillah mas Radit suka. pikirku.
"sudah yuk sar kita pulang, kayanya sudah cukup kita lihat-lihat rumahnya udah hampir jam sembilan juga kasian Aska nanti keburu ngantuk" kata mas Radit yang langsung menuntun Aska dalam genggamannya.
kami pun memutuskan pulang lebih dulu kerumah, nanti hari Sabtu kami balik lagi kerumah ini sebagai penyewa.
"Aska suka pa sama rumahnya, bagus ada halamannya sebagai taman jadi Aska ga harus main keluar terus bisa didalam rumah tapi tetep kena sinar matahari" kata Aska dengan ekspresi lucu.
"iyaa sayang papa juga suka, semoga kita sama-sama betah ya dirumah itu. Aska yang rajin ya batu mama kalo mama kecapean beresin rumah" kata mas Radit menasehati Aska.
"iyaa pa itu pasti" kata Aska dengan gemasnya, kami pun tertawa dengan tingkah Aska sangat lucu.
kamipun kembali pulang kerumah ibu mertua, setelah dua puluh menit lagi kami sampai dirumah itu. terlihat rumah sudah sepi. kamipun langsung masuk kedalam kamar dan merebahkan diri dikasur, sedangkan Aska sudah terlelap sejak dalam perjalanan tadi.
keesokan paginya mas Radit menyuruhku mulai membereskan barang yang akan dibawa untuk pindahan disaat semua sedang sarapan, alhasil raut sinis yang aku dapatkan lagi dri ibu mertua.
"sar, jngan lupa bereskan semua yang akan kita bawa pindah ya. jangan sampai ada yang ketinggalan" kata mas Radit menyuruhku.
"iyaa mas" jawab ku dengan senyum mengembang, tak ku pedulikan tatapan ibu mertua.
"Radit terus bagaimana dengan rumah ini dan juga ibu dan adik-adik kamu" tanya ibu mertua pada mas Radit dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Radit sudah memikirkannya Bu, begini. setiap Minggu nanti sari akan memberikan bahan masakan serta untuk keperluan rumah ini seperti sabun-sabun untuk mencuci dan lainnya serta uang jajan untuk Sarah dan Safira, dan uang sekolahnya akan tetap sari yang membayarkannya kesekolah setiap bulan, sari yang akan menjadi wali kedua untuk Sarah dan Safira disekolah, dan uang bulanan untuk ibu Radit tetap akan memberikan satu juta rupiah perbulan, dan listrik juga akan diurus oleh sari. apa sudah jelas Bu?" kata mas Radit menjelaskan pada ibu mertua.
"kenapa begitu Radit, kamu sudah tak percayakah pada ibu?" tanya ibu mertua dengan matanya yang berkaca-kaca.
"maaf Bu, ini sudah keputusan Radit. tolong hargai! dan harus ibu tau, jika dipikir Radit lebih banyak mengeluarkan uang untuk rumah ini dibanding untuk keluarga kecil Radit ! jadi mulai sekarang sari, berapapun gajikua besar kecilnya semuanya akan aku berikan pada kamu. ini ATM gajiku, kamu cukup memberikan aku uang tiga ratus ribu untuk bensin motorku. selebihnya silahkan kamu atur" kata mas Radit sambil memberikan kartu atmnya kepadaku didepan ibu mertua.
"baik mas, aku pasti akan lakukan amanah mas Radit dengan baik. terimakasih sudah mempercayakan semuanya padaku" jawab ku pada mas Radit disertai senyum mengembang.
sedangkan ibu mertua dan Sarah jelas terlihat sangat tidak setujunua dari wajahnya, berbeda dengan Safira yang nampak sangat biasa saja.
"baiklah kalo semuanya sudah jelas, aku berangkat dulu. assalamualaikum" kata mas Radit sambil melangkahkan kaki keluar dri rumah makan menuju pintu rumah, akupun mengikutinya.
setelah mas Radit menyalakan motornya aku pun menyalami punggung tangannya.
setelah mas Radit pergi aku kembali kedalam menghampiri Aska yang masih menghabiskan sarapannya, ibu mertuaku terus menatapku dengan tatapan yang sangat marah.
"ada apa Bu?" tanyaku pada ibu mertua dengan lembut.
"ada apa ada apa, senengkan kamu Radit seperti itu puas kan kamu!" kata ibu mertua berteriak sambil menggebrak meja membuat Aska dan Safira yang masih sarapan pun terlonjak kaget.
"maksud ibu apa? kenapa tadi ibu ga ngomong terus terang sama mas Radit kalo ibu ga setuju, kenapa sekarang malah menyalahkan ku" jawabku pada ibu mertua yang juga berteriak.
plaaakk,,,
suara ibu menaparku, rasanya sangat sakit sekali.
"berani kamu berteriak dihadapan saya, dasar menantu sial!!!" kata ibu mertua dengan terus berteriak.
"aku akan adukan ini pada mas Radit!!!" kataku pada ibu mertua dengan air mata yang terus berlinang.
aku pun berlari kedalam kamar sambil menggandeng Aska ditangan kananku, kemudian aku mencoba menghubungi mas Radit.
hanya sekali panggilan langsung diangkat oleh mas Radit, mungkin karna masih dijalan dan terkena macet makanya bisa mengangkat telponku.
"halo, assalamualaikum sari. aku masih dijalan, ada apa?" tanya mas Radit disebrang telepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments