Serumah Dengan Mertua

Serumah Dengan Mertua

bab 1

Assalamualaikum"

tok,, tok,, tok

"assalamualaikum"

terdengar suara ketukan pintu diluar rumah, aku yang mendengar pun segera melangkahkan kaki untuk membuka pintu.

"waalaikumsalam" sahutku dari dalam ruang tamu sambil membuka knalkop pintu.

"ibu mertuamu ada sar?" tanya Bu Merry tetangga satu RT diwilayah rumah ibu mertua ini yang terkenal suka meminjamkan uang kepada para ibu ibu dikomplek ini.

"ibu sedang keluar Bu, ada apa ya?" jawabku dengan nada heran.

"saya mau nagih hutang ibu mertua mu yang sudah menggunung ini" jawab Bu Merry yang langsung membuatku terkejut.

"hutang? hutang untuk apa ya Bu?" tanyaku lagi kepada Bu Merry selaku penagih hutang.

"loh mana saya tau untuk apa, ibu mertua kamu setiap bulan selalu pinjam uang ke saya. tapi sudah dua bulan ini pinjam tapi belum dibalik balikin, yang bulan bulan lalu aja pinjam selalu belum dilunasi. sekarang malah belum dibayar sama sekali" jawabnya dengan nada setengah kesal.

"emm, Bu maaf mari masuk dulu silahkan duduk dulu didalam sambil menunggu ibu mertua saya pulang Bu" kataku

sambil membukakan pintu akupun membiarkan Bu Merry masuk kedalam rumah, bisa bahaya juga kan jika kedengaran tetangga lain soal keributan dirumah ini.

"silahkan duduk Bu, maaf biar saya ambil kan minum sebentar" kataku berpamitan kedapur untuk membuatkannya minum.

lekas ku buatkan Bu Merry teh hangat, setelah selesai akupun meletakkannya dimeja depan Bu Merry duduk.

"begini sari, seperti yang tadi saya katakan. saya mau menagih hutang ibu mertuamu yang sudah terlalu banyak di saya. karna saya juga butuh uang itu saat ini" katanya lagi dengan langsung kepadaku dengan nada yang lembut.

"tapi maaf Bu, ibu mertua saya memang sedang tidak ada dirumah. ntah kemana saya juga tidak tau, jika ibu mau silahkan ibu tunggu saja disini. saya tidak masalah Bu" jawabku pada Bu Merry.

"iya gapapa biar saya tunggu disini saja sar, toh ini sudah sore. tidak mungkin kan ibu mertuamu itu tidak pulang kerumah ini, mau pulang kemana lagi dia" jawab nya lagi, kali ini dengan nada yang sudah seperti tadi pertama datang.

"iyaa Bu, biar saya temani" kataku dengan menyunggingkan senyum.

setalah menunggu satu jam lebih, atau lebih tepatnya pukul lima lebih tiga puluh menit ibu mertua pulang berbarengan dengan kedua anak perempuannya dengan membawa paperbag dengan masing-masing membawa dua buah tentengan.

"sering-sering aja ibu meminjam uang ke Bu merry, biar mas Radit dan mba sari yang bayar hutangnya hihihi" kata iparku bernama Sarah.

"iya Bu benar kata Sarah, biar aja mereka yang kebingungan kita yang happy-happy" kata Safira kembaran dari Sarah.

"keterlaluan mereka! mereka yang meminjam aku dan mas Radit yang terkena tula! awas kalian nanti"  kataku dalam hati yang kesal mendengar percakapan mereka dari balik ruang tamu rumah minimalis ini.

tentu saja sangat terdengar dengan jelas, karna pintu rumah terbuka dengan lebar. seterbukanya kelakuan ibu mertua dan adik iparku itu.

mas Radit suamiku adalah anak pertama, dan kedua adiknya perempuan terlahir kembar yang sekarang menduduki bangku sekolah SMK kelas XII.

kami memiliki satu orang anak yang saat ini berusia empat tahun tepat pada bulan ini. suamiku seorang buruh pabrik yang penghasilan hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari.

"oh jadi uang dari pinjaman padaku kalian buat happy-happy begitu? sini balikin uang saya Ningsih, cepat" kata Bu Merry yang langsung berdiri melihat ibu mertua dan kedua adik iparku memasuki rumah.

"eeehh, ada Bu Merry. gini loh Bu, sekali-kali gapapa dong Bu. toh cuma sedikit, iyakan Bu?" Kata ibu mertua dengan wajah ditenangkan, padahal kelihatan jika beliau sedang panik.

"apa katamu, sedikit? hampir lima belas juta hutangmu, kamu bilang sedikit" kata Bu Merry dengan berteriak.

"apa, lima belas juta?" terdengar suara dibelakang Sarah, aku menengok ternyata suamiku mas Radit sudah pulang.

"Bu, ada apa ini Bu? apanya yang lima belas juta? sari, jawab ada apa ini? untuk apa uang sebanyak itu?" kata mas Radit dengan wajah bingung.

aku kasihan dengan nya, keadaan pulang kerja disore hari seperti ini malah disambut dengan keributan.

akupun menangapi pertanyaan mas Radit dengan menggidikan bahu tanda tak tau dan tak mengerti.

"ibu, ibu pasti tau kan maksudnya ini apa? untuk apa Bu, uang lima belas juta itu untuk apa?" tanya mas Radit pada ibu mertua yang wajahnya sudah memucat karna panik.

"nah, nih lihat Radit ibu kamu minjam uang kepada ku setiap bulan tapi bayarnya selalu kurang bahkan dua bulan ini ibu mu meminjam lagi tapi belum sama sekali dibayar radit. sekarang hutangnya sudah mencapai lima belas juta" jawab Bu Merry dengan berapi-api.

"APA?!" teriak mas Radit karna kaget.

matanya pun membelalak kearah ibu mertua, wajahnya sudah sulit diartikan.

"untuk apa Bu? apakah selama ini uang bulanan dua juta yang aku berikan itu kurang? bahkan uang listrik dan dapur dan uang jajan Sarah safira pun sudah ku tanggung Bu, untuk apalagi uang sebanyak itu?" kata mas Radit dengan wajah frustasi.

ibu mertua hanya diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

"bagaimana ini Radit, saya butuh uang itu sekarang" desak Bu Merry pada suamiku.

"maaf Bu, tapi jika sekarang saya belum ada uang sebanyak itu" jawab mas Radit dengan wajah lesu nya.

aku pun memperhatikan pakaian yang dikenakan ibu juga Sarah dan Safira, mataku menangkap gelang juga cincin yang bertengger indah ditangan mereka. akupun berbisik pada mas Radit untuk meminta mereka melepaskan perhiasan yang mereka pakai.

"Bu, Sarah, Safira, coba lihat tangan kalian" kata mas Radit, mereka pun serentak menyembunyikan tangan mereka dari penglihatan mas Radit dan Bu Merry

"tolong lepas kan cincin dan gelang yang kalian pakai, cepat" sambung mas Radit dengan nada membentak, akupun mengelus punggungnya menenangkan.

mendengar bentakan yang keluar dari mulut mas Radit, merekapun langsung melepaskan cincin jga gelang yang mereka pakai dengan tergesa-gesa.

ibu mertua langsung masuk kedalam kamarnya setelah melepaskan gelang dan cincin yang beliau pakai, dengan membanting pintu kamar dengan kencang. diikuti oleh Sarah dan Safira yang juga masuk kedalam kamar dengan langkah gontai.

"ini Bu, mohon maaf sekiranya kurang tolong beri saya waktu untuk melunasinya" kata mas Radit pada Bu Merry.

"baik kalo gitu mas Radit, terima kasih. ini akan saya jual dulu, besok saya kasih tau hasil penjualan juga kekurangan nya jika memang kurang" kata Bu Merry yang mulai melunak.

"baik Bu, selepas Maghrib saya tunggu dirumah besok ya Bu" kata mas Radit dengan nada pelan.

"oke kalo gitu, saya pulang dulu. assalamualaikum" pamit Bu Merry

"waalaikumsalam" jawab ku dan mas Radit serentak dengan lirih.

Terpopuler

Comments

Castello96

Castello96

bab 1 gedek,,memang ga enak tinggal serumah ma mertua plus ipar tuh,🥲🥲🥲,Mangat Thor❤️

2024-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!