"maaf Bu, mulai sekarang tolong hargai keputusan aku. aku cuma butuh pabrik Bu, gajiku ga seberapa. kami harus pintar atur keuangan agar cukup sampai aku gajian lagi. aku cuma mampu memberikan ibu seperti tidak lebih" kata mas Radit pada ibu mertua.
sebenarnya aku pun tak tega dengan ibu mertua, tapi mas Radit benar. mungkin ini keputusan yang tepat agar ibu mertua bisa belajar mengelola keuangannya sendiri, toh uang itu hanya untuk jajan dirinya sendiri tidak untuk dibagi juga dengan Sarah dan Safira.
"udahlah Bu, mas Radit benar kok. ibu harusnya bersyukur mas Radit masih menafkahi kita" kata Safira dengan bijak.
"itu emang sudah seharusnya Fira, dia anak laki satu-satunya pengganti bapak kamu. sudah seharusnya dia memenuhi kewajibannya pada kita, mencukupi kebutuhan kita. coba skrng lihat mas mu cuma memberi ibu satu juta untuk satu bulan, mana cukup Fira" kata ibu mertua sambil terisak.
"Bu, satu juta untuk satu bulan itu untuk ibu sendiri Bu untuk beli apa yang ibu mau. semuanya kan sudah ditanggung sama mas Radit Bu, masa segitu kurang" jawab Safira dengan nada kesal.
ibu mertua pun masih terisak mencari perhatian mas Radit, tapi mas Radit masih terlihat acuh tak acuh pada ibu mertua.
"puas kan kamu sar, puas kan kamu Radit mengurangi jatah ibu biar kamu bisa menguasai semuanya" banyak ibu mertua disela isakannya.
aku pun menghela nafas panjang atas tuduhan ibu mertua yang tak berdasar.
"Bu, sari sama sekali ngga ngehasut mas Radit. emang itu kemauan mas Radit sendiri, buat apa sari menghasut mas Radit kalo mas Radit sendiri sudah memberikan yang sari butuhkan" kata sari dengan tenang.
"alaaahh bilang aja kamu puas setelah nguasain uang Radit, iyakan?!" ibu mertua semakin menyalah kan aku.
"cukup Bu, mau sampai kapan ibu menyalahkan sari? ini semua kemauan Radit, karna ibu dikasih uang berapapun pasti habis. ingat ya Bu, Radit ngga akan menanggung jika ibu kembali berhutang pada orang lagi" kata mas Radit mengingatkan ibu mertua.
"itu memang sudah tugas kamu Radit, kamu fikir uang dari kamu itu cukup?!"kata ibu mertua semakin membentak mas Radit.
"Bu, seharusnya itu lebih dari cukup untuk ibu. kalo ibu mau tau, selama di rumah ini Radit hanya memberikan sari dua juta lima ratus ribu untuk uang dapur Bu. hanya selisih lima ratus ribu sama uang yang Radit kasih untuk sari, dengan uang itu sari mampu membelanjakan secukupnya untuk kita semua selama satu bulan penuh Bu bahkan dia juga bisa menyisihkan untuk tabungannya sendiri Bu. dan, asal ibu tau sebagian uang pembayaran hutang ibu itu ya pakai uang sari. bahkan dia harus mengeluarkan uang lebih besar dari apa yang aku kasih untuk selama sebulan untuknya hanya untuk membayar utang ibu!!!" kata mas Radit membentak ibu mertua.
"mas sudah mas, jngan bentak bentak ibu seperti itu!" kataku pada mas Radit.
"ibu harus tau sari, biarin ibu belajar biar dia ga terus foya-foya. sudah tau gaji aku tidak bisa untuk memenuhi semua kebutuhan rumah ini, bukannya berhemat malah semakin berfoya-foya" kata mas Radit yang membuat mata ibu mertua semakin melotot tak percaya.
"Radit, kamu tuh ya bisa-bisanya bicara seperti itu sama ibu!" kata ibu mertua membentak mas Radit.
"ayok sar lebih baik kita pulang saja" ajak mas Radit padaku. aku pun menerima perkataan mas Radit.
"tunggu Radit, ibu masih belum selesai bicara" kata ibu mertua dengan berteriak karna aku dan mas Radit sudah berjalan meninggalkan rumah bersama Aska.
dua puluh kemudian kami sampai didepan rumah kontrakan kami, aku pun membuka kan pintu disusul mas Radit yang menggendong Aska memasuki rumah.
aku, mas Radit dan Aska langsung menuju ruang keluarga. membiarkan Aska menonton tv yang dia suka.
"aku buatin minum dulu ya mas" kataku pada mas Radit yang dibalas dengan anggukan, mas raditpun merebahkan kepalanya pada sandaran sofa yang empuk.
aku berlalu menuju dapur, membuatkan mas Radit juga Aska es jeruk kesukaan mereka.
setelah selesai, kami pun menikmati es jeruk tersebut sambil menonton tv dan memakan cemilan bersama.
"mas seharusnya tdi kamu tidak membentak ibu seperti itu mas, kasihan ibu" kataku pada mas Radit.
"apa kamu ga liat tdi ibu selalu aja menyalahkan kamu sari? udah jelas ibu yang salah, masih saja menyalahkan mu" kata mas Radit terlihat masih kesal pada ibu mertua.
"aku tau mas, tapi kamu ga perlu seperti itu lah. biar gimana pun kan itu ibu kamu mas, ga pantes kamu membentak ibu seperti itu" kataku terus menasehati mas Radit.
"astagfirullah, iyaa kamu bener sar" kata mas Radit. akhirnya mas Radit pun mau mendengarkan perkataanku.
walaupun ibu mertua terus menyalahkan ku, tetap saja aku tak tega dengannya bisa dibentak oleh mas Radit. biar gimanapun dia adalah orang telah melahirkan mas Radit, aku tak ingin mas Radit dicap anak durhaka oleh ibunya.
tak terasa senja telah datang, aku sedang memasak untuk keluarga kecilku. masakan sederhana yang sangat disukai mas Radit juga Aska.
tepat pukul tujuh masakanku pun sudah siap, kami mulai menikmati makan malam kami.
"sari, gimana kalo kita besok mengajak Aska jalan-jalan atau berenang?" tanya mas Radit.
"boleh mas, emang mau jalan-jalan kemana mas?" tanyaku pada mas Radit
"gimana kalo kita ke mall yang ditengah kota itu? disana nanti kita bisa ajak Aska ke wahana anak" kata mas Radit yang langsung aku berikan anggukan.
"boleh mas, jam berapa kita berangkat?" tanyaku pada mas Radit.
"besok jam sepuluh pagi ya sar, biar ga terlalu panas dijalan. kalo ke pagian kan juga mall nya belum buka" kata mas Radit
"okee mas, berarti besok kita makan siang diluar kan mas? aku ga perlu masak berarti" kataku pada mas Radit.
"iyaa sayang, kita makan siang diluar nanti makan malamnya kita beli disana aja langsung" kata mas Radit lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments