Ibu mertua yang melihatku santai dengan melanjutkan makanku pun terlihat menggebrak meja.
braaakkk,,,,
"ibu apa apaan sih, kalo ibu ga suka silahkan protes ke mas Radit jngan terus menyalahkan aku. ini semua keputusan mas Radit Bu" pekik ku tak senang dengan perlakuan ibu terlebih ada Aska yang juga sedang makan.
"iyaa memang keputusan Radit tapi ini karna hasutan kamu kan, dasar menantu gatau diuntung kamu ya" jawab ibu mertua dengan membentak.
"terserah ibu mau bilang apa, aku sakit hati sama perlakuan ibu pada ku hari ini. jngan sampai aku membuat mas Radit tidak memberikan hak ibu setiap bulan bahkan aku juga bisa aja membujuk mas Radit untuk keluar dari rumah ini!" jawabku dengan tegas
"jngan kurang ajar kamu ya!!" pekik ibu mertua dengan berteriak.
"ibu yang duluan berbuat seenaknya" jawabku dengan lantang.
ibu mertua pun kembali kekamarnya dengan wajah penuh amarah, dia pun membanting pintu dengan sangat kencang hingga aku dan Aska terlonjak kaget.
braaaakkk,,,,
"astagfirullah" kataku dan Aska berbarengan.
"udah sayang teruskan makan kamu ya nak, biar kan saja nenek kamu seperti itu yang penting kamu jngan ya nak" kata ku pada Aska menasehati. Aska pun mengangguk mengerti dengan ucapanku.
kami pun meneruskan makan siang kami. Aska masih dengan lahap menyantap makanannya sedangkan aku sudah tidak bernafsu untuk makan karna perdebatan dengan ibu mertua barusan.
aku semakin yakin untuk meminta pada mas Radit untuk pindah dari rumah ini, dan aku akan bicarakan soal ini secepatnya pada mas Radit.
"ma Aska udahan makannya" kata Aska membuyarkan pikiran ku.
"oh iyaa sayang, minum dulu ya nak" kataku pada Aska.
Aska pun meminum minuman yang aku berikan, setelah selesai aku pun juga menyelesaikan makanku. dan akhirnya aku pun tidak menghabiskan makanan yang tersisa karna ulah ibu mertua.
"mama kok makannya ga dihabisin?" tanya Aska.
"iyaa sayang, mama sudah kenyang" jawabku pada Aska.
"jngan begitu mah, kan mama sendiri yang bilang kalo makanan ga dibahiskan nanti Allah marah dan nasinya akan menangis" jawab Aska dengan polosnya.
"iyaa sayang lain kali mama akan menghabiskan makanan mama" jawabku.
aku pun segera membereskan dan mencuci piring bekas makanku juga Aska.
tak lama terdengar suara motor yang aku yakini itu adalah motor kedua adik iparku yang baru saja pulang sekolah.
"assalamualaikum" kata Sarah dan Safira serempak.
"waalaikumsalam" jawabku dan Aska.
kami berdua pun hanya melirik kepulangan Sarah Safira tanpa mau bertanya apapun.
mereka berdua pun melenggang masuk kedalam kamarnya tanpa menyapa kami duluan.
tak lama mereka pun kembali keluar dan menuju meja makan.
mereka membuka tudung saji yang baru saja aku tutup, dan mereka pun terpekik melihat lauk yang ada diatas meja makan tersebut.
"waaahh ada rendang" pekik Safira kesanangan sedangkan Safira hanya menganggukan kepala sambil menunjukan wajah binar melihat lauk yang ada diatas meja.
"mba sari tumben masak rendang nih, biasanya kalo gak lidul adha ga ada nih rendang kaya gini. idul Fitri aja jarang ada rendang" kata Safira dengan gamblangnya.
"iyaa Alhamdulillah uangnya cukup untuk beli daging" jawabku dengan ketus dikarenakan suasana hati masih tak enak.
"iyaalah gimana ngga cukup, kan sekarang semua keuangan rumah ini mba sari yang pegang,pasti sangat berlebihan lah. apalagi uang bulanan ibu dipotong satu juta ya lebih dari cukup bahkan untuk makan daging kaya gini" kata Sarah dengan sinisnya.
"iyaalah, kalo kamu yang pegang uang bulanan emang bisa? terus kalo ibu yang pegang jangankan untuk makan kaya gini, bahkan nanti untuk makan sehari-hari aja juga pasti bakalan pusing nyarinya kemana. karna uang bulanan udah keburu habis duluan untuk berfoya-foya" kata ku dengan sinis membalas ucapan Sarah yang sedang makan bersama dengan Safira.
mereka pun terperangah sampai menghentikan makan mendengar perkataanku. aku lihat mereka semakin membelalakan matanya terutama Sarah yang terlihat sangat tak menyukai ucapanku barusan.
"ada apa? betul kan ucapanku?" kataku menantang Sarah untuk membalas omongan ku.
"jngan merusak mood makan orang deh mba, kalo ngga ikhlas masak kaya gini yaudah gausah masakin kaya gini juga gapapa. biar nanti aku bilang mas Radit biar uang jatah bulanan mba yang dipotong" jawab Sarah dengan entengnya.
"udah Sarah, maaf ya mba jangan dengerin omongan Sarah" kata Safira menengahi.
"kamu denger sendiri kan Safira saudara kamu itu yang mulai duluan, kurang ajar berbicara begitu pada Kaka iparnya. masih untung aku sisi kan masakanku, kalau tidak mau makan apa kalian!" jawab ku dengan ketus.
setelahnya aku pun berlalu kekemar mengajak Aska yang dari tdi diam memperhatikan kami berdebat.
setelah sampai kamar aku pun duduk dipinggiran kasur menetralkan emosiku yang masih meledak-ledak.
aku masih mengumpat ibu mertua juga saudara iparku itu dalam hati, ingin rasanya aku bertindak kasar dengan mereka tapi mengingat mas Radit yang menjadi suamiku aku pun berusaha menahan diri.
"astagfirullah" gumam ku.
"ma Aska pinjam hpnya ya sebentar" kata Aska meminta hpku.
"boleh sayang, nih" aku pun memberikan hp yang dari tdi memang ada diatas nakas didalam kamar.
Aska pun memainkan hpnya sambil berbaring, aku pun mengikutinya berbaring sambil memejamkan mata. akhirnya aku pun tertidur.
aku terbangun waktu menunjukan pukul lima sore, aku tertidur sangat lama rupanya.
"astaga aku belum sholat asar" gumamku.
ku tengok Aska yang berada di sampingku, aku pun tersenyum melihat dia yang ternyata juga tidur sepertiku.
aku berjalan keluar kamar setelah mengambil pakaian gantiku, ketika keluar kamar aku mendengar suara ibu mertua yang seperti sedang menangis sambil berbicara.
aku tengok kedepan,ternyata sudah ada mas Radit juga Sarah dan Safira tentu dengan ibu mertua.
"nah itu dia tuh mas, lihat jam segini baru bangun tidur. enak sekali kerjanya dia itu cuma makan terus tidur" kata Sarah dengan nada ketus.
tanpa menghiraukan ucapan Sarah aku pun berlalu menghampiri mas Radit yang masih duduk dihadapan ibu mertua, dia masih menatapku dengan tajam membuatku mengerutkan alis.
"kamu udah pulang mas?" tanya ku pada mas Radit yang hanya dibalas dengan deheman lirih.
ku lirik Sarah dan ibu mertua terlihat puas dengan perlakuan mas Radit pada ku.
"ada apa mas? apa aku ada salah?" tanyaku pada mas Radit.
"udah deh mba ngga usah sok polos,. makan yang dari siang bikin ibu nangis sampai skrng ini, mba selalu ngajak ibu berantem dan mengancam ibu mau membuat mas Radit meninggalkan rumah juga gak mau berikan ibu uang bulanan. iyakan mba?" kata Sarah. aku pun masih terlihat tenang menghadapi orang licik ini.
mas Radit nampak heran melihatku tampak tenang dengan tuduhan dari Sarah.
"iyaa aku memang bilang begitu, kenapa? salah?" kataku menelisik semua orang yang ada di ruangan itu dengan ekor mataku.
"mas Radit kan yang nyuruh aku bersikap tegas pada ibu sewaktu mas gaada dirumah jika ibu berbuat sesuatu padaku?" kataku pada mas Radit yang membuat Sarah dan ibu mertua melotot, sedangkan Safira hanya diam menyimak petengkaran kami.
"apa benar Radit yang dikatakan wanita ini? bahkan kamu memberikan wewenang padanya untuk semena-mena terhadap ibu. iyaa Radit?" tanya ibu mertua.
"sari, memang apa yang dilakukan ibu sehingga kamu harus bersikap seperti itu pada ibu?" tanya mas Radit,akhirnya dia membuka suara setelah dari tdi diam memperhatikan Sarah terus menyalahkan ku.
"ibu kan sudah bilang Radit, ibu hanya minta sari untuk memisahkan rendang untuk kamu juga Sarah dan Safira tapi dia begitu saja menolaknya" jawab ibu mendahuluiku yang ingin menjawab.
"apa betul sari?" tanya mas Radit menahan geram.
"iyaa betul, tapi sebelum itu bukankah aku menanyakan dulu pada ibu. apakah ibu sudah kenyang atau belum? soal memisahkan makanan bukankah setiap hari juga seperti itu tanpa diingatkan, apakah ibu juga cerita bahwa ibu sampai menggebrak meja ketika aku dan Aska sedang makan ketika ibu berbicara meminta memisahkan masakanku untukmu mas? jika itu terjadi padamu, apa yang akan kami lakukan?" tanya ku pada mas Radit yang membuatnya terdiam mematung, menatap tak percaya pada ku juga pada ibu mertua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments