"Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang sedang kamu lakukan? Membantuku? Apa aku meminta mu?" tanya Reagan tanpa melepaskan tangannya di pinggang Ayse. Sedang kedua matanya menatap tajam Ayse.
Ayse menarik nafas sembari menatap wajah Reagan yang sangat dekat dengannya.
"Itu hanya reflek, terjadi begitu saja."
"Maksudmu kamu suka membantu orang. Lalu menuntut orang tersebut untuk bilang terima kasih padamu,"
"Aku tidak melakukan itu,"
"Beberapa menit yang lalu itu yang anda lakukan Nona,"
Ayse lagi lagi menarik nafas. Jadi pria ini bermaksud dirinya sendiri. Yang artinya, dia tidak terima dan tidak mau melakukan itu.
Tentu saja, terlihat dari jumlah fantastis imbalan mu. Tentu ego mu lebih penting dari semua itu.
Ayse menatap meneliti wajah Reagan di depannya. Dengan ekspresi lelah dan tidak suka. Lelah karna harus menghadapi pria di depannya ini sampai semua selesai. Dan tidak suka, karna pria ini terus memaksa. Padahal ia bilang tidak mau. Apa sulitnya sih menerima dan cuma bilang terima kasih dan maaf.
"Ego anda mengalahkan ketampanan wajah anda Mr Reagan," timpal Ayse sudah di batas jengkel ke Reagan.
"Secara tidak langsung anda sedang mengagumi saya,"
Ayse membuka mulutnya tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Dari mana kesimpulan itu di ambil? Aku hanya sedang menyindir dia bukan mengagumi. Pria tampan? banyak kutemui dan aku tidak tergila gila dengan ketampanan. Terakhir aku di khianati karna terpesona oleh ketampanan. Tunggu... Apa yang ku pikirkan.
Ayse merapatkan kedua giginya. Kenapa juga aku harus mengingat lucas di saat begini.
"Apa sebaiknya kita pergi dari sini saja?" Sina melihat ke Hanzel meminta persetujuan pria di sampingnya ini.
"Tuan Reagan bilang tetap di sini,"
"Melihat ini?"
Hanzel melihat Sina, keduanya bertatapan sejenak, berpikir sebelum kembali melihat Ayse dan Reagan.
"Benar tetap di sini. Tante tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, Tante mau lihat sampai di mana ini. Dan Hanzel! Ceritakan sama Tante nanti apa yang sebenarnya terjadi,"
Hanzel dan Sina sontak memutar pandangan mereka melihat ke belakang. Di mana sudah ada mami Reagan berdiri menatap ke depan.
Menatap satu pasangan yang sedang adu tatap dan adu mulut.
"Ya tante," jawab Hanzel patuh sembari sedikit menundukkan kepalanya hormat.
Hanzel melangkah mundur sembari menarik lengan Sina untuk ikut mundur. Lalu berdiri tepat di belakang mami Reagan. Atau sering di sapa Elmas Yildiz Qamar.
Yildiz Qamar Yang berasal dari nama suaminya, papa Reagan. Qamar berasal dari nama kerajaan kekuasaan Al Qamar Group milik keluarga Elmas, yang di turunkan ke Yildiz papa Reagan. Sedangkan Reagan sendiri memilih mengurus punya Kakek nya sendiri, Omar Balian, ayah dari papa Reagan.
"Terserah. Lepaskan aku, ayo kita selesaikan dengan cepat. Aku mau pulang," ucap Ayse dengan nada capek. Sembari dirinya menolak tubuh Reagan, agar terlepas.
"Ah," suara Ayse yang hampir saja jatuh terjungkal kebelakang. Jika dirinya tidak cepat cepat menarik memegang tangan Reagan.
Ayse menaikkan tatapannya menatap Reagan kesal sekaligus emosi.
"Seharusnya anda bisa melepaskan nya dengan baik. Bukan tiba tiba," protes Ayse dengan sedikit menaikkan nada suaranya.
Reagan melihat Ayse dari bawah hingga ke atas.
"Dalam posisi saya itu wajar. Anda meminta di lepaskan dengan anda menolak tubuh saya. Seharusnya anda sendiri sudah bersiap untuk itu," jawab Reagan sembari dirinya turun dari ranjang.
Ayse mendengus sembari melihat Reagan dengan mulutnya yang terbuka lebar. Karna tidak percaya dengan apa yang baru saja pria ini katakan. Yang menahan pinggang ku adalah dia dan dia melepaskan nya begitu saja secara tiba tiba. Seharusnya... Ugh,
'Aku tidak mengenal pria ini. Tapi entah kenapa, aku punya firasat kalau terus berurusan dengan dia. Bisa bisa aku mati kesal karna dia,'
Kedua mata Ayse memicing tajam menatap kesal punggung Reagan, yang berjalan tertatih tatih ke meja sofa.
Sampai di sana, Reagan meraih ke 3 lembar kertas di sana dan berbalik melihat Ayse. Reagan sadar, wanita di depannya menatap nya dengan kesal. Tapi, Reagan mengacuhkan itu.
Reagan mengangkat kertas di tangan nya memperlihatkan ke Ayse.
"Jika 1 kurang..." Reagan menjeda kalimat nya menatap melihat Ayse di depannya.
Ayse melihat ke kertas di tangan Reagan lalu melihat ke arah Reagan kembali.
"Kamu bisa mengambil ini, semuanya." sambung Reagan lagi sembari memperlihatkan 3 lembar kertas di tangannya ke Ayse.
Hanzel membulatkan kedua matanya terkejut.
'Dia tidak bercanda?' batin Hanzel.
Ayse melihat itu, yang di perlihatkan Reagan. Akan tetapi, Ayse sama sekali tidak tertarik. Ayse melihat itu dengan jenuh dan jengkel. Jengkel karna pria di depannya ini tidak mengerti artinya tidak tertarik alias tidak mau.
Reagan berbalik sebentar. Melempar 3 lembar kertas tadi di tangannya ke atas meja. Lalu kembali berbalik melihat Ayse.
Sina hampir saja menjatuhkan rahangnya mendengar ucapan Reagan.
'Bukan 1, tapi semuanya?' batin Sina memekik di dalam sana.
"Apa... Masih kurang?" Tanya Reagan acuh namun mengandung nada sinis.
Ayse melihat menatap Reagan geram. Pria ini...
"Ah benar, ucapan terima kasih itu," Reagan kembali bersuara sembari melihat Ayse. Sebelum kemudian beralih melihat ke arah lain dan kembali berkata,
"Biar ku beritahu Nona Ayse yang menjunjung tinggi nilai sebuah ucapan," Reagan kembali melihat menatap Ayse yang masih berdiri di depannya.
Ayse sudah mengepal kan kedua buku tangannya erat.
Reagan melangkah mendekati Ayse dengan langkahnya yang pelan, tidak tertatih seperti tadi lagi.
Sampai di depan Ayse, tepat di hadapan Ayse. Hanya satu langkah lagi, maka tubuh keduanya akan tiada jarak di sana.
Sedang tiga orang lain di sana. Hanya menjadi penonton yang setia. Tanpa berniat mau menengahi atau menimpali.
Reagan berdiri tegak di hadapan Ayse. Dengan kedua matanya menatap tajam Ayse di bawah nya. Karna ketinggian Ayse hanya sebatas dada Reagan. Sehingga membuat Ayse sekarang, harus mendongak membalas tatapan tajam Reagan.
"Ucapan terima kasih itu baru bernilai dengan imbalan yang sesuai. Di dunia bagaimana pun kamu hidup di luar sana. Tapi inilah dunia ku dan inilah rasa terima kasih ku Nona Ayse. Jadi, segera tanda tangani itu semua. Lalu, silakan keluar," Usir Reagan tajam. sebelum kemudian Reagan melangkah melewati Ayse.
Ayse yang sudah merapat kan kedua giginya karna geram. Di sertai kedua buku tangannya yang sudah mengepal. Siap untuk menerjang meninju wajah pria yang bernama Reagan ini.
'Baiklah, jika itu yang kamu mau. Maka aku...'
Ayse berbalik menatap punggung Reagan. Di mana Reagan sedang bersiap mau naik kembali ke ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments