Bab 13

Sina menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya. Kalau ini bukan mimpi,

"Ada apa sayang?" Terdengar suara khawatir dari seberang sana.

"Oh tidak apa apa suamiku. Sepertinya mami kedatangan tamu, sudah dulu ya! Nanti mami hubungi lagi."Klik

"Maaf! Dua Nona ini... Teman Xander?"

Prang...

Sina terjaga, benar benar terjaga dari dunia mimpi nya. Tidak, ini bukan mimpi. Yang di depannya sekarang.

"Oh itu..." Ayse menjawab tapi tidak tahu harus memberi jawaban apa. Teman? tentu saja bukan. Akan tetapi, handphone?

Wanita tersebut masih setia menunggu jawaban wanita muda di depannya. Sedangkan senyum ramah nan manis terpantri indah di wajah cantiknya.

Sina mengerjap ngerjap melihat itu. Sina yang cerewet, Sina yang suka mengomeli Ayse, hilang sudah. Sekarang tinggal Sina yang sedang mengagumi kecantikan wanita di depannya.

Pria setelan hitam tadi kembali hadir di sana dan sedikit terkejut melihat wanita di depannya. Sehingga membuat dia langsung menunduk hormat dan menyapa sopan.

"Nyonya!"

Wanita tersebut hanya menganggukkan kepalanya membalas sapaan dan kembali melihat Ayse dan sina.

"Tuan muda menyuruh kedua Nona ini kemari dan sudah menunggu di dalam," pria tersebut menjawab keinginan tahuan majikannya.

"Xander!" Wanita tersebut melihat Ayse lalu Sina.

"Baiklah. Jangan biarkan putraku menunggu lama. Ikutilah dia sayang! Putraku ada di dalam sana," senyum ramah wanita tersebut menunjuk ke pria itu.

Sina dan Ayse mengangguk mengerti. Lalu pamit dari situ.

Wanita tersebut mengangguk mengerti tanpa senyum di wajah cantiknya hilang. Lalu dirinya berbalik dan masuk kembali ke ruangan tadi. Ia akan ke ruangan putranya nanti, setelah urusan putranya dengan dua wanita muda itu selesai.

"Sebelah sini Nona," pria tersebut menunjuk ke sebelah kanan mereka.

Ayse dan Sina mengangguk mengerti.

"Tapi..." pria tersebut menghentikan langkah nya dan berbalik melihat Ayse.

"Jaket Nona... Bisa Nona taruh di sana saja. Soalnya itu..." pria tersebut menunjuk ke noda darah yang sudah kering yang ada di bahu jaket Ayse.

Sina sontak menoleh melihat ke jaket Ayse. Saat itulah kedua mata Sina membulat lebar,

"Darah? Sejak kapan kamu mendapatkan ini? Kamu terluka?" Sina dengan panik memeriksa kepala Ayse.

Ayse melihat Sina setelah tersenyum malu ke pria di hadapannya. Atau lebih tepat malu maluin.

"Sina! Seperti nya ini noda bekas darah semalam. Dan ini punya pria itu," ujar Ayse dengan suara pelan memberitahu Sina.

"Maaf, saya akan melepaskan nya. Saya benar benar tidak sadar ada noda darah di jaket saya," ucap Ayse berusaha menjelaskan agar tidak memalukan banget sembari dirinya melepas jaketnya.

"Tidak apa Nona. Itu hal yang wajar terjadi ketika kita sedang panik dan takut," jawab lembut pria tersebut.

Panik dan takut?

"Anda tahu saya yang menyelamatkan Tuan anda?" Ayse sudah melepaskan jaketnya dan sekarang berada di tangannya.

Pria tersebut tersenyum sembari menyodorkan tangannya meminta jaket Ayse.

Ayse memberinya setelah mengambil handphone milik pria yang di rawat di dalam sana.

"Tentu saja," jawabnya sopan lalu membawa jaket Ayse dan dia sampir kan di sofa single di ruangan tamu.

"Kemari Nona," pria tersebut kembali menunjuk jalan. Membawa Ayse dan Sina ke ruangan sebelah.

Ayse dan Sina mengikuti dari belakang. Hanya beberapa langkah keduanya sampai di ruangan yang serba putih. Di dalamnya benar benar sangat terang bercahaya. Sepertinya akibat cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan ini. Cahaya yang menembus dinding kaca meski tertutupi tirai tipis di sana.

Begitu berada di sana. Ayse melihat 2 pria di depannya. 1 berada di ranjang rawat, sedangkan satu lagi berdiri di samping nya.

Seperti sedang memberi sesuatu ke pria yang di ranjang rawat.

Ayse melihat memperhatikan dua pria di sana.

'Ah obat,' batin Ayse saat melihat pria di ranjang rawat. Menegak beberapa pil obat yang berada di tangannya dan minum air.

"Tuan! Nona yang tuan suruh jemput sudah di sini," ucap pria di hadapan Ayse dan Sina.

Ayse dengan cepat memilih menundukkan kepalanya melihat ke bawah.

Tidak dengan Sina. Sina yang dari tadi memperhatikan pemandangan dua pria di hadapannya. Tidak akan membuang kesempatan apalagi saat dua pria tersebut melihat ke arah mereka.

Jarang jarang ia bisa melihat mereka dari dekat sedekat ini. Meski yang satunya sudah ada pemilik sedang yang satu lagi sulit di miliki. Tetap saja, ini kesempatan langka.

Mendengar suara bawahan kepercayaan nya. Reagan melihat ke arah tersebut sekilas sebelum kembali menegak air minum di tangan nya sampai habis. Lalu memberikan gelas di tangannya ke pria di sampingnya dan kembali melihat ke bawahan kepercayaan nya, Faz.

Begitu juga yang terjadi pada pria kaca mata Hanzel.

Hanzel yang sedang menyimpan dan merapikan obat. Menoleh melihat Faz teman sekaligus asisten dan pengawal pribadi Xander Reagan. Begitu hadir kembali di sana,

"Kau sudah di sini?" suara Hanzel yang senang melihat Faz. Padahal beberapa detik yang lalu Faz baru saja keluar dari sini.

Reagan hanya diam dan melihat tanpa mengatakan apapun. Itu pun yang Reagan lihat, arah kiri Faz. Dan detik selanjutnya, aksi Reagan sukses membuat semua yang di ruangan itu kebingungan.

Di mana Reagan menjulur kan tangannya ke arah Ayse. Seperti meminta sesuatu.

Faz, Sina dan Ayse kebingungan melihat hal tersebut.

Sedangkan Hanzel yang mau membuka suara. Mau bertanya sama siapa handphone Tuan dari dua wanita ini tapi. Ia harus menelan kembali pertanyaan dan mengganti pertanyaan lain.

"Tuan..."

"Handphone ku, bawa kemari." perintah Reagan yang tidak terbantahkan. Sembari kedua matanya menatap Ayse.

Hanzel yang memperhatikan uluran tangan Reagan, atasannya. Lagi lagi ucapannya terhenti dan melihat ke arah yang di maksud Reagan.

Ayse yang tadinya lagi menunduk dan tidak tahu sedang di tatap. Sina, yang mengetahui itu. Menyenggol lengan Ayse dan menyuruh Ayse melihat ke depan dan saat itulah Ayse kebingungan.

Ayse menunjuk dirinya sendiri. Ia bingung,

Pria itu mengenalku? Dari mana? Di sana kan gelap? Aku saja nggak tahu seperti apa wajah dia dan siapa dia kalau dia tidak berada di atas sana.

"Ayse!"

Ayse melihat ke Sina, yang memanggilnya dengan suara pelan.

"Dia minta handphone-nya,"ucap Sina memberitahu Ayse.

Ayse kembali melihat ke pria di atas ranjang.

"Nona handphone ku," minta nya lagi tanpa sopan santun.

Lihat saja dari tangannya yang seperti memanggil seekor anjing.

Ayse geram dan tidak suka.

Faz menoleh melihat Ayse di belakang nya lalu dia kembali melihat ke depan. Sudut bibirnya terangkat sedikit membentuk senyum tipis saat melihat Ayse.

"Kalau begitu saya permisi Tuan," ucap nya pamit lalu melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Terpopuler

Comments

Anaya Nabila

Anaya Nabila

iya

2024-10-24

0

Teresia reres

Teresia reres

lebay kali perempuan yang bernama Ayse ni ,,ky orang bodoh jg ,,para ,, cerita belat Belit ,,

2024-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!