Tuk,
Saat itulah sesuatu jatuh dari saku jas Reagan.
Ayse yang tidak tahu bahkan mendengar suara jatuh pun tidak. Melangkah duluan naik ke atas tapi baru selangkah Ayse berjarak dengan Firaz. Firaz memanggil Ayse,
"Ayse tunggu, sepertinya ada yang jatuh," ujar Firaz yang kesusahan untuk melihat benda apa yang jatuh di bawah kakinya.
Ayse berbalik melihat Firaz lalu dengan cepat turun kembali dan melihat ke bawah kaki Firaz. Cahaya remang malam di dalam hutan, tentu sangat minim penglihatan keduanya.
Ayse meraih handphone nya dan menyalakan senter.
"Apa yang jatuh?" tanya Firaz tanpa bisa menoleh melihat Ayse.
Ayse meraih benda yang ternyata sebuah handphone.
"Handphone,"
"Oh baiklah, kamu simpan dulu. Nanti taruh lagi begitu tiba di atas," Ujar Firaz sebelum melangkah perlahan naik ke atas, yang di bantu Ayse dari belakang.
Begitu sampai di atas dan Firaz meletakkan Reagan di kursi belakang supir. Firaz masuk ke kursi menyetir dan Ayse duduk di sampingnya.
Ayse menaruh handphone yang di pegang di tangannya di kursi depan, tempat dirinya duduk. Sebelum menutup pintu mobil dan ketiganya berlalu dari sana. Meninggalkan petugas kepolisian di tempat kecelakaan di depan mereka.
Flashback off
Ayse mengerjap ngerjapkan kedua matanya beberapa kali.
Ia ingat sekarang di mana handphone itu berada.
Ayse mencari handphone nya di saku celananya tapi tidak ada. Ia menaruh di saku jaketnya.
"Kenapa? Kamu sudah ingat taruh nya di mana? Soalnya itu benda mahal Ayse! Lebih mahal dari handphone tadi," bisik Sina di telinga Ayse.
Ayse seketika melihat Sina.
"Aku mencari handphone ku. Seperti nya handphone dia ada di mobil kak Firaz. Aku menaruhnya di sana." jelas Ayse ke Sina.
Sina melihat ke belakang nya di mana tadi dirinya lihat handphone Ayse ada di saku jaket.
"Apa yang terjadi?" tanya Reagan yang sedari tadi hanya menyaksikan interaksi dua wanita di hadapannya.
Ayse dan Sina keduanya melihat Reagan.
Hanzel masuk dengan membawakan beberapa minuman kaleng. Dan Ayse, Sina menoleh melihat Hanzel sebelum Ayse kembali melihat Reagan.
"Handphone mu seperti nya ada di dalam mobil kakakku. Tapi tenang saja tidak akan hilang kok. Aku akan segera menghubungi nya dan bertanya. Aku permisi dul..."
"Lupakan, nanti urus itu lagi. Sekarang mari kita bahas lain."
Ayse yang sudah berbalik dan mau melangkah. Langkahnya terhenti dan kembali berbalik melihat Reagan dengan penuh tanda tanya.
Tak,
"Sebaiknya Nona duduk di sini dulu dan..." Ucap Hanzel setelah meletakkan minuman di atas meja kecil di mana terdapat sofa panjang di ruangan tersebut. Hanzel melihat ke Sina.
"Nona ini juga," Sambung Hanzel.
Ayse melihat ke sofa di belakang nya lalu melihat pria di hadapannya, Reagan.
"Aku lebih ingin tahu apa yang mau di bicarakan. Katakan saja, aku akan berdiri saja." Ayse berdiri di tempat nya.
Sedang Sina, tanpa berkata apapun langsung ke sofa dan mendarat bokong nya di sana lalu melihat satu pasang manusia di depannya, Ayse dan Reagan.
"Aku yakin kamu perlu tempat duduk. Hanzel! bawa berkas itu," Reagan melihat sekretaris nya.
Hanzel segera berjalan ke salah satu meja dekat ranjang rawat dan meraih satu amplop besar di sana dan membawanya ke Ayse.
"Lebih baik Nona lihat sambil duduk saja," Hanzel menyerah kan berkas di tangannya ke Ayse.
Ayse mengambilnya dan melihat Hanzel sebentar sebelum kembali melihat ke berkas di tangannya.
Sina yang sedang duduk di sofa belakang Ayse. Ikut Mencondongkan kepalanya penasaran.
"Apa itu?" tanya Sina ke Hanzel dan juga Reagan.
Namun, tidak ada jawaban.
Melihat tidak ada jawaban dari pertanyaan Sina. Ayse berbalik melangkah ke sofa Sina duduk dan mendaratkan bokongnya di sana.
'Bukankah sudah ku bilang! Dia butuh tempat duduk,' ujar Reagan dalam hati.
Ayse membuka amplop besar di tangannya setelah meletakkan nya di atas meja kaca kecil di hadapannya. Sina ikut melihat memperhatikan dengan penasarannya.
Satu kertas Ayse keluarkan dengan berbagai kata di sana, lebih tepat perjanjian.
Apa apaan ini?
Ayse bertanya dalam hati.
Ayse meraih lembar kertas lain dan membacanya. Isinya kata kata lain, kali ini Ayse mendengus tidak percaya.
Ayse meletakkan asal kertas di tangan nya dan meraih lembar kertas lain dan membacanya.
Sedangkan Sina, mengambil alih kertas setelah Ayse selesai membaca. Isi di dalam setiap kertas tersebut sukses membuat kedua mata Sina melotot lebar.
Ayse menarik nafas dan melihat Reagan yang sedang melihat ke arahnya. Lebih tepat, mau melihat reaksi Ayse.
"Maaf Mr Xander Reagan Balian yang terhormat. Apa apaan dengan isi kertas ini?" Ayse mengetahui nama lengkap Reagan, dari setiap kertas yang tertulis di pojok kertas dengan di bubuhi tanda tangan dia juga.
Hanzel terkejut dengan panggilan Ayse terhadap atasannya. Sungguh, tidak ada yang berani melakukan itu.
Sedang Sina, sedang tercengang terkejut melihat setiap isi 3 lembar kertas di tangannya.
"Kenapa? Apa isinya kurang memuaskan? Tapi sepertinya lain dengan teman anda."
Reagan melihat ke Sina. Ayse otomatis memutar kepalanya melihat Sina.
Sina yang tidak tahu apa apa. Melihat Ayse dengan bingung.
"Ada apa?" tanyanya polos. Sedang di kedua tangannya masih ada tiga kertas tadi. Sina belum habis membacanya.
Ayse menarik nafas pelan berdiri dari duduknya dan kembali melihat Reagan.
"Seperti nya anda salah paham. Aku menolong anda tanpa mengharapkan imbalan imbalan yang anda sebutkan di kertas itu,"
"Aku tahu. Tapi itu rasa terima kasih ku karna sudah menolong ku. Apa salah jika aku berterima kasih?"
Saat mendengar pernyataan Ayse. Sina tentu saja panik.
Oh ayolah Ayse, memang kamu tidak matre bahkan tidak membutuhkan uang dalam hidupmu. Asal kamu tahu Ayse, dunia ini apa apa memerlukan uang.
"Yak, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila? Bukankah tadi di rumah aku sudah bilang. Kamu bisa kaya mendadak! kenapa kamu mau menolak pemberian!" protes Sina yang tidak terima temannya ini menolak di berikan imbalan. Dan entah sejak kapan Sina sudah berdiri di samping Ayse dan berucap dengan berbisik.
Ayse melihat Sina dengan tatapan. Apa kamu sudah gila! menurut mu aku menggilai itu semua.
Sina memilih kembali duduk dan kembali membaca lembar di tangannya.
Hanzel yang melihat Sina menggeleng kan kepalanya.
Ayse kembali menatap Reagan.
Benar, pria ini tidak salah karna memberi imbalan tapi,
"Poin di situ tidak menyatakan nya seperti itu Mr Xander Reagan Balian."
"Apa yang salah? Anda yakin sudah membacanya dengan benar? Anda bisa membawanya pulang dan berpikir. Anda bisa memilih salah satu dari tiga itu,"
Sina sontak melihat ke arah Reagan.
"Anda tidak bercanda memberikan ini. Anda serius?" tanya Sina tercengang melihat ke Reagan.
Ayse menarik nafas dan bersuara dingin.
"Sina!" panggil Ayse melihat Sina yang duduk di sofa.
Sina mengerucut bibirnya tidak peduli.
Jika Ayse menerima ini. Hidup Ayse sudah seperti di tanggung 7 keturunan oleh sugar sugar Daddy itu. Tapi ini di berikan percuma oleh pria kaya itu. Jadi, kesempatan tidak boleh di buang buang. Butuh waktu seumur hidup bahkan tidak mungkin juga bisa. Untuk bisa mendapatkan jumlah uang segini banyaknya. Harus bekerja siang malam tanpa tidur belum terjamin juga bisa mendapatkan uang segini.
Jika temannya ini menolak, maka mulai hari ini ku nobatkan dia sebagai ratu dunia yang paling bodoh. Orang bekerja sudah payah demi mencari yang namanya uang. Lah dia, tanpa bekerja sudah mendapatkan uang tapi malah di tolak. Julukan apa coba yang cocok jika bukan bodoh.
$1.276.188.291,04 USD
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments