Bab 18

Ayse berbalik melihat Reagan. Sepertinya pria ini tidak mengerti.

"Jika imbalan yang anda maksud berupa uang atau sebagai nya. Maka, tidak ada yang bisa anda berikan untuk saya. Sudah saya katakan saya tidak tertarik. Permisi,"

"Lalu apa? Sebutkan apa yang kamu mau. Aku akan memenuhi nya. Aku tidak suka berhutang budi," ucap Reagan lagi menghentikan Ayse yang mau melangkah.

Sina hanya bisa menarik nafas melihat Ayse.

"Anda cukup mengatakan. Terima kasih Nona sudah menyelamatkan ku, menolong ku dan maaf karna aku sudah bersikap kurang ajar dan kurang ajar," tekan Ayse geram di ujung kalimat sembari melihat menatap Reagan.

Kedua mata Sina, Hanzel seketika melebar dengan ucapan Ayse.

'Apa dia gila!' Sina buru buru melihat ke Reagan begitu juga Hanzel, dengan cepat memutar kepalanya melihat Reagan, atasannya.

Reagan menatap tajam Ayse dengan wajah dinginnya.

Sina menarik nafas dengan susah payah.

"Ayse! Kamu membangun kan harimau yang sedang tidur," bisik Sina di samping Ayse.

Ayse tidak takut, Ayse mengacuhkan ucapan Sina.

"Bisa kau ulangi lagi Nona Ayse!" Desis Reagan menahan kemarahannya.

Sina sontak memejamkan kedua matanya. Ia bahkan tidak mau berbalik melihat pria itu.

"Apa sebaiknya aku keluar lebih dulu?" tawar Sina ke Ayse. Sina sudah gemetaran ketakutan.

Ayse lagi lagi mengacuhkan Sina. Dan menghadapi Reagan.

"Ku rasa anda memiliki pendengaran yang bagus. Jika anda tidak bisa melakukan itu maka lupakan lah. Saya permisi, ayo Sina." Ayse kembali mengajak Sina dan melangkah dari sana.

"Berhenti," perintah Reagan dingin.

Namun, Ayse tidak memperdulikan. Langkah keduanya hampir mencapai ambang pintu ruangan. Di mana ruangan sebelah nya ada adalah ruangan santai atau menunggu tamu.

Hanzel seketika panik dan mengejar langkah Ayse dan Sina. Menghentikan langkah kedua sebelum mencapai ambang pintu.

"AKU BILANG BERHENTI!" teriak Reagan menggelegar penuh ruangan tersebut.

Sina seketika menelan ludahnya dengan susah payah. Ayse cari mati, dia tidak tahu bagaimana pria ini jika marah.

Sina memejamkan kedua matanya. Sedang mimik wajah Sina sudah seperti seseorang di tiang pancung.

Hanzel yang sudah berdiri tepat di hadapan Ayse dan Sina. Dan mau membuka suara untuk menyuruh Ayse berhenti dan mau membicarakan hal ini lagi dengan tuannya.

Akan tetapi, suara teriakan Reagan tiba tiba. Sontak membuat Hanzel terperanjat terkejut. Begitu juga dengan Sina. Sedangkan Ayse berbalik melihat Reagan dengan kedua alisnya yang menyatu.

'Apa masalahnya? Dia marah?'

Sina takut takut melihat ke Ayse di samping nya. Posisi Sina membelakangi Reagan dan berhadapan dengan Hanzel. Sedang Ayse malah menatap menantang.

'Dari awal memang tidak ada sopan santun pada pria ini. Dan dia marah hanya di minta begitu? Padahal dia sudah bersikap kurang ajar padaku,'

"Ada yang salah Mr Xander Reagan Balian. Anda meminta nya dan aku memberi kan jawaban," ucap Ayse tanpa takut.

"Cukup dengan Reagan Nona Ayse," tekan Reagan dingin. Karna dari tadi wanita ini sangat berani terus memanggil nama panjang nya.

Ayse mengacuhkan. Namun, tetap berdiri di sana. Mungkin akan lebih baik, selesaikan ini dulu. Baru kemudian pergi, ah Sina.

"Benar Sina, kamu bisa tunggu di luar. Aku akan menyusul mu begitu selesai," Ayse menoleh melihat temannya yang sudah gemetaran.

Sina tentu saja mengangguk menyetujui.

"Benar, aku tunggu di luar saja. Baik baik ya!" ucap Sina sedikit memperingati sahabatnya ini.

Karna Reagan yang sering ia dengar dengar itu. Pria yang sangat kejam dan mengerikan jikalau sudah marah. Dan yang membuat dia marah, tidak akan lepas dari tangannya begitu saja. Dia seperti harimau yang sudah menargetkan mangsa.

Akan tetapi, baru mau melangkah pergi dari ruangan tersebut. Suara Reagan yang dingin dan tajam sontak membuat langkah Sina terhenti.

Keduanya, Sina dan Hanzel seketika melihat Reagan.

"Tidak ada yang boleh pergi dari sini. Hanzel! Jaga wanita itu, lihat dia tetap di sini." perintah Reagan ke sekretaris nya.

Hanzel melihat ke Sina, di mana Sina ikut melihat Hanzel juga dengan kedua matanya yang melebar.

Ayse melihat sahabatnya lalu melihat Reagan. Ia mau protes, tapi terhenti saat melihat apa yang sedang pria di depannya lakukan.

Reagan berusaha turun dari ranjang dengan susah payah. Di mana tubuhnya yang masih sakit, satu kakinya yang di Gips dan lehernya terdapat Neck Support. Dan untung tiada infus di tangannya yang lain.

Hanzel yang melihat itu melangkah melewati Sina, berniat mau membantu atasannya. Tapi malah mendapatkan tatapan tajam dan dingin Reagan.

"Tuan..." Khawatir Hanzel yang mau melangkah tapi,

"Tetap di sana Hanzel," ucapnya tidak terbantahkan.

Ayse yang melihat Reagan sangat kesusahan turun dari ranjang. Reflek tubuhnya mau bergerak, mau membantu tapi terhenti. Karna suara dingin Reagan untuk bawahan nya.

Ayse mengurungkan niatnya dan memilih diam dan melihat. Namun, tetap saja. Jiwa kebaikan nya meronta di dalam sana untuk bergerak membantu. Al-hasil, Ayse melangkah ke sana dan membantu.

Kelakuan Ayse tersebut sukses membuat Hanzel kebingungan. Juga sukses membuat Sina berbalik di mana tadinya membelakangi Ayse dan Reagan.

"Biar ku bantu," itu adalah suara Ayse menawarkan dirinya membantu Reagan yang kesusahan turun dari ranjang.

Tanpa izin dari Reagan. Ayse mengalungkan tangannya di bawah ketiak Reagan. Seperti memeluk menggunakan satu tangan.

Reagan menghentikan gerakannya yang mau turun dari ranjang dan memilih duduk, menatap wanita tersebut dari samping. Tadinya ia mau turun dan berniat berdiri lebih dekat dengan wanita ini. Untuk bisa menyelesaikan semua nya dengan baik.

Reagan melihat menatap Ayse di dekat nya. Walau hanya terlihat dari samping.

"Apa yang sedang dia lakukan?" bingung Sina melihat sahabatnya.

Hanzel melihat Sina sebentar sebelum kembali melihat ke depan.

"Sepertinya sedang membantu Tuan," jawab Hanzel datar, dengan kedua matanya melihat Reagan dan Ayse.

Sina tertawa bodoh lalu melihat Hanzel sekilas sebelum kembali melihat Ayse.

"Percayalah dia lulusan Cumlaude Di Universitas XX," Beritahu Sina ke Hanzel meskipun pria ini tidak bertanya atau tidak ingin tahu. Sina hanya mau memberitahu saja bahwa temannya tidak bodoh.

Sina memilih melihat ke arah lain.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki dari ruangan sebelah hingga sampai ke ruangan tersebut.

"Apa yang terjadi? Kenapa Xander berteriak..." ucapan wanita yang baru saja hadir di sana terputus saat melihat menatap pemandangan di depannya.

Di mana.

Ayse yang merasakan tidak ada pergerakan dari Reagan untuk menurunkan kakinya ke lantai. Ayse menaikkan tatapannya melihat Reagan.

Saat itulah tatapan keduanya bertemu dan dengan jarak yang sangat dekat bahkan sangat dekat.

Sehingga Ayse bisa melihat dengan jelas bulu bulu halus di wajah Reagan. Bulu mata Reagan yang hitam dan panjang, hidungnya yang mancung panjang tertata rapi dan bibirnya...

Bibirnya?

Ayse melebarkan matanya dan seketika melepaskan rangkulannya pada punggung Reagan dan menjauhkan tubuhnya. Akan tetapi,

"Kya!" jerit Ayse saat tubuhnya tertarik ke depan dan,

Brukh,

Tab

Tab

Kedua tangan Ayse berada indah di dada bidang Reagan. Sedangkan tubuh Ayse berada tepat tanpa jarak di depan Reagan.

Ayse melebarkan kedua matanya melihat Reagan yang tanpa ekspresi. Setelah apa yang dia lakukan padanya.

Sina dan Hanzel, juga wanita yang baru saja hadir di sana melihat itu bingung sekaligus terkejut.

Satu tangan Reagan melingkar indah di pinggang ramping Ayse, yang terlihat sangat kecil di lingkaran tangan Reagan.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau sudah gila?" itu pertanyaan Ayse setelah menyadarkan dirinya dari keterkejutan nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!