Beberapa lampu senter yang berasal dari atas, jalan tol. Menyinari sekilas di sekitaran hutan.
Ayse yang masih mencerna apa yang sedang terjadi. Dengan kedua bola matanya juga yang melotot lebar. Melihat cahaya senter di depan matanya. Yang menyoroti pokok kayu tepat di hadapan keduanya berada sekarang.
Menyadari apa yang terjadi, Ayse memilih diam tidak memberontak. Meski bibirnya menjadi tumbal untuk itu. Daripada ia mati di sini, hanya karna gara gara menolong pria yang sama sekali tidak ia kenal ini.
Ia memilih tinggal dengan paman dari pada sama mamanya. Bukan untuk mati juga, ini akan sangat konyol. Meski wanita tua itu akan bersedih atau tidak. Tapi ia tidak mau mati seperti ini. Harga dirinya benar benar akan terluka jika ia mati di sini.
Dan tunggu, kenapa pria ini tidak mau melepaskan bibirnya. Aku sudah tahu, aku sudah tahu apa yang terjadi. Bukankah seharusnya dia melepaskan bibirku. Jika aku melawan, akan terjadi keributan bukan. Dan kami bisa ketahuan dan aku, tidak bisa di pastikan kalau aku akan selamat.
'sebenarnya siapa mereka?... tidak, sebenarnya siapa pria ini?' jerit batin Ayse sendiri.
Melihat tidak ada lagi cahaya senter yang tentu sedang mencari keberadaan pria ini. Ayse dengan gerakan yang sangat cepat. Bahkan sangking cepatnya. Pria di bawah Ayse tidak mengetahui gerakan Ayse.
Dan,
Bhuk...
"ughhh..." lenguh sakit pria tersebut.
Ya, Ayse menonjok tulang pipi pria ini dengan kekuatan.
Hanya beberapa detik hingga sukses membuat pria ini yang tadinya sadar. Kini kembali pingsan tidak sadarkan diri.
Ayse dengan cepat memutar kepalanya melihat ke atas. Apakah ia ketahuan, tapi melihat tidak ada lagi cahaya senter kemari. Itu artinya, mereka tidak ketahuan.
Drrrrrttt...
"Hik,"
Ayse tersentak terkejut dengan suara handphone miliknya sendiri. Yang dia letakkan di dalam kantong celananya dan dengan mode getar. Entah kenapa kali ini ia sangat bersyukur handphone miliknya dalam mode getar. Karna biasanya, ia benci handphone nya mode getar. Dan ku rasa kak Firaz lah yang membuat ini.
Dengan cepat sembari menyembunyikan cahaya layar handphone yang hidup di balik tubuhnya. Agar tidak terlihat cahaya ke atas, lebih tepat ke kawanan manusia di jalan.
Ayse mengangkat panggilan masuk setelah melihat siapa yang menghubungi nya. Kakaknya, kak Firaz.
"Kak?" sahut Ayse begitu menjawab panggilan.
"kamu di mana sekarang? dan tunggu... ada apa dengan suaramu. Kamu baik baik saja? orang orang di sini mengatakan kamu lari sambil nangis. Apa yang terjadi? aku mencari mu dari tadi, semua baik baik saja?" suara Firaz yang terdengar cemas dan khawatir akan adik satu satunya.
Ayse terdiam.
Dia tidak bisa menjawab kakaknya. Itu artinya, paman dan bibi tidak mengatakan apapun. Dan orang orang di sana juga tentu tidak tahu apapun.
"Kak..."
"Aku menanyakan sama mereka yang melihat mu dan bersama mu tadi. Bahkan sama paman dan bibi, tapi mereka tidak memberi jawaban yang jelas. Sebenarnya apa yang terjadi, siapa yang membuat mu menangis? apa mereka melakukan sesuatu padamu? di belakang ku?"
Firaz terus menghujani Ayse dengan pertanyaan nya.
Firaz kalut dan frustasi tidak melihat dan mengetahui apa yang terjadi pada adik perempuan satu satunya. Tadi saat berangkat Ayse baik baik saja dan sangat kegirangan. Tapi yang anehnya, paman dan bibi mengatakan padanya. Jauh sebelum hari ini, untuk tidak membawa Ayse ke tempat acara. Sebenarnya apa yang terjadi.
"Kak itu... " Ayse lagi lagi terdiam.
Ia tidak bisa mengatakan pada kak Firaz. Karna dari awal, kak Firaz sudah melarangnya untuk dekat dengan pria manapun. Jika pria itu belum di kenalin ke kak Firaz. Dan ia melakukan itu.
Karna bagi kak Firaz, tidak ada di dunia ini pria yang dapat di percaya. Apalagi jika sudah menjadi seorang kekasih. Dengan mengatas nama kan sebagai kekasih si wanita. Si pria ini bisa dengan bebas meminta ini dan itu pada si wanita. Hanya untuk memenuhi hasrat nafsu birahinya semata.
Dan bagi kak Firaz, Ayse tidak boleh dekat dengan pria yang seperti itu. Adiknya tidak boleh di jamah oleh pria mana pun. Jika bukan suaminya. Tugas nya seorang kakak adalah menjaga adiknya dengan baik dari tangan pria gatal alias nafsu berburu. Karna itu, ia sering mengecek handphone Ayse. Hanya untuk melihat apa benar adiknya tidak memiliki pacar atau kekasih. Seperti yang Ayse akui selalu kalau ia menanyakan.
"Bisakah kak Firaz kemari sebentar? Aku perlu bantuan kak Firaz. Dan bisakah kak Firaz juga menghubungi polisi? Soalnya... Di ujung jalan tol terjadi kecelakaan. Mobil menabrak batu besar. Seperti nya pengendara tidak sadarkan diri. Ayse..."
"Aku segera ke sana. Hidupkan GPS di Hp mu Ayse!"klik
Perintah Firaz sebelum mematikan panggilan nya dan langsung melenggang pergi dari tempat acara.
Di gunung, Ayse menghela nafas.
Seperti yang ia tebak. Dia selalu begitu, selalu memperlakukan ku seperti anak umur 12 tahun.
Ayse lagi lagi menghela nafas.
'padahal umur ku sudah 27 tahun. Dia selalu membuatku kesal'
Ayse beralih melihat ke pria di depannya. Yang tertidur tanpa mencemaskan apapun.
'Sebenarnya... siapa dia?' Ayse mendekat kan wajahnya. Berusaha melihat menatap wajah pria di depannya yang tidur. Sedang posisi Ayse sudah duduk di samping pria tersebut.
Cahaya yang cukup minim. Meski selebar apapun Ayse membuka matanya untuk melihat dengan jelas wajah pria di depannya. Tetap saja, tidak akan terlihat jelas.
Karna itu, Ayse kembali duduk seperti tadi tegak.
"Sebenarnya kenapa mereka mau membunuhmu? apa kamu mencuri sesuatu dari mereka? ... Tunggu..." Ayse menjeda ucapannya saat dirinya teringat sesuatu.
"Kamu bukan buronan yang sedang di kejar bukan? " Ayse mendekatkan wajahnya ke wajah pria tersebut. Berharap pria itu bangun dan menjawabnya.
'Tunggu, buronan? itu tidak mungkin juga. Jika buronan, seharusnya yang datang mobil polisi. Lalu... apa kamu... hik...'
Ayse menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ada di pikiran nya sekarang.
Kembali mendekat wajahnya setelah tadi duduk tegak.
"kamu bukan mafia mafia itu bukan?" tanyanya ke manusia yang sedang tidak sadarkan diri. Yang tentu saja, Ayse tidak mendapatkan jawabannya.
Ayse mulai gusar, haruskah ia selamat kan pria ini. Atau memberi nya ke mereka di atas sana. Yang seperti nya masih mencari dan menunggu sesuatu di sana.
Kepala Ayse mendongak menatap ke jalan tol. Di mana masih ada cahaya lampu mobil dan beberapa pria memakai jas hitam masih berkeliling keliling ke sana kemari.
Ayse mendesah ringan dan melihat pria yang tertidur di bawahnya.
Ayse tidak berani menghidupkan layar hpnya. Padahal ia mau menghubungi kakaknya, di mana dia sudah sekarang. Apa masih dalam perjalanan, padahal jaraknya sangat dekat. Apa kakak menunggu kawannya yang lain. Sebelum ke sini, jika iya. Itu bagus sih,
Ayse menarik nafas menenangkan dirinya.
'Ayo berpikir positif Ayse! dia pria baik, yang sedang membutuhkan bantuan.' Ayse menenangkan dirinya.
Prang....
Kedua mata Ayse membulat lebar saat cahaya senter yang bisa di katakan cukup besar. Menyala besar ke arah mereka, lebih tepat ke arahnya. Yang artinya, mereka ketahuan bukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments