Bab 3

Beberapa lampu senter yang berasal dari atas, jalan tol. Menyinari sekilas di sekitaran hutan.

Ayse yang masih mencerna apa yang sedang terjadi. Dengan kedua bola matanya juga yang melotot lebar. Melihat cahaya senter di depan matanya. Yang menyoroti pokok kayu tepat di hadapan keduanya berada sekarang.

Menyadari apa yang terjadi, Ayse memilih diam tidak memberontak. Meski bibirnya menjadi tumbal untuk itu. Daripada ia mati di sini, hanya karna gara gara menolong pria yang sama sekali tidak ia kenal ini.

Ia memilih tinggal dengan paman dari pada sama mamanya. Bukan untuk mati juga, ini akan sangat konyol. Meski wanita tua itu akan bersedih atau tidak. Tapi ia tidak mau mati seperti ini. Harga dirinya benar benar akan terluka jika ia mati di sini.

Dan tunggu, kenapa pria ini tidak mau melepaskan bibirnya. Aku sudah tahu, aku sudah tahu apa yang terjadi. Bukankah seharusnya dia melepaskan bibirku. Jika aku melawan, akan terjadi keributan bukan. Dan kami bisa ketahuan dan aku, tidak bisa di pastikan kalau aku akan selamat.

'sebenarnya siapa mereka?... tidak, sebenarnya siapa pria ini?' jerit batin Ayse sendiri.

Melihat tidak ada lagi cahaya senter yang tentu sedang mencari keberadaan pria ini. Ayse dengan gerakan yang sangat cepat. Bahkan sangking cepatnya. Pria di bawah Ayse tidak mengetahui gerakan Ayse.

Dan,

Bhuk...

"ughhh..." lenguh sakit pria tersebut.

Ya, Ayse menonjok tulang pipi pria ini dengan kekuatan.

Hanya beberapa detik hingga sukses membuat pria ini yang tadinya sadar. Kini kembali pingsan tidak sadarkan diri.

Ayse dengan cepat memutar kepalanya melihat ke atas. Apakah ia ketahuan, tapi melihat tidak ada lagi cahaya senter kemari. Itu artinya, mereka tidak ketahuan.

Drrrrrttt...

"Hik,"

Ayse tersentak terkejut dengan suara handphone miliknya sendiri. Yang dia letakkan di dalam kantong celananya dan dengan mode getar. Entah kenapa kali ini ia sangat bersyukur handphone miliknya dalam mode getar. Karna biasanya, ia benci handphone nya mode getar. Dan ku rasa kak Firaz lah yang membuat ini.

Dengan cepat sembari menyembunyikan cahaya layar handphone yang hidup di balik tubuhnya. Agar tidak terlihat cahaya ke atas, lebih tepat ke kawanan manusia di jalan.

Ayse mengangkat panggilan masuk setelah melihat siapa yang menghubungi nya. Kakaknya, kak Firaz.

"Kak?" sahut Ayse begitu menjawab panggilan.

"kamu di mana sekarang? dan tunggu... ada apa dengan suaramu. Kamu baik baik saja? orang orang di sini mengatakan kamu lari sambil nangis. Apa yang terjadi? aku mencari mu dari tadi, semua baik baik saja?" suara Firaz yang terdengar cemas dan khawatir akan adik satu satunya.

Ayse terdiam.

Dia tidak bisa menjawab kakaknya. Itu artinya, paman dan bibi tidak mengatakan apapun. Dan orang orang di sana juga tentu tidak tahu apapun.

"Kak..."

"Aku menanyakan sama mereka yang melihat mu dan bersama mu tadi. Bahkan sama paman dan bibi, tapi mereka tidak memberi jawaban yang jelas. Sebenarnya apa yang terjadi, siapa yang membuat mu menangis? apa mereka melakukan sesuatu padamu? di belakang ku?"

Firaz terus menghujani Ayse dengan pertanyaan nya.

Firaz kalut dan frustasi tidak melihat dan mengetahui apa yang terjadi pada adik perempuan satu satunya. Tadi saat berangkat Ayse baik baik saja dan sangat kegirangan. Tapi yang anehnya, paman dan bibi mengatakan padanya. Jauh sebelum hari ini, untuk tidak membawa Ayse ke tempat acara. Sebenarnya apa yang terjadi.

"Kak itu... " Ayse lagi lagi terdiam.

Ia tidak bisa mengatakan pada kak Firaz. Karna dari awal, kak Firaz sudah melarangnya untuk dekat dengan pria manapun. Jika pria itu belum di kenalin ke kak Firaz. Dan ia melakukan itu.

Karna bagi kak Firaz, tidak ada di dunia ini pria yang dapat di percaya. Apalagi jika sudah menjadi seorang kekasih. Dengan mengatas nama kan sebagai kekasih si wanita. Si pria ini bisa dengan bebas meminta ini dan itu pada si wanita. Hanya untuk memenuhi hasrat nafsu birahinya semata.

Dan bagi kak Firaz, Ayse tidak boleh dekat dengan pria yang seperti itu. Adiknya tidak boleh di jamah oleh pria mana pun. Jika bukan suaminya. Tugas nya seorang kakak adalah menjaga adiknya dengan baik dari tangan pria gatal alias nafsu berburu. Karna itu, ia sering mengecek handphone Ayse. Hanya untuk melihat apa benar adiknya tidak memiliki pacar atau kekasih. Seperti yang Ayse akui selalu kalau ia menanyakan.

"Bisakah kak Firaz kemari sebentar? Aku perlu bantuan kak Firaz. Dan bisakah kak Firaz juga menghubungi polisi? Soalnya... Di ujung jalan tol terjadi kecelakaan. Mobil menabrak batu besar. Seperti nya pengendara tidak sadarkan diri. Ayse..."

"Aku segera ke sana. Hidupkan GPS di Hp mu Ayse!"klik

Perintah Firaz sebelum mematikan panggilan nya dan langsung melenggang pergi dari tempat acara.

Di gunung, Ayse menghela nafas.

Seperti yang ia tebak. Dia selalu begitu, selalu memperlakukan ku seperti anak umur 12 tahun.

Ayse lagi lagi menghela nafas.

'padahal umur ku sudah 27 tahun. Dia selalu membuatku kesal'

Ayse beralih melihat ke pria di depannya. Yang tertidur tanpa mencemaskan apapun.

'Sebenarnya... siapa dia?' Ayse mendekat kan wajahnya. Berusaha melihat menatap wajah pria di depannya yang tidur. Sedang posisi Ayse sudah duduk di samping pria tersebut.

Cahaya yang cukup minim. Meski selebar apapun Ayse membuka matanya untuk melihat dengan jelas wajah pria di depannya. Tetap saja, tidak akan terlihat jelas.

Karna itu, Ayse kembali duduk seperti tadi tegak.

"Sebenarnya kenapa mereka mau membunuhmu? apa kamu mencuri sesuatu dari mereka? ... Tunggu..." Ayse menjeda ucapannya saat dirinya teringat sesuatu.

"Kamu bukan buronan yang sedang di kejar bukan? " Ayse mendekatkan wajahnya ke wajah pria tersebut. Berharap pria itu bangun dan menjawabnya.

'Tunggu, buronan? itu tidak mungkin juga. Jika buronan, seharusnya yang datang mobil polisi. Lalu... apa kamu... hik...'

Ayse menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ada di pikiran nya sekarang.

Kembali mendekat wajahnya setelah tadi duduk tegak.

"kamu bukan mafia mafia itu bukan?" tanyanya ke manusia yang sedang tidak sadarkan diri. Yang tentu saja, Ayse tidak mendapatkan jawabannya.

Ayse mulai gusar, haruskah ia selamat kan pria ini. Atau memberi nya ke mereka di atas sana. Yang seperti nya masih mencari dan menunggu sesuatu di sana.

Kepala Ayse mendongak menatap ke jalan tol. Di mana masih ada cahaya lampu mobil dan beberapa pria memakai jas hitam masih berkeliling keliling ke sana kemari.

Ayse mendesah ringan dan melihat pria yang tertidur di bawahnya.

Ayse tidak berani menghidupkan layar hpnya. Padahal ia mau menghubungi kakaknya, di mana dia sudah sekarang. Apa masih dalam perjalanan, padahal jaraknya sangat dekat. Apa kakak menunggu kawannya yang lain. Sebelum ke sini, jika iya. Itu bagus sih,

Ayse menarik nafas menenangkan dirinya.

'Ayo berpikir positif Ayse! dia pria baik, yang sedang membutuhkan bantuan.' Ayse menenangkan dirinya.

Prang....

Kedua mata Ayse membulat lebar saat cahaya senter yang bisa di katakan cukup besar. Menyala besar ke arah mereka, lebih tepat ke arahnya. Yang artinya, mereka ketahuan bukan.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!