Mobil warna merah yang di kendarai Sina masuk ke basemen parkiran tempat tinggalnya.
Gedung tinggi dengan tingkatannya melebihi 20 lantai. Tidak bisa di katakan gedung apartment fasilitas murah atau pun berfasilitas mewah. Tapi tergolong dalam fasilitas apartment sederhana.
"Baiklah, ayo kita habiskan semua ayam ini dan lupakan diet diet itu." Sina menutup pintu mobil sembari membawa serta 2 kotak Chicken di kedua tangannya.
Ayse masih terdiam mengingat kejadian kejadian dirinya di hutan gunung tadi. Dan memikirkan apa yang di katakan Sina tadi.
Kalau benar yang ia tolong termasuk dari salah satu mafia mafia itu.
Tentu saja hidupku akan baik baik saja. Karna, karna mereka tidak melihat wajahku. Dan tentu saja mereka tidak tahu ada yang menolong pria itu bukan. Tapi... Pertanyaan nya. Bagaimana kalau nanti, mereka mengetahui ada yang menolong pria itu dan kemudian mencari tahu.
Tunggu...
Ini tidak seperti di film film itu bukan. Yaitu mereka mencari tahu sampai ke akar akarnya. Atau...
"Apa yang kau pikirkan?"
"Kyaaaa!" jerit terkejut Ayse saat tiba tiba melihat wajah Sina. Tepat di hadapan wajahnya dan itu dengan posisi miring.
Ayse memegang jantungnya yang berdegup kencang.
"Kamu hampir membuat ku pingsan Sina!" teriak tidak terima Ayse dengan kedua tangannya masih memegang detak jantung nya.
Sedang pintu mobil masih terbuka di sampingnya karna Ayse belum menutupnya. Padahal Ayse sudah keluar dari beberapa detik yang lalu,
Saat melihat Ayse yang sudah keluar dari mobil tapi masih berdiri di sana. Dengan satu tangan Ayse menahan pintu mobil.
Sina yang melihat itu, melangkah mendekati Ayse.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya setelah berdiri di hadapan Ayse. Dan melihat Ayse bingung.
Sina memperhatikan Ayse yang tidak menjawabnya bahkan ia yakin Ayse tidak mendengar nya. Ayse malah mematung dengan tatapan entah kemana.
Sina berkacak pinggang sembari memiringkan kepalanya menatap Ayse.
"Apa dia mengambil serius apa yang aku katakan tadi? Soal mafia itu?" Sina menghela nafas.
"Ayse?" panggil Sina namun tidak ada respon dari Ayse.
Sina menarik nafas dan seketika ide itu muncul di kepalanya dan begitulah...
"Kamu tadi sangat menakutkan. Jantungku hampir pindah tempat," sambung Ayse lagi sembari menenangkan detak jantung nya dengan mengatur pernafasannya.
Sina yang di maksud sedang asik mengeluarkan bahan belanjaannya. Yang baru saja mereka beli tadi di minimarket dari bagasi mobilnya.
"Kamu tidak berniat mau membantu ku?"
tanya Sina menoleh melihat Ayse yang sudah menutup pintu mobil dan berdiri dengan melipat kedua tangan di depan dadanya. Dengan posisi memunggungi Sina.
"Aku harus menenangkan jantung ku dulu karna ulahmu tadi," acuh Ayse yang tidak mau membantu. Salah sendiri, kenapa suka buat orang terkejut. Dan ya, ini bukan kali pertama gadis ini seperti ini.
Sina memilih mendesah.
"Ini bukan kali pertama juga," acuh Sina santai sembari menutup bagasi mobil.
Tap...
"Itulah maksudku Sina! Bisa bisa aku mati mendadak tahu enggak!" protes Ayse menahan kekesalan nya.
Ayse sudah berbalik menatap melihat Sina. Tidak lama kemudian Ayse mendekat dan meraih beberapa kantong belanjaan untuk dia bawa.
Sina membiarkan. Karna mereka memang seperti itu. Terlihat tidak peduli tapi mereka peduli satu sama lain. Terlihat berkata kasar tapi mereka saling sayang melebihi saudara kandung. Itulah ikatan keduanya,
"Tapi mati mendadak itu keterlaluan sih," Sina melihat Ayse setelah dirinya mengunci mobil.
"Itulah makanya jangan suka menghhhmmm!"
Sina menempelkan kotak Chicken yang baru saja mereka beli ke hidung Ayse. Dan Ayse segera meraihnya dan mengganti kan Sina membawanya.
"Nanti kita pikirkan mati mati itu ya! Ayo kita nikmati hidup dulu. Arghhh... Pauline sialan itu membuat ku bekerja dua kali lipat." umpat Sina kasar sebelum berlalu melangkah dari sana. Masuk ke dalam lift meninggalkan Ayse yang kebingungan melihat Sina.
"Apa! Dia tadi mengumpat?" Ayse tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Kau tidak mau masuk? " tanya Sina yang sudah lebih dulu di sana dan menatap menunggu Ayse.
Menghela nafas Ayse mengikuti Sina.
"Apa bekerja begitu sulit? Sampai sampai kamu harus mengumpat. Padahal kamu tidak pernah melakukan itu," tanya Ayse begitu sampai di dalam lift dan berdiri di samping Sina.
Sina segera menekan tombol yang membawa mereka ke lantai di mana tempat tinggalnya berada.
"Bersyukur lah kamu tidak melalui apa yang aku lalui Ayse!" jawab Sina dengan desahan lelahnya.
Ayse melihat Sina di samping nya. Ia tidak tahu apapun mengenai pekerjaan Sina. Bagaimana dia di sana, senang kah, susah kah, tertekan kah. Ia tidak tahu sama sekali. Atau lebih tepat, ia tidak bertanya apapun jika Sina tidak memberitahu atau menceritakan kehidupan kerjanya. Begitu juga sebaliknya, Sina tidak akan bertanya apapun mengenai dirinya. Jika ia tidak bercerita.
"Yah, itu pilihan mu."ya benar,
Sina seketika menoleh menatap Ayse jengkel.
Ayse yang merasa di tatap begitu tidak peduli.
Siapapun yang sudah mengenal Sina. Tentu tahu siapa wanita ini. Intinya, dia tidak perlu bersusah payah untuk mencari yang namanya uang. Karna dia, kelebihan dengan nama itu.
Sina lagi lagi mendesah.
"Aku harus bekerja. Kamu tahu sendiri kan. Aku tidak akan menyerah sebelum aku bisa membeli 1 apartment Starblue itu. Aku akan buktikan kalau aku bisa,"
Yah, dia seorang anak yang sedang membangkang terhadap kedua orang tua nya. Atau lebih tepat, mau membuktikan kepada ibunya kalau dia mampu hidup tanpa kekayaan orang tua nya. Tapi satu hal yang Sina lupakan,
Meski ia tidak pernah bekerja dalam hidup. Tapi ia tahu pasti, kehidupan itu sulit, bekerja itu sulit, apalagi bertahan sendiri tanpa support orang tua.
Mungkin Sina mengira mendapatkan pekerjaan yang dia gelutin sekarang karna hasil usahanya sendiri. Tapi ia tahu pasti, itu semua di bantu oleh tante Theresia.
Ayse menghela nafas. Di luar sana, banyak orang yang tidak mau bekerja karna capek dan lelah dan... Tekanan di tempat kerja. Bahkan tidak sedikit yang berharap terlahir dari keluarga kaya raya dengan harta berlimpah. Memiliki kedua orang tua yang siap menanggung segala kebutuhan sampai universitas. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi sebagian anak konglomerat. Salah satunya Sina. Dia lebih memilih bekerja sendiri, mencari sendiri dan hidup sendiri dan menanggung diri sendiri.
*Awal pertama ia mengenal Sina. Ia kira Sina hidup sendiri sebatang kara di atas bumi ini. Tapi setelah sekian lama, mungkin beberapa bulan setelah nya. Ia baru mengetahui, itu pun dari bisikan bisikan anak anak lain teman sekolah mereka.
Kalau ternyata Sina adalah anak perempuan satu satunya dari pasangan konglomerat di negeri ini. Ibunya seorang mantan top model yang sudah mendunia. Sedangkan papanya seorang konglomerat ternama di negeri ini. Ah Sina memiliki satu adik laki laki* Gazelle, mungkin sekarang umur dia sudah memasuki 12 tahun dari pertemuan mereka beberapa tahun lalu. Soalnya dia mengambil sekolah di luar negeri. Sedang Sina tetap di sini namun, dia memilih hidup sendiri tanpa dampingan kedua orangtuanya atau pembantu yang siap melayani. Seperti di rumahnya yang bak istana.
Ting Tong...
Suara lift yang sudah sampai dan terbuka menyentak Ayse yang sedang melamun.
Sina keluar lebih dulu lalu di susul Ayse.
Keduanya berjalan menuju ke pintu di mana tempat tempat tinggal Sina berada.
Sina memasukkan kode pintunya. Sedang Ayse melihat ke kanan dan kirinya.
Tentu ini bukan pertama kali ia menginap di sini. Tapi tetap saja, ia selalu merinding jika lama lama berdiri di luar.
Dan Sina menyadari itu.
Klek,
Pintu terbuka, Sina membuka nya lebar dan mempersilahkan Ayse masuk pertama.
"Tunggu sebentar lagi ya Ayse! Uang ku akan segera terkumpul. Setelah aku membeli 1 apartment Starblue itu. Kamu tidak akan ketakutan, walau menunggu lama di luar."
Ayse yang sudah lebih dulu masuk ke dalam. Menghentikan langkah nya berbalik melihat Sina.
"Aku tidak ketakutan," itu adalah ucapan datar Ayse.
Sina yang sudah melepaskan high heels nya menoleh melihat Ayse.
"Bahkan orang buta saja menyadari kamu ketakutan Ayse!" Sina berjalan ke arah dapur dan meletakkan belanjaan ke atas meja.
"Sepertinya aku hanya merinding. Kamu tahu itu..."
"Wanita bunuh diri di kamar sebelah?"
"Hei!" Secepat mungkin Ayse menghentikan Sina. Untuk tidak membicarakan itu. Bagaimana kalau wanita itu ...
"Oh baiklah, aku akui aku takut. Sudah ayo, lebih baik kamu mandi dulu baru kita makan ini," Ayse meletakkan 2 kotak Chicken tadi ke atas meja.
Sina tersenyum geli sebelum masuk ke kamarnya dan di dalam kamar...
Ayse hanya bisa mendengar suara ledakan tawa wanita itu.
*Untung sahabat bukan, tidak. Ini salah satu kenapa ia tidak mau, ralat. Jarang banget mau nginap di tempat Sina. Meski terkadang tante Theresia memintanya. Tante Theresia saja takut kemari,
Ia yakin, sangat yakin. Kenapa Sina sangat betah di sini. Salah satunya itulah itu, maminya tidak akan berani kesini. Apalagi mau menginap. Oh otaknya benar benar,
Jika aku jadi dia, sungguh. Akan ku gunakan uang itu dan menyewa apartemen lain. Masih banyak apartment lain bahkan fasilitas nya lebih bagus dari ini dan, murah juga*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments