"apa maksudmu?"
Terlihat seorang pria menyetir mobil bermerk nya sendiri. Setelah seharian tadi di gembur dengan tumpukan pekerjaan. Seorang diri membelah jalanan kota yang sepi, yang hanya di temani kilauan lampu jalanan.
Di satu telinganya terpasang earphone warna putih. Sedangkan kedua matanya fokus melihat ke depan, menyetir.
Dia sedang berbicara dengan seseorang di seberang sana. Yang mengabarinya suatu berita mengejutkan. Yang seketika membuatnya marah.
"Benar Tuan! Acara tunangan keponakan anda malam ini juga,"
"Mereka menjebak ku dengan menggunakan situasi ini?... Jangan bilang mereka sudah merencanakan ini,"
"Besar kemungkinan, Presdir juga akan hadir di sana Tuan! Jadi anda... "
"Aku tidak akan ke sana." Klik,
Pria tersebut menutup pembicaraan dan melempar asal earphone di telinga, entah kemana.
Menggenggam dan mencekram setir sekuat amarah dalam dirinya.
Pria tersebut melihat ke spion kanan mobilnya dan memutuskan untuk memutar balik mobilnya.
Ia menghentikan perjalanannya dan memilih pulang ke rumah dan beristirahat saja. Besok pagi masih banyak hal yang perlu ia kerjakan sekaligus bereskan, terutama masalah anak anak perusahaan nya. Dan sekarang, pekerjaan kembali bertambah. Mengurus kakak dan keponakan nya.
"Apa ini?" Tanyanya sembari menginjak rem yang terasa janggal. Ia buru buru melihat ke bawah kakinya.
Di mana letak keberadaan rem mobil berada. Lalu kembali melihat ke depan dengan cepat dan kembali melihat ke bawah kakinya.
"Ada apa ini?" tanyanya kebingungan sebelum detik kemudian, dia menyadari sesuatu.
Phak...
"Sial!..." umpatnya sembari memukul setir mobil.
"Aku terkecoh," kesalnya.
"Dan siapa yang berani melakukan ini padaku?" ingatkan aku untuk tidak memberinya ampunan.
Bhak...
Dengan marah dia kembali memukul setir mobil.
Mobil terus melaju dengan kecepatan yang sangat cepat. Bahkan sangat sulit bagi pria ini untuk menghentikan mobilnya.
Panik dan takut, tentu saja tidak bagi pria ini. Dia masih sempat sempatnya melepas jasnya dan melempar asal di sana. Lalu entah sejak kapan, kedua lengan baju kemeja berwarna putihnya sudah tergulung setengah. Dan beberapa kancing bajunya sudah terlepas. Hingga membuat nya sekarang lebih leluasa mengendali setir.
Mobil yang terus melaju menembus jalanan sepi dan gelap, sama sekali tidak membuatnya ketakutan.
Kedua tangannya yang teramat kokoh memegangi setir dengan sangat kuat. Kedua matanya fokus melihat ke depan. Di mana tidak ada lagi lampu di jalanan. Yang artinya pria tersebut sudah keluar dari jalan yang di anjurkan.
Pria tersebut bersiap membanting setir mobilnya begitu menemukan kesempatan yaitu tempat yang aman untuk dirinya mendarat.
Akan tetapi, hari sial memang tidak pernah ada yang tahu.
Pria ini tidak melihat kalau pasokan minyak mobilnya ternyata sudah habis.
Phak...
Dengan marah dan geram pria tersebut memukul setir mobil.
'ternyata mereka sudah merencanakan ini dengan sangat sangat matang. Atau ada tikus tikus kecil yang masuk ke dalam tanpa ia tahu.' geramnya.
Mau tidak mau pria ini harus membanting stir mobil. Tepat di satu bebatuan besar dekat lereng gunung.
Dhuakhhhhh....
Brakhhhh....
Tanpa pria ini ketahui, setelah ia sengaja menabrak batu dengan sisi kiri mobil. Namun ternyata, mobil tetap berjalan, nyaris berputar. Hingga menabrak batu lain di bagian depan mobil.
Xander Reagan Balian seketika hilang ke sadaran dan kepalanya jatuh ke setir mobil. Dengan darah juga membasahi kening dan satu pipinya.
"kamu bisa bangun? Kita harus sembunyi," tutur Ayse sembari meraih pergelangan tangan pria yang belum ia ketahui namanya tersebut dan Ayse tempatkan di kedua pundaknya. Membantu pria tersebut berdiri.
Dan ya, walaupun terlihat tidak terlalu bertenaga dan kesadaran nya ada di ambang. Tapi pria tersebut tetap berusaha bangkit berdiri, membantu wanita yang sedang menolong nya.
"Akhhh... Hhhh," lenguh dan nafas Ayse setelah berhasil membuat pria tersebut berdiri.
Ayse beralih melihat ke kanannya. Di mana cahaya beberapa lampu mobil semakin mendekat ke arah mereka.
"Kita sembunyi ke arah hutan ini saja. Nanti aku akan cari bantuan untuk mu," ujar Ayse melihat ke depannya, yang di mana. Sebenarnya Ayse sendiri ketakutan. Tapi tidak ada tempat lain, yang bisa mereka jadikan untuk tempat bersembunyi.
Daerah sekitar sini adalah pengunungan. Di mana juga hutan di sekitar lereng lereng gunung. Juga lahan warga setempat yang di sulap di tengah tengahnya menjadi jalan tol. Meski belum siap,
"Ayo! Kamu bisa kan?" Tanya Ayse yang sedikit ragu melihat kondisi pria di sampingnya.
Perlahan pria tersebut menggerakkan kakinya membantu Ayse jalan. Mereka harus menjauh dari sini agar bisa selamat.
Keduanya dengan tertatih tatih masuk ke dalam hutan yang gelapnya tidak perlu untuk menajamkan penglihatan.
Meski gelap tidak terlihat apapun di depannya. Ayse tetap menerobos masuk ke dalam hutan tersebut. Dengan harapan, tidak ada binatang apapun yang mereka jumpai.
"Apa ini sudah lumayan jauh hhhuhhhh?" Tanya Ayse lebih ke untuk dirinya sendiri. Sebelum Ayse menoleh melihat ke belakang. Ke semua mobil tadi, dimana sudah sampai di sana. Dan terlihat beberapa pria turun dari mobil dengan terburu buru dan melihat lihat mobil yang terbakar.
Jarak posisi mereka sekarang dengan jalan sekitar 10 meter lebih. Jadi, sudah termasuk aman untuk mereka berhenti sebentar, mengambil nafas. Terlebih lebih untuk Ayse.
"Oh!" Suara terkejut Ayse saat menahan tubuh pria tersebut yang mau jatuh ke bawah.
"Tidak bisa, kamu harus kuat. Kita tidak boleh di sini. Mereka tentu akan mencari kita sekitar sini. Sedikit lagi kita harus masuk ke dalam, kamu bisakan?" Tanya Ayse ragu.
Ayse kembali menoleh melihat ke belakang. Sebelum kembali melangkah perlahan masuk ke dalam hutan.
Hutan atau pengunungan sekitar sini. Sungguh Ayse tidak pernah melihat atau mengenali kawasan ini. Karna ia juga tamu tiba tiba di sini.
Karna itu, Ayse dan pria tersebut. Tidak tahu bahwa di depan mereka berdua sekarang, ada turunan. Sehingga...
Dhukh...
"Oh! Akhhh..." Suara pekikan terkejut Ayse saat pria di sampingnya terjatuh dan Ayse pun ikut nimbrung.
Keduanya berguling ke bawah hingga beberapa meter dari tempat tadi. Dan entah sejak kapan, satu tangan pria tersebut berada di belakang kepala Ayse. Terlihat sangat melindungi kepala Ayse dari benturan batu di sana.
Bhukhhh...
"Eughhhh..." Lenguh kesakitan pria tersebut saat punggung nya tertabrak batang pohon yang cukup besar. Yang seketika membuat keduanya berhenti terguling ke bawah.
"Hhuhhh... Kamu baik baik saja?" Tanya Ayse panik sembari meraba kondisi tubuh pria di sampingnya. Namun, hanya beberapa detik.
Sebelum kemudian Ayse tersadar akan keberadaan nya sekarang, berada di atas tubuh pria. Ayse dengan cepat melompat turun dari atas tubuh pria tersebut dan duduk menumpu lutut di sana.
"Maafkan aku, kamu tadi jatuh tiba tiba. Jadi... Ku harap kamu baik baik saja... Kamu baik baik saja? " Tanya Ayse panik sekaligus memastikan. Tidak mungkin baik baik saja bukan. Kepalanya berdarah, kondisi nya lemah dan tadi mereka berguling ke bawah lalu,
Ayse menghela nafas.
Tadi sepertinya punggung dia menabrak sesuatu.
Ayse berusaha mendongak ke atas. Hanya mengandalkan penglihatan mata di kegelapan. Ayse menemukan kalau mereka berada di bawah pohon.
"Kamu beneran baik baik saja kan? Tolong bertahan lah sebentar lagi. Setelah mereka pergi, aku akan cari bantuan dan kamu bisa di di bawa ke rumah sakit segera. Kamu akan segera mendapatkan perawatan, kamu tidak akan kesakitan lagi, kam... mmm," Ocehan Ayse terhenti karna pria tersebut, Xander Reagan balian mencium Ayse.
Kedua mata Ayse melotot lebar, mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments