Ayse berjalan mendekat ke arah Reagan. Dengan kedua matanya menatap tajam Reagan di atas ranjang rawat. Seandainya kedua mata Ayse mempunyai sinar laser. Sungguh tubuh Reagan sekarang sudah tercabik cabik hingga beberapa bagian.
Tuk
Ayse melempar asal handphone di tangannya ke pangkuan Reagan. Bukan memberi dengan sopan ke tangan Reagan, yang sedari tadi sudah menunggu.
Reagan melihat ke pangkuan nya, dengan tangannya masih menggantung di udara. Lalu beralih melihat Ayse, yang berdiri di sisi ranjang dengan posisi keduanya berhadapan.
Keduanya saling menatap dengan tatapan yang berbeda.
Hanzel yang melihat itu ikut panik. Ia melihat Reagan lalu melihat Ayse. Hanzel mau membuka suara untuk membela Ayse. Tapi lebih baik dia diam dulu dan menyaksikan.
Sina yang juga berada di sana. Ikut menyaksikan kejadian menegangkan tadi. Tapi Sina bersikap santai, karna jika ia jadi Ayse. Ia akan melempar handphone itu ke wajah pemiliknya. Bersyukur lah kalau itu Ayse,
Sina memilih melihat ke arah lain. Mengabaikan dua manusia yang sedang beradu tatap. Sina diam diam melihat memperhatikan Hanzel sekretaris Reagan.
'Sayang sekali dia sudah punya istri...' Sina menghela nafas.
Jika Ayse menatap geram dan menantang Reagan. Namun beda dengan Reagan, dia hanya menatap lembut dan juga mengingat kejadian tadi malam.
Reagan memutuskan pandangan yang pertama. Ia memilih melihat kondisi handphone nya. Meraih handphone nya, melihat ke adaan depan dan belakang handphone di tangannya. Detik kemudian Reagan kembali melihat Ayse, wanita di depannya. Yang masih melihat menatapnya. tapi kali ini beda, wanita ini melihat ke adaannya.
Hanzel yang dari tadi menjadi penonton. Terkejut melihat sikap atasannya. Atasannya, tidak pernah bersikap lembut kepada siapapun lebih lebih ke wanita. Melainkan pria ini akan marah dan langsung mengusir orang tersebut jika bersikap kurang aja.
Ayse berdiri di sana sebentar tidak langsung berbalik dan keluar. Hanya untuk melihat dan memastikan sendiri dengan kedua matanya ke adaan pria di hadapannya. Kalau dia baik baik saja,
Ayse mau membuka suara mau bertanya ke adaan Reagan tapi ucapan Reagan sukses membuat Ayse terkejut dan kebingungan.
"Satu lagi," minta nya dengan tangannya masih di udara. Dan tidak peduli tatapan keinginan tahuan wanita di depannya.
Ayse melihat tangan Reagan lalu beralih melihat ke Reagan bingung.
"Satu lagi? Apa maksudnya? Aku hanya mengambil..." ucapan Ayse terhenti saat dirinya baru ingat. Kalau ternyata ada dua handphone pria ini padanya.
Reagan melihat menatap Ayse. Menunggu handphone nya satu lagi.
Ayse mencoba mencari di semua kantung celana jeans nya. Ah ya, Ayse menggunakan celana jeans warna biru muda, baju rajut lengan panjang warna coklat dan leher berkerah.
Ayse mengerjap ngerjap saat tidak menemukan benda yang di maksud Reagan.
"Apa maksudnya satu lagi? Ada dua handphone dia padamu?" tanya Sina yang sudah berdiri di samping Ayse.
Ayse melihat Sina dan mengangguk mengiyakan.
Sina melihat tanpa menyentuh ke setiap kantung celana jeans Ayse.
"Apa ada di jaket mu?" tanya Sina melihat Ayse kembali.
Keduanya saling melihat.
"Biar aku yang lihat," tawar Sina lalu segera melangkah keluar dari ruangan tersebut. Tanpa jawaban Ayse,
Ayse melihat punggung Sina yang berlalu di hadapan nya di telan oleh balik tembok putih. Ayse kembali melihat Reagan dan dirinya sedikit tersentak saat melihat tatapan Reagan padanya. Yang tentu saja tatapan pertanyaan di mana handphone ku.
Ayse menghela nafas.
"Teman ku sedang mencari di jaket ku. Tunggu sebentar," ucap Ayse gugup.
"Euhmmm... Kalau begitu. Nona mau minum apa?" itu adalah suara Hanzel memecah keheningan yang sedikit terjadi.
Ayse sontak melihat ke arah pria yang berada tepat di hadapan nya. Namun sedikit jauh beberapa langkah.
"Ku rasa tidak perlu," jawab Ayse sopan. Soalnya kami akan langsung balik begitu handphone satu lagi di kembalikan.
Hanzel melihat atasannya menunggu perintah.
"Pergilah, ambil apapun minuman dan bawa ke mari." perintah Reagan tanpa membuang tatapannya melihat Ayse.
Di pikiran Reagan adalah wanita ini yang sudah menyelamatkan nya.
"Kalau begitu saya permisi Tuan. Saya akan segera kembali," ucap Hanzel lalu berlalu dari sana.
Ayse melihat Reagan lalu melihat ke Hanzel.
"Aku rasa sungguh tidak perlu," ucap Ayse ke Reagan untuk membatalkan apa yang dia perintahkan ke bawahan nya.
"Sekarang tinggal berdua. Mau tanya apa?" Ucap Reagan dingin dan datar.
Ayse melebarkan kedua matanya sejenak melihat Reagan lalu dengan cepat menyadarkan dirinya.
Kenapa ini seperti orang pacaran ya. Di tinggal berdua,
"Bagaimana ke adaan mu?"
"Seperti yang terlihat," jawab cepat Reagan tanpa bersusah payah berpikir mau jawab seperti apa.
Ayse melihat ke kepala Reagan yang terbalut perban.
"Itu... Kepalamu..." Ayse menunjuk ke kepalanya sendiri dan menggantung kalimatnya.
Reagan menarik nafas sebelum menjawab.
"Sedikit luka tidak parah, tidak ada yang serius."
"Ah... Soalnya kamu banyak mengeluarkan darah," ucap Ayse yang masih gugup.
Reagan lagi lagi menarik nafas.
"Apa semua sudah?" tanya Reagan melihat Ayse.
Ayse yang ikut melihat Reagan lalu beralih melihat ke kaki Reagan.
"Ku rasa kaki mu terkilir, ah tunggu..." suara Ayse yang sedikit antusias mau bertanya sesuatu.
"Itu..." Ayse menunjuk ke punggung dirinya sendiri.
Reagan yang tidak bisa menoleh ke belakang untuk melihat punggung nya. Melihat menatap Ayse tidak mengerti.
"Punggung mu terkena pohon besar saat kamu jatuh berguling ke bawah. Apa baik baik saja? Tidak ada yang patah?" tanya Ayse khawatir menatap Reagan.
Karna ia ingat betul bagaimana suara punggung pria ini saat menabrak pohon.
Reagan samar samar bisa mengingat kejadian itu dan itu, sangat menyakitkan.
"Ku rasa baik baik saja. Aku lupa menanyakan itu," jawab Reagan sembari berpikir. Berpikir dirinya lupa menanyakan perihal punggung nya ke para dokter yang menangani nya.
"Oh begitu," Paham Ayse.
Ayse beralih melihat Reagan kembali dan kali ini tatapan keduanya bertemu.
"Kamu tidak menanyakan kenapa leher ku ada ini?" tanya Reagan melihat menatap Ayse.
Kedua mata Ayse sontak saja membulat lebar. Ayse buru buru melihat ke arah lain lalu melangkah sedikit menjauh dari posisi tadi.
"Aku tidak tahu. Sepertinya akibat benturan keras mobilmu sendiri," jawab asal Ayse tanpa melihat Reagan.
Ayse melihat ke arah di mana Sina menghilang tadi. Kenapa Sina belum balik balik sih. Apa mencari handphone di jaket butuh waktu lama.
Saat Sina sedang mencari handphone milik Reagan. Membolak balikkan jaket tersebut karna terdapat kantong nya luar dan dalam jaket. Jadi butuh waktu lama bagi Sina. Namun, pekerjaan nya terhenti saat melihat kehadiran Hanzel di sana.
Keduanya saling bertatapan sebelum Sina kembali mencari handphone Reagan.
"Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi," itu adalah suara Hanzel, yang menatap Sina dengan tatapan sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments