" terimakasih sudah mengijinkan ku datang berkunjung, aku harap istri mu suka dengan hadiah yang aku bawa." Ujar Aksa berseri - seri.
Pada akhirnya aku tidak bisa menolak kunjungan Aksa, bagaimana pun dia sudah berniat baik untuk mengunjungi ku untuk menggantikan absen nya dia pada saat upacara pernikahan, meskipun aku merasa tak masalah karena pernikahan ini pun bukan pernikahan asli.
Bahkan setelah dia mendengar Elea tengah sakit, dengan sangat perhatian dia membelikan sekotak kue dan juga sebuket bunga sebagai hadiah yang bahkan aku sendiri pun belum pernah melakukan nya untuk dia.
" Kenapa kamu membeli bunga, itu berlebihan !" Tegur ku, Aksa dengan santai nya tertawa meledek ku.
" Sudah aku duga, kau masih pria yang kaku, aku kasian sama istri mu dia harus banyak bersabar dengan ketidak peka an mu itu !" Ejek nya dengan tawa riang yang masih dia lakukan hingga membuat seisi mobil terasa pengap.
Aku melirik bunga mawar berwarna oranye yang di simpan di bangku belakang melalui kaca spion di depan .
Benar yang di bilang Aksa aku memang bukan pria yang romantis, aku tidak pernah memberi bunga atau coklat kepada siapapun, termasuk Elea yang pada dasar nya aku tidak akan pernah melakukan nya karena aku tidak menyukainya.
" Tapi, aku jadi kepo gimana cara kamu ngajak dia nikah, karena yang aku tahu kamu pacaran pun tidak pernah." Tanya nya polos, aku bisa berbohong dengan lancar di hadapan orang lain, tapi di hadapan Aksa aku langsung kehilangan kemampuan ku itu.
Aku terdiam untuk beberapa saat, lalu menghela nafas dalam-dalam sebelum akhirnya hanya memberinya senyuman kaku sebagai jawaban nya.
" Dasar lo !!" Aksa meninju lengan atas ku pelan sebagai gurauan yang pada akhirnya mengundang tawa kami berdua.
Beberapa saat kemudian kami berdua sampai di rumah ku, dia sibuk dengan bawaan nya begitu pun dengan ku dua kantong belanjaan dengan nyaman aku jinjing.
" Ceklek !!" Suara pintu terbuka, aku pun mempersilahkan Aksa masuk setelah aku masuk lebih dulu.
" Duduk aja dulu, aku mau ke dapur dulu." Ujar ku langsung berjalan ke arah dapur, saat tiba di sana aku terkesiap kaget karena Elea tengah berdiri dengan sebuah gelas di tangan nya mengenakan gaun putih di bawah lutut tanpa lengan.
" Ya ampun ! Kau mengagetkan ku !" tegur ku sedikit berteriak, Elea hanya melirik ku sekejap setelah itu dia kembali meneguk air di dalam gelas yang berada dalam genggaman nya.
" Kau sudah baikan -" ucapan ku terhenti ketika Aksa datang.
" Ada apa ?" Tanya nya, suara nya tiba-tiba tertahan saat dia melihat Elea berdiri tak jauh dari nya.
Seperti tengah melihat hantu, kedua mata Elea terbelalak lebar sesaat setelah melihat kehadiran Aksa, sampai gelas di tangan nya lepas dari genggaman nya.
" Awas !!" Teriak ku dan Aksa bersamaan, saat pecahan gelas berserakan di hadapannya.
" Kau tidak apa apa ?" Ucap ku dan Aksa bersamaan lagi sambil melangkah menghampiri Elea yang nampak membeku di tempatnya.
Dia terus menatap aneh ke arah Aksa yang sudah berada di hadapan nya.
" Sebaik nya kamu istirahat dulu lagi." Aku meraih lengan nya lembut yang membuat dia akhirnya memalingkan pandangan nya terhadap Aksa yang semakin terlihat khawatir.
Aku menuntun Elea pergi dari dapur, sempat dia mendongak ke belakang dimana Aksa masih berdiri di sana sambil menatap sedih kami berdua.
" Kenapa dia ada disini ?" Tanya Elea pelan dengan suara nya yang masih serak.
" Kamu mengenal nya ?" Tanya ku balik, entah kenapa aku merasa kalau mereka saling kenal satu sama lain.
" Dia teman mu kan." Jawab nya, semua orang juga sudah tahu kalau Aksa adalah teman ku, tapi bagaimana bisa dia bereaksi berlebihan seperti tadi, harus nya dia memaklumi saat seorang teman datang berkunjung.
Setelah mengantar Elea ke kamar nya aku kembali ke dapur, rupanya Aksa dengan mandirinya tengah membersihkan kekacauan yang terjadi tadi.
Dia tengah menyapu pecahan gelas yang berserakan di lantai.
" Apa yang kau lakukan ? Kau tidak perlu melakukannya ." Tegur ku.
" Gak apa apa, kamu pasti lelah karena harus mengurus istri mu yang sedang sakit itu." Ujar nya terdengar bersimpati.
Entah kenapa aku merasa perkataan Aksa itu menunjukan sarkasme, padahal mungkin dia memang tulus dan aku nya yang terlalu sensitif karena telah membohonginya.
*.·:·.✧.·:·.*
Setelah membereskan semua nya, aku mengajak Aksa untuk merokok dan minum wine di ruang depan, dia mengiyakan dengan semangat tapi tidak dengan sorot mata nya yang terlihat sendu.
Seperti tengah memikirkan sesuatu terkadang saat aku tengah bicara dia tidak mendengarkan dan malah melamun tanpa di sadari nya sendiri.
" Apa ada masalah ?" Tanya ku serius.
" Hah ? Kenapa ?" Aksa lagi lagi tidak fokus dengan apa yang aku katakan, kini suasana antara kami jadi terasa canggung, karena aku dan dia sepertinya sama sama sedang menyembunyikan rahasia.
Wine dalam gelas nya masih tersisa banyak, tapi tiba-tiba dia berpamitan pulang, meski ingin menahan nya untuk beberapa waktu lagi tapi sepertinya dia tengah terburu buru jadi aku mempersiapkan nya untuk pergi.
Setelah Aksa pergi, aku melihat bunga dan sekotak cokelat yang belum sempat dia berikan kepada Elea, inisiatif ku tiba-tiba muncul, aku meraih kedua benda itu berniat untuk memberikan nya kepada Elea.
Dengan langkah mantap aku segera berjalan ke arah kamar Elea, namun sesaat sebelum aku hendak mengetuk pintu, aku mendengar dia tengah berbicara dengan seseorang di telepon.
Cara bicara nya sangat asing bagiku, walau agak samar tapi aku bisa mendengar kalau dia tengah berbicara dengan suara lembut dan sopan.
Aku yakin yang menelpon nya adalah seorang pria yang sering dia temui, harus nya aku tadi tidak punya inisiatif untuk mengantarkan hadiah pemberian Aksa ini untuk nya, kalau begitu aku tidak harus mendengar nya berbicara romantis dengan pria lain.
Aku mencoba untuk tidak peduli tapi kenapa aku kesal seperti ini. Setelah kembali meletakan bunga dan coklat tadi, aku menjatuhkan badan ke atas sofa, untuk meregang kan tulang punggung ku yang terasa pegal.
Tapi semakin di pikir kenapa semakin membuat ku kesal saat mendengar dia berbicara dengan nada lembut kepada orang lain, tiba-tiba kepalaku terasa sakit aku kembali bangkit lalu duduk dengan tegak setelah itu aku meraih gelas bekas Aksa yang masih terisi dengan wine dan langsung meneguk nya sampai habis.
Dan entah sudah berapa banyak aku minum, karena sekarang kesadaran ku mulai berkurang pandangan ku terasa buram dan pijakan ku mulai goyah, aku tidak ingat kapan aku menuang kembali wine ke dalam gelas sampai membuat aku semabuk ini.
*.·:·.✧.·:·.*
Hari ini adalah hari libur ku, seperti rutinitas ku saat libur, hari ini aku berencana untuk berolahraga meski hanya di rumah.
Ada ruangan yang sengaja aku desain khusus untuk jadi ruangan gym.
Sedang asyik berolahraga, suara seseorang membunyikan bel rumah mengganggu ku.
" Ah, siapa pagi pagi begini ?" Aku mematikan treadmill dan pergi ke arah pintu untuk memeriksa nya, dengan hanya menggunakan singlet dan celana pendek dan juga keringat yang belum sempat aku seka.
Aku melihat seorang wanita berdiri di depan pintu dengan wajah sinis dan raut wajah yang sedang marah.
Wanita itu adalah Bu Vera, ibu nya Elea. Aku pun membukakan pintu untuk nya.
" Dimana anak kurang ajar itu ?!" Tanya nya langsung dengan nada marah, lalu dia nyerobot masuk ke dalam rumah.
" Dimana dia ?!!" Tanya nya lagi dengan suara lantang.
" Elea mungkin masih tid-" belum sempat menyelesaikan ucapan ku, Elea keluar dari kamar nya dengan sudah berdandan rapih.
" Lihat anak sialan ini, mau kemana kamu ?!!" Ujar bu Vera mencela Elea, aku syok mendengar dia mengumpat kepada anak nya sendiri.
" Aku hanya ingin pergi mengunjungi kakek ." jawab Elea datar dan terkesan sedang memprovokasi.
Suasana tiba-tiba berubah jadi menegang kan, ibu dan anak itu saling menatap tajam sepertinya akan terjadi pertarungan sengit di antara mereka.
" Kau mau mengadu domba ibu mu dan kakek mu ?" Tegas bu Vera.
" Ibu ? Sejak kapan aku jadi anak mu ?" Balas Elea lebih santai namun tetap terdengar seperti ejekan.
" Berikan bukti itu, kalau kau masih ingin hidup !!"
" Ya ampun sepertinya aku akan segera mati karena aku sudah mengirimkan nya sama kakek ." ujar Elea enteng sambil menyeringai.
Meski kesehatan nya belum sepenuh nya pulih tapi dia bisa terlihat tegas dan tidak ada takut nya di hadapan sang ibu yang terus mencoba memprovokasi nya.
Dengan langkah cepat bu Vera mendekati Elea dan " plakk " lagi lagi tamparan keras mendarat di pipi nya Elea, sial nya dia kecolongan lagi bahkan lebih keras dari sebelum nya, saking keras nya sampai membuat hidung nya berdarah kali ini.
Elea menyeka darah dari hidung nya lalu dia tertawa.
" Kau pikir aku takut pada mu,hah ? Sekarang aku bukan anak kecil lagi yang hanya bisa menangis, kalian tidak sadar kalau sekarang aku tidak bisa di anggap lemah ! sekarang aku bisa melawan dan menghancurkan kalian berdua !!" tegas Elea dan dengan berani menjambak rambut ibu nya.
Lalu bu vera membalas menjambak rambut Elea, ibu dan anak itu benar benar mirip sama sama keras kepala dan angkuh.
Sementara aku yang berdiri di dekat mereka cukup terkejut karena mereka sama sama sengit nya.
" Hei, lepaskan ! Apa yang kalian lakukan !" Aku mencoba merelai pertengkaran ibu dan anak itu.
" Harus nya aku membunuh mu sejak kau masih segumpal darah dasar anak sialan !!" Teriak Bu Vera memaki Elea.
" Lalu kenapa kau tidak melakukan nya sejak dulu ! Dari pada membiarkan nya hidup tapi kau tidak menganggap nya ada !!" Balas Elea sama lantang nya.
Karena kondisi sudah tidak bisa di tangani sendiri aku menelpon petugas keamanan untuk membantu merelai mereka berdua sebelum jatuh nya korban.
" Hentikan, kalian berdua ibu dan anak tidak boleh begini !" Aku yang berada di tengah-tengah mencoba manahan mereka berdua agar tidak saling beradu fisik lagi.
Meski begitu mereka terus saling berbalas cacian dan makian, membuat ku hampir kena serangan jantung karena harus mendengar ucapan kasar yang mereka ucap kan dengan sangat lantang.
Hingga beberapa saat kemudian petugas keamanan datang, aku berlari cepat menuju ke pintu untuk membukakan nya.
Dalam selang waktu beberapa detik itu, Elea dan bu Vera sudah kembali saling serang lagi.
Aku dan petugas keamanan langsung sigap memisah kan mereka, sayang nya Elea harus mendapatkan luka cakaran yang bu vera lakukan di lengan nya, itu jadi kekalahan lain untuk nya.
Tak di sangka memisah kan keributan seperti ini lebih menguras tenaga dari pada olahraga.
" apa yang kau lakukan ! Membuat ku malu saja !" Omel ku ke Elea.
" Lihat, tangan dan hidung mu jadi berdarah !"
" Dia yang memulai, dia menyebalkan sekali !!" Teriak Elea membela diri.
" Kau juga menyebalkan sama seperti dia," ucap ku masih terengah sambil melihat ke arah Elea dengan rasa jengkel.
" Ayo obati dulu luka mu, setelah itu kau harus menjawab beberapa pertanyan ku !" aku menarik lengan nya dan membuat dia duduk di kursi yang lebih tinggi.
" Lepaskan ! Aku bisa melakukan nya sendiri !" Elea mencoba melepaskan pegangan ku, aku langsung menatap nya tajam dan dingin membuat Elea seketika menciut.
Dia pun pasrah saat aku menyuruh nya duduk dengan tenang.
" Aaah sakit, pelan pelan !" Protes Elea saat aku memberi antibiotik ke luka di tangan nya.
" Diam ! Jangan cengeng !" Tegur ku dengan wajah serius.
Wajah nya yang masih pucat kini berwarna kemerahan dengan bagian pipi kirinya yang berwarna lebih tua.
Dari bibir dalam nya pun keluar darah, aku dengan santai menempelkan jari ku di sana dengan sedikit menekan nya.
" Aku bisa melakukan nya sendiri ," Elea menahan lengan ku.
" Kau tidak akan melakukan apapun kalau aku tidak melakukan nya." aku menepis lengan Elea dan kembali menyeka darah dari bibir nya.
Setelah itu aku memberi kompresan es batu untuk pipi nya.
" Pegang ini !"
" Apa kau seorang jagoan ? Kamu belum sembuh sudah mau beradu tinju kau mau masuk rumah sakit lagi ?" Aku terus mengomel karena kesal dengan sikap kekanakan nya tadi.
" kalau saja kau tidak mencegah ku aku akan melempar nya dengan pas bunga biar dia tahu rasa !" jawab nya cepat, aku menghela nafas mendengar jawaban nya itu.
Aku memandangi nya dengan seksama dalam jarak sangat dekat tepat saat itu mata kami bertemu hanya seperkian detik Elea langsung memalingkan pandangan nya, lalu aku menyentuh kening nya untuk memeriksa suhu tubuh nya.
" Badan kamu masih sedikit panas, mau ku panggil kan dokter lagi ?" Tawar ku.
" Gak usah, aku akan mengurus diri ku sendiri !" Elea hendak turun dari kursi yang cukup tinggi itu, tapi aku menahan nya.
" Aku belum selesai bicara ."
" Apa yang kau lakukan ! Jauhkan wajah mu dari wajah ku !" Protes nya.
" Dengar kan aku dulu, baru aku akan melepas kan mu ." Elea langsung diam dan mulai berani menatap ku dengan benar.
" Kau tanggung jawab ku sekarang, jadi apapun yang kamu lakukan akan membawa nama ku juga, jadi aku akan mengawasi mu terus ." ucap ku serius.
" Sudah aku bilang-"
" Jangan membantah ku ! " Potong ku sebelum Elea bersikeras dengan kemauan nya lagi.
Elea menatap ku dengan serius dengan jarak pandangan yang sangat dekat .
" Kenapa aku jadi tanggung jawab mu sekarang ? Bukan nya kau tidak peduli bahkan tidak mau peduli dengan apa pun yang aku lakukan ?" Ucap nya.
" Hanya sampai kontrak ini berakhir, ok ! Aku minta kerja sama nya untuk tidak bertingkah sembrono, aku mau saat kita berpisah tidak ada rumor buruk tentang kelakuan impulsif mu ." Tegas ku, Elea seketika menyeringai tipis seolah sedang mengejekku.
" Rupanya kau sedang melindungi reputasi mu bukan ingin benar benar menjaga ku, aku hampir lupa kalau kau pria yang sangat ambisius ," Elea mendorong dada ku untuk enyah dari hadapan nya.
Aku bertolak pinggang sambil menghela nafas kasar, lalu tiba-tiba kepala ku terasa pening.
Hubungan kami berdua makin kesini lebih seperti air dan minyak, sama sama keras kepala dan tidak bisa akur.
Tapi sampai detik ini aku masih tidak tahu kenapa Elea masih bersi keras tidak mau bercerai meski dia merasa tidak nyaman dengan sikap ku dan perlakuan ku.
Apa ada hal yang tengah dia dan pak Genta rencana kan sehingga pernikahan ini di setting benar benar harus 2 tahun ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ketawang
masih jadi misteriii🤔
2024-06-02
1