Matahari rupanya sudah menyingsing di seberang jendela kamar ku, cahaya nya yang menyelinap masuk melalui celah tirai menyilaukan mata ku yang belum terbuka sama sekali.
Dengan perasaan enggan aku menggeliat kan tubuh ku karena suara telepon dari manejer ku yang terus berbunyi, saat nyawa ku sudah terkumpul full aku mendengar suara berisik dari arah dapur.
Aku penasaran dengan bunyi itu, aku pun mencoba memeriksa nya. Saat aku sampai di depan dapur aku mendapati kondisi dapur yang berantakan dan mendapati Elea tengah sibuk memasak.
Masakan nya cukup banyak dan aku akui aroma dan penampakan dari hasil masakan nya terlihat enak, tapi aku tidak berselera untuk makan.
" Apa yang sedang kau lakukan ? Aku tidak akan memakan nya" ucap ku tanpa ekspresi, tapi Elea tidak menghiraukan keberadaan ku dan tetap fokus dengan kegiatan nya.
" Kita bukan pasangan sungguhan, kenapa kau melakukan semua ini ? Apa sekarang kau juga mau menggoda ku ?" Tuduh ku.
Tapi Elea masih tidak menggubris keberadaan ku dan tetap diam dengan acuh tak acuh.
Karena dia begitu, aku jadi kesal aku mengambil sebuah mangkok yang si dalam nya terdapat makanan lalu melempar kan nya sampai menimbulkan suara yang nyaring dan pecahan kaca beserta isinya pun berserakan di lantai.
Meski sempat tersentak kaget tapi Elea masih menatap ku dengan acuh tak acuh malah membuat ku semakin kesal.
Saat dia hendak berjongkok untuk memungut pecahan kaca yang berserakan dengan kasar aku meraih lengan nya dan menarik nya ke hadapan ku.
" Aww!" Erang nya.
" Kau tahu Kamu dan keluarga mu telah merendah kan harga diri ku! jadi kau harus tahu diri dengan sikap mu ! melihat wajah mu seperti ini setiap hari sudah cukup membuat ku tertekan dan muak kau tahu itu !" ungkap ku lantang.
Elea kini menatap ku sesaat setelah aku berucap dengan mata tak kalah tajam nya dan nafas yang terengah.
" Lepaskan aku ! Kau bilang-"
" Tapi menurut mu dan keluarga mu karir mu lah yang paling penting, tidak peduli apapun yang penting nama mu bisa kembali naik meski mengorban kan harga diri mu, ya kan ? Lihat lah diri mu sangat rendah sekarang, apa kau sadar itu ?" ucapan nya terpotong oleh ku yang masih belum selesai meluap kan kekesalan ku.
Sampai membuat Elea terdiam mematung, mata nya yang tajam itu perlahan berair dan nampak sudah kehilangan kata-kata nya.
Aku mulai melangkah perlahan mendekati Elea dan memojokan nya ke tembok, dengan sorot mata yang mengintimidasi nya.
" Sadar lah, karir mu telah hancur, waktu bersinar mu telah habis berhenti lah memanipulasi orang semua orang sudah tidak ingin melihat mu lagi, kau hanya akan memperburuk keadaan ."
Ku lihat mata dan bibir nya bergetar, seakan mau menjawab ku tapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari nya.
Melihat nya mulai ketakutan, aku malah semakin ingin mengintimidasi sampai dia menangis di hadapan ku.
Aku pun mencengkram kedua pipinya dengan satu tangan ku sampai membuat dia mengernyit kan kening nya tangan nya berusaha keras untuk melepaskan cengkraman ku yang kuat.
Tapi aku keburu tersadar bahwa tindakan ku hampir kelewat batas, akhir nya aku melepaska nya dengan sedikit mendorong nya.
Elea berhasil menyeimbangkan kaki nya sehingga dia tidak terjatuh.
" Jangan GR kamu, aku memasak untuk diri ku sendiri, aku tahu kalau apa yang aku lakukan ini rendahan tapi -" ucapan nya terhenti dengan nafas yang terengah.
Aku menunggu nya untuk melanjut kan ucapan nya.
" Sudah lah, terus lah membenci ku jika itu membuat mu puas dan sedikit lebih baik." ucap nya pada akhir nya sambil membalikkan badan nya.
" Oh iyah, aku harap kamu tidak lupa dengan ucapan mu semalam soal tetap tenang dan jangan saling bicara ." tukas nya.
Aku berdecak pelan, dengan mata acuh tak acu masih mengarah ke arah nya yang kembali berjongkok dan membereskan kekacauan yang aku buat.
" Aduh !" Teriak nya pelan, darah segar terlihat menetes di lantai, aku hanya menonton nya tanpa menghiraukan nya.
Setelah di perhatikan aku menyukai keadaan saat ini, adegan Elea tengah berjongkok di hadapan ku seolah dia sedang memohon membuat ku menyeringai puas.
" Harus nya aku membuat kakek mu berlutut seperti ini ." Elea seketika menatap ku kembali dengan dingin.
Darah yang terus keluar dari jari nya nampak tidak mau dia hirau kan, aku yakin sekarang ini dia ingin menampar ku atau bahkan melempar ku dengan sesuatu.
Tapi yang terjadi hanya kekesalan yang tertahan, dia menggertakan giginya dengan tangan terkepal.
Kalau saja bunyi telepon tidak mengganggu ku aku yakin aku sudah membuat dia menangis sekarang, tapi untung nya sebuah panggilan menghentikan ku dan Elea tidak jadi menangis.
***
Hari ini aku akan melakukan sebuah syuting iklan, setiba nya di lokasi syuting semua orang memberi ku selamat atas pernikahan ku dan aku terpaksa untuk tersenyum meski terlihat getir.
" Membuat mood ku rusak saja," gerutu ku dalam benak.
Setelah beberapa saat, syuting untuk iklan terbaru ku selesai, lalu menejerku datang menghampiri ku untuk memberitahu ku bahwa aku ada jadwal untuk acara bincang-bincang bersama Elea, rupanya efek dari pernikahan settingan kami mulai timbul.
Orang-orang jadi ingin lebih tahu perihal hubungan ku dengan Elea, terlebih aku yang sering merahasiakan hubungan asmara ku tiba-tiba menikah membuat semua orang penasaran.
itu lah langkah pertama yang akan jadi batu loncatan untuk Elea mengembalikan nama nya ke panggung hiburan ini.
" Apaan males banget, itu urusan pribadiku kenapa harus di bahas dalam acara gosip murahan seperti itu." protes ku karena enggan sekali melakukan kemesraan yang palsu ini kepada khalayak umum.
" Tapi ini permintaan dari pak Genta," ujar menejerku.
Tentu saja pasti ini adalah salah satu taktik yang telah di rancang oleh pak Genta guna menaikan lagi nama cucu kesayangan nya itu.
Lagi dan lagi aku tidak bisa menolak permintaan pak Genta, ini sangat menyebal kan karena aku merasa kini sedang dalam kendali orang lain.
Jam menunjukan pukul 5 sore, dan acara bincang-bincang itu akan di mulai pukul 6, aku di suruh untuk menjemput Elea di rumah, supaya kesan nya aku ini suami yang perhatian.
Namun pada kenyataan nya aku selalu ingin uring uringan saat harus bertatap muka dengan Elea.
Saat aku tiba, tentu saja Elea sudah bersiap dengan penampilan nya yang rapih nan elegan karena dia pasti sudah di beri tahu terlebih dulu.
Sepertinya Elea juga tengah menunggu kedatangan ku karena saat aku datang dia langsung bersiap untuk pergi.
Tanpa melirik ku Elea berjalan santai melewati ku saat kami berremu di depan pintu.
" Hei ," panggil ku, Elea menoleh hanya dengan kepalanya yang menengok sedikit dan melihat ku dengan ujung matanya saja.
" Bersiap lah kita akan berakting sekarang, tunjukan bakat mu yang luar biasa itu ." aku berjalan melewati Elea yang langkah nya terhenti tadi.
Kami berdua berjalan tanpa beriringan, dengan aku berjalan di depan nya.
Aku masuk ke dalam lift duluan, aku tidak menyadari langkah ku begitu cepat karena saat aku membalikan badan, Elea tertinggal cukup jauh.
Sampai membutuhkan beberapa waktu untuk dia bisa sampai ke dalam lift sebelum pintu lift tertutup.
aku berinisiatif untuk menahan pintu lift untuk nya, bukan karena ingin tapi lebih ke terpaksa agar aku tidak harus menunggunya lagi.
" Lelet sekali ," tegur ku.
" langkah Kaki mu yang terlalu cepat ," jawab nya singkat, setelah itu suasana jadi hening hanya ada aku dan dia di dalam lift itu.
Aku sangat merasa canggung sekarang, tapi saat itu bisa bisa nya aku malah gagal fokus dengan penampilan nya. bentuk dan lekuk tubuh Elea yang indah saat aku lihat nya dari arah belakang, rambut hitam nya yang terurai dengan sebuah pita mengikat sebagian rambut nya di belakang kepalanya.
Wanginya mendominasi udara si dalam lift itu, membuat ku hampir lupa diri.
bunyi lift menyadar kan ku, aku langsung menyadarkan diri dan meluruskan pandangan ku kembali ke depan.
' Astaga, apa yang aku lakukan 'benak ku lalu aku kembali berjalan mendahului Luna sambil mendelik kan mata dan menaikan salah satu ujung bibir ku.
' Apa yang dia lakukan ? Apa dia ingin menggoda ku dengan penampilan nya itu ? ' gumam ku dalam hati saat aku memarkir kan mobil ku.
Dalam perjalan kami lebih banyak diam, meski sesekali kami saling lirik dan di luar sana mulai turun hujan bersamaan dengan sirna nya sinar matahari.
Melukiskan warna jingga di langit yang kelabu itu, meski terlihat tidak cocok tapi mereka seperti di paksa untuk bersama dan membiar kan warna mereka mencolok secara kasar.
Tapi sinar mentari yang tadinya menjulang lebih tinggi dari awan kelabu itu perlahan merendah dan membuat awan kelabu menjadi lebih berwarna hingga membuat gabungan nya terlihat serasi dan halus.
Sementara perempuan di sebelah ku terus menatap ke arah mereka dengan tangan yang salah satu jarinya terbungkus plester tersimpan rapih di atas paha nya, bulu mata lentik nya terlihat sangat anggun saat dia berkedip dan pantulan warna jingga terlukis indah di bola mata nya yang membulat indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments