"Jangan menatapku begitu, aku tak suka!" Sungut seorang gadis yang numpang tidur di karus Aluna.
Aluna melempar handuk ke gadis itu. "Mandi sana, segarkan diri ayo beraktivitas."
"Enak saja, aku sedang malas." Tolaknya lalu masuk dalam selimut.
"Benar-benar definisi musuh dalam selimut." Geleng kepala lantas ganti baju.
Keluar kamar mandi temannya itu masih bergelung di balik selimut. "Kau tak mau sarapan?"
Tak ada pergerakan, Aluna melompat tepat di atas gundukan manusia yang tertutup selimut. "Awwwwww, buset minggir!"
"Hoshhh, hahhhh engap Aluna!" Teriaknya dengan nafas memburu.
Takut temannya mati kehabisan nafas, Aluna menyibak selimut paksa. "Cepat bangun, jangan malas-malasan di rumah ku!"
"Aku ini tamu, kenapa diperlakukan seperti tak berharga?" Protesnya.
"Kau musuhku, kau selalu kelahi denganku, apa peduliku." Sungut Aluna.
"Tapi aku sudah minta maaf, sudahlah susah memang bicara denganmu, lebih baik numpang sarapan." Ujarnya lantas melenggang ke ruang makan.
"Orang gila tak tahu diri satu itu, benar-benar ya." Geram Aluna.
Pasalnya dia harus membereskan ranjang bekas tidur sendiri. Melihat selimut, merapikan seprei dan menata bantal. Setalah itu mengenakan hijab, menyusul ke meja makan. Hari ini terakhir jadi karyawan pak Joko, saatnya pindah ke toko perhiasan Hanung. Maklum karyawan teladan jadi rebutan para pemilik toko.
Di meja makan sudah lengkap dengan ibunya. Kali ini sang ibu tidak ke kedai karena ayahnya akan melakukan serangkaian cek up rutin bulanan. Ibunya bahkan memperlakukan musuhnya dengan amat baik, melayani dan memberi makan, dan senyuman hangat di pagi hari. Aluna sedikit tak terima, tapi hatinya yang sedang masa perbaikan berkata mungkin hal buruk akan terganti jika kita terus berbuat baik.
"Jadi Eva kenapa kabur dari rumah?" Mawar mulai bertanya karena merasa Eva sudah nyaman dan dekat dengannya.
"Hal sepele, tapi aku berontak Tante, lagian jadi orangtua kok pilih kasih, segala aku di tampar terus." Adu Eva.
"Tak ada orangtua yang seperti itu, kau ini persis sekali Aluna." Mawar teringat masa-masa Aluna urakan seperti Eva.
"Bu jangan samakan aku dengan Eva, dulu meski nakal aku tak sampai kabur dari rumah." Aluna mendengus tak suka.
"Iya-iya maaf, sudah makan lagi." Mawar tahu dia harus berhenti bertanya jika tak ingin anaknya ngambek.
"Eh, kakak beneran bukan teman kak Eva." Karin mencuri kesempatan tanya.
"Bukan!" Timpal Aluna.
"Teman sekelas." Timpal Eva.
"Kita orang asing bahkan di kelas, bisa-bisanya kau mengaku begitu." Aluna mendelik tak percaya.
"Ih seram, sepertinya memang tak berkawan merek Bu. Tapi kok bisa musuhnya di bawa ke rumah segala, aneh kakak itu." Karin tak bisa mencerna pemikiran sang kakak.
Cerita tragis bagi Eva namun lucu di mata Aluna mengharuskan keduanya bertemu dalam kesempatan tak terduga. Kala itu Eva lari dari kejaran beberapa sekawan anak-anak punk, di pojokan sampai ke toko-toko tutup nyaris di serang namun selamat karena Aluna sedang sial dan lewat situ. Jadi penjamin dan bersumpah di atas perbuatan buruk Eva, Aluna malah dibuntuti sampai kedai ibunya. Belum lagi Eva merengek di depan Mawar minta di tampung. Semuanya belum parah karena entah ide darimana sang ibu meminta Aluna tidur dengan Eva. Sejarah mengerikan terukir dalam kisah Aluna.
Hari kemarin, waktu menunjukkan pukul lima sore banyak toko sudah tutup. Orang-orang sibuk berburu angkutan umum dan mengendari sepeda motor untuk pulang. Aluna yang jatah mengepel pulang lebih lama dari biasanya, untungnya sang ibu juga berkata akan pulang sedikit telat karena ada pesanan dadakan oleh pelanggan dalam jumlah seratus porsi. Jadilah Aluna jalan dengan santai, menyusuri toko-toko yang tutup dan mulai sepi. Ide nakal terbesit, mengambil jalan pintas menuju kedai ibunya agar cepat sampai, Aluna memilih menerobos gang sempit dalam pasar.
Brukkkkk
Aluna dikagetkan dengan suara benda yang sengaja dibanting. Merinding takut setan sudah mulai bekerja mengingat ini malam Jum'at. Langkahnya mendadak cepat, dan berakhir di segerombolan anak yang sedang menyerang satu orang anak terpojok.
"Yakkkk, ku kira setan ternyata calon setan. Ngapain disini?" Teriak Aluna lantang.
"Woy mantan teman, tak usah ikut campur sana geser kita mau bantai orang tak sopan satu ini." Ucap dedengkot anak punk sekitar pasar.
"Beuh sadis, coba lihat mana bentukan manusia tak sopan itu?" Aluna melongok ke arah korban atau tersangka itu.
Mata Eva yang bertemu pandang dengan Aluna dan mendengar suaranya dari tadi memohon dengan belas kasih paling tulus. Aluna tertegun, dia merasa iba. Tapi iba bukanlah hal baik, ingat tragedi mendorong motor Eva malah di dorong ke gentong air membuat Aluna sedikit kapok. Berbalik badan, berpura tak tahu juga bukan masalah. Toh baru beberapa hari lalu, Eva membuat ulah mengharuskannya menunda pekerjaan karena piring pecah dan kekacauan di ruang karyawan. Sial sekali baru selang tiga hari harus bertemu lagi.
"Tolong aku." Eva dengan sisa keberanian melepaskan diri dan berhasil meraih tangan Aluna yang hendak meninggalkan keributan.
Aluna menepis tangan itu, dia berbalik dan ingin mengolok, tapi airmata Eva yang lolos begitu berpandangan membuat Aluna goyah. "Jangan sentuh temanku."
"Sejak kapan kau punya teman tak sopan, jangan melindunginya Aluna. Tak ada toleransi, dia menempati tempat nongkrong kita, diusir malah meludahi ku, mengolok kaum kami. Apa pantas diberi maaf?" Murka Ketua geng.
Aluna mendekati Filman, mereka dekat tempo dulu. "Maaf, bisakah kali ini kau membantuku. Lepaskan dia, apa kau tega menyakiti hatiku dengan menyiksanya. Apa tak cukup luka lebam yang diterimanya?"
"Kau harus disiplinkan bedebah satu itu!" Firman masih murka.
"Aku janji dia tak akan seperti itu, aku meminta maaf atas namanya." Aluna berharap hubungan baik mereka dulu bisa menolong Eva.
"Kalau bukan kau yang minta, aku tak perduli penjara atau neraka dia ku siksa sampai bosan." Terdengar ngeri isi kepala Firman.
Rombongan yang Firman meninggal tempat, tapi tetap saja ada yang meludahi Eva, beberapa juga bersorak tak terima. Dua orang malah sempat menggeplak kepala bagian belakang Eva. Eva tak berdaya, langkahnya saja diseret karena kakinya diinjak entah oleh siapa sampai nyeri dirasa. Aluna tak berkata apapun dan pergi meninggalkan Eva. Siapa sangka Eva berhasil menyusulnya sampai kedai dengan langkah tertatih.
"Loh....loh temannya kenapa sayang?" Mawar yang menenteng dua plastik kantong sampah tergopoh mendekati Eva.
"Bukan temanku." Timpal Aluna masuk ke dalam kedai.
Eva meringis nyeri di depan Mawar. "Halo Tante aku Eva teman sekelas Aluna, maaf menyapa dalam kondisi seperti ini."
"Yakk Aluna ini temanmu terluka, coba di tolong dulu." Teriak Mawar lupa menanggapi Eva.
"Malas, buang saja Bu." Teriak Aluna.
"Mulutmu, cepat kemari ibu mau buang sampah dulu." Pinta Mawar.
"Ish, ibu ini dibilang dia bukan teman ku kok ngeyel." Dengus Aluna namun tetap menghampiri ibunya dan Eva.
"Yasudah kau yang buang sampah." Mawar memberikan kantung sampah pada Aluna, Mawar tahu pasti anaknya menolak.
"Mana sini!" Siapa sangka Aluna memilih buang sampah daripada Eva.
"Eee... sepertinya hubungan kalian kurang baik." Tukas Mawar.
"Begitulah Tante, tapi seburuk apapun aku padanya, Aluna tetap menolong ku." Beber Eva.
"Ya Allah, sini masuk kedai biar Tante obati lukamu, kok bisa begini sih." Mawar tak tahu apa yang terjadi yang jelas Eva habis kena pukul.
"Aw...perih Tante." Eva meringis nyeri saat kapas alkohol mengenai kulitnya.
"Kau wanita harus pandai menjaga badan." Mawar seperti melihat Aluna dalam diri Eva, makanya di rawat dengan tulus.
Eva menangis. "Tapi yang harusnya menjagaku melakukan hal keji, memukuli ku dengan dalih mendidik. Aku dipukul ayah, dan ibuku hanya diam saja. Aku benci rumah!"
Mawar tersentak, sepertinya anak ini dalam pelarian. "Hei tenangkan diri, ayo ke rumah Tante kita sama-sama berpikir dengan kepala dingin."
"Aku tak mau di kembalikan ke rumah, aku tahu akhirnya akan di pukul." Adu Eva.
Mawar tak tahu senakal apa Eva, tapi memukul anak bukan hal yang bisa di benarkan. "Ayo pulang ke rumah Tante."
Berkat itulah, Aluna harus berbagi selimut dengan Eva. Manusia yang tak manusiawi namun butuh sisi kemanusiaan orang lain. Aluna pikir Mawar akan berubah sikap saat tahu anaknya dirundung di sekolah oleh Eva. Tapi mawar berkata, kali ini mungkin semua berbeda, siapa tahu Eva akan jadi garda terdepan untuk Aluna suatu hari nanti.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ ⧗⃟ᷢApri_Zyan🦀🧸
ooohhhh, eva kabur dari rumahnya sehingga dibawa pulang sama ibunya aluna
2024-05-13
1
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
bauk sekali Bu mawar sudah tau Eva jahat pada anaknya
2024-03-18
1
🟡ᴳᴿ🐅⍣⃝ꉣꉣ𝕬ⁿᶦᵗᵃ🤎𓄂ˢᵐᴾ࿐
wah Aluna bisa bisa mental ya yg kena krn setiap melakukan kesalahan ortu y selalu melakukan kekerasan Fisik
2024-02-11
2