5. Kumat

"Aku mau bicara!" Bondan menyeret tangan Aluna ke dalam kelas.

"Aku harus pulang." Aluna malas berurusan dengan Bondan meski ia suka.

"Nanti ku antar." Semakin erat genggaman itu, hingga Aluna mengintil tanpa berontak.

Bondan selalu begini, kumat dengan kebiasaan bicara saat pulang sekolah. Menunggu sepi, menyisakan anak-anak dengan sebidang ekstrakurikuler yang berseliweran. Menjadikan mereka bahan gosip satu sekolahan. Aluna kebal meski harus menghadapi kebisuan dari teman sebangkunya nanti.

"Bisa-bisanya kau sama sekali tak menjengukku?" Protes Bondan saat masuk entah kelas kosong dekat parkiran yang Aluna kurang sadar saat masuk.

"Maaf aku tak bisa." Aluna tertimpa banyak masalah tiga hari belakangan ini.

"Kau tega, padahal Tina selalu menempel padaku di rumah sakit. Empet sekali rasanya, mungkin aku jadi lama sembuh karena dia terus-terusan berada di dekatku." Keluh Bondan.

"Hah, Tina?" Aluna mangap tak percaya.

"Hmm, katanya dia mengajakmu tapi kau tak mau lebih memilih kerja daripada menjengukku walau lima menit saja." Adu Bondan.

"Dan kau percaya?" Runyam sekali pertemanan Tina dengannya.

"TIDAK! Jangan menganggap aku bodoh. Wanita ular macam Tina mana bisa dipercaya. Kesal saja jika kau benar-benar tak perduli padaku, sedang aku selalu memikirkan dirimu." Timpal Bondan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Bondan maaf, bisakah kau antarkan aku pulang sekarang?" Isi kepala Aluna seperti mau pecah.

Kenapa keburukan yang menimpa dirinya selalu berkaitan dengan Tina. Seolah semua masalah muncul karena provokator darinya. Aluna mencoba memikirkan kemungkinan pikiran Tina saat melakukan itu. Rasanya Tina tak mungkin menebar kebencian atas dirinya dihadapan orang lain. Tina sahabatnya, Tina selalu membela Aluna dalam susah. Langkahnya paling depan setelah Bondan saat ada penindas merundung dirinya.

Tiba di rumah Aluna lekas berganti pakaian, kepalanya mumet. Dia bahkan mengusir Bondan, menghindari fitnah karena di rumahnya hanya dia seorang. Jika dulu dia urakan, tak perduli pulang jam berapa dan dengan laki-laki mana. Kini saat mengenakan hijab semuanya berangsur rubah. Perilaku dan cara pandang, serta setiap tindakan yang dia ambil dipikirkan baik-baik dan matang, meski usianya masih amat muda. Aluna benar-benar meninggalkan dunia gelapnya menuju terang benderang walau halau melintang menerjang setiap langkah.

"Loh tumben ganti baju?" Mawar mengamati anaknya yang mengenakan baju kaos lengan panjang dan celana santai, tak lupa jilbab menghiasi kepalanya.

"Tadi pulang dulu, diantar Bondan." Timpal Aluna.

"Sekarang mana Bondan, suruh mampir biar ibu sajikan makanan." Mara celingukan.

"Aku kesini naik angkot, Bondan baru sembuh jadi ku suruh cepat-cepat pulang." Terang Aluna tak sepenuhnya bohong.

"Yang benar, bukan kau usir kan?" Curiga Mawar.

Aluna geleng kepala. "Tiga hari dia absen karena demam virus."

"Kok bisa, kenapa baru bilang? Harusnya kita menjenguk Bondan." Tutur Mawar syok.

"Orangnya sudah sembuh Bu, tak perlu di jenguk lagi." Aluna mulai mengambil gelas dan piring kotor yang harus dia cuci.

"Kau ini jangan beberes dulu, ibu belum selesai bicara." Mawar mencegah tangan Aluna mengambil gelas di dekat ia berdiri.

"Hm, ibu mau bicara apa?" Tahukah ibunya saat ini Aluna tak minat mengobrol dengan siapapun.

"Bondan itu terlalu baik Aluna, jangan kau samakan dia dengan teman laki-laki SMP mu yang urakan, yang kerjaannya hanya mengajakmu tawuran sana sini, menindas adik kelas, dan bolos jamaah." Tutur Mawar.

Mawar mengambil nafas sejenak, lantas melanjutkan argumennya. "Bondan bahkan rela mencari mu keliling sekolah saat ibu kelabakan mencari mu yang ternyata dikunci dalam kamar mandi. Mengantarmu hujan-hujanan, berujung kena demam virus."

Aluna tak mencela sedikitpun, apa yang dikatakan ibunya benar, hingga membuat mulutnya bungkam. Biar mulut ibunya yang bergerak. "Besok, kau harus bawa titipan ibu untuk anak tampan kesayangan ibu."

Bosan mendengar ocehan ibunya perkara Bondan yang tak usai sedari satu jam lalu kedatangannya, Aluna memilih keliling pasar. Kakinya menelusuri lorong pasar yang ramai, hingga matanya melihat tindak kecurangan seorang pelanggan. Saat pemiliknya toko lengah, barang dagangannya raib. Aluna abai, namun hari nuraninya menjerit.

"Cantik-cantik kok maling." Senggol Aluna pada gadis berpenampilan mewah yang entah mengantongi berapa banyak barang curiannya.

Wanita berparas cantik itu menengok. "Gak usah ikut campur!"

Meski lirih suara wanita itu kental akan nada ancaman. Aluna melihat ke kaca di sebrang mereka, rupanya wanita ini tak sendiri, dua laki-laki di sebelah kiri mereka adalah komplotan. Melirik cepat, oke Aluna paham ada senjata di balik saku jaket sang pria. Memperhatikan sekitar cukup ramai, penjaga toko juga banyak pria, di pojok ada penjaga pasar yang sedang keliling.

Sengaja menyapa penjaga pasar yang keliling dengan bahasa daerah, berharap orang itu tak paham. "Bade kamana wa?"

"Atuh keliling dong neng, biasalah gawe." Sahutnya ramah.

Basa-basi tanya kabar, selanjutnya Aluna berlagak menyalimi orang penuh tato itu. "Wa aya copet, Tah awewe geulis, jeng dua lalaki, mawa peso."

"Njirr, nu balek."

Sigap petugas kemanan langsung mendekati kedua pria bersenjata, menendangnya hingga tersungkur, pria satunya hendak kabur langsung diamankan penjaga toko karena paham situasi. Wanita cantik itu hendak pergi, Aluna dengan sengaja menaruh kaki melintang. Jatuhlah wanita itu, dari tas yang dibawanya menggelinding beberapa cincin berlian yang dirampasnya.

"Yakkkk, anak kecil pembawa sial!" Pekik wanita itu yang jatuh tengkurap.

Hendak berdiri, Aluna mencegah dengan duduk diatas wanita tersebut. "Aku enteng kok, cuma empat puluh satu kilo kalau belum naik."

"Awas kau, tunggu pembalasanku!" Siapa namamu hah?" Wanita itu berontak.

Aluna bukan gadis hebat, dia hanya punya pengalaman lebih dalam kelahi, dia tak akan kalah meski melawan orang yang usianya beberapa tahun lebih tua di bandingnya. "Diam sedikit bisa tidak, kau membuat duduk ku jadi tak nyaman."

Perkara penangkapan maling dadakan beres. Semua berjalan begitu cepat, senjata yang sempat ditodongkan pada penjaga pasar berhasil di tangkis dengan tongkat pengamanan yang dibawanya. Pemilik toko perhiasan juga sigap menelpon polisi untuk mengamankan tersangka. Untung tata kota cukup apik, meletakkan setiap pos polisi di setiap titik pasar. Tak perlu menunggu lama, tiga orang tersangka di gelandang ke kantor polisi terdekat.

"Aluna, kau ini kumat kembali dengan bertindak sok jago." Ledek paman pemilik toko yang dikenalnya.

"Ah basi sekali ucapan terimakasih paman, aku tahu aku memang jago." Kikik Aluna.

"Makasih ya Aluna, lain kali kau harus memberi tahu terlebih dahulu orang dewasa, meski kau punya keberanian kau masih terhitung bocah ingusan." Orang itu mendekati Aluna, dan mengelus kepala Aluna cemas.

"Iya sama-sama, masa cuma terimakasih saja, minimal angkat aku jadi mantu lah paman." Canda Aluna lantas kabur dengan larian secepat kilat miliknya.

"Dasar gadis satu itu, tahu saja aku punya anak lelaki seumuran dirinya." gumam pemilik toko.

Sementara di tempat makan milik ibunya, Mawar celingukan mencari Aluna. Pamit beli jus Tante Lala di di dekat parkiran kenapa tak kunjung kembali. Mawar takut anaknya itu kumat. Kumat kabur diam-diam tanpa pamit.

"Disitu kau rupanya, ibu pikir kau kumat lagi." Tegur Mawar saat melihat anaknya duduk dekat warung lengkap dengan jus alpukat di tangan.

Aluna menoleh ke arah ibunya. "Kumat apasih Bu, perasaan Aluna selalu salah dimata ibu."

Mawar gelagapan, tak sangka anaknya akan membalas perkataannya, biasanya Aluna diam saja meski dikatai. "Maaf bukan begitu maksud ibu. Ibu kira kau pulang tanpa pamit seperti kebiasaan saat SMP."

"Wajar aku kabur-kaburan untuk main Bu, usiaku memang harus banyak bermain bukan dituntut membantu perekonomian keluarga sedang anak satunya diberi perlakuan khusus." Aluna tak iri, tapi perbedaan itu semakin hari semakin kental rasanya.

"Aluna kita sudah sering bahas ini, maaf ibu melibatkan mu. Kalau Aluna tak suka Aluna boleh sesekali main, biar ibu sendiri yang menjadi kedai." Mawar ingin Aluna membantu, tapi dia juga sadar yang dikatakan anaknya itu benar.

"Sudahlah Bu tak usah di bahas, malas jadi tontonan orang-orang." Aluna tahu dari sepenggal kata bisa menimbulkan perkara besar seperti yang sudah-sudah.

Ibunya selalu sensitif jika Aluna membahas Tina. Sepertinya Aluna memang anak pungut. Dan Aluna mulai memutar ulang ingatan bagaimana dirinya disia-siakan padahal ia selalu anak pertama dituntut jadi dewasa di usia belia. Kumat dengan pikiran iri hati yang membuatnya melamun di lorong pasar dekat kedai. Hingga nampak melas dan ada orang lewat memberinya uang.

"Ibu, ini uangnya jatuh." Aluna mengejar orang yang menjatuhkan uang di dekat dirinya duduk.

"Ambil saja nak, ibu tahu kau sedang sulit jadi pakailah dengan bijak." Timpal ibu-ibu yang kesukaran dengan segenap barang belanjaannya.

Astagfirullah, apa ibu ini pikir Aluna sedang mengemis. "Ah sepertinya ini tahu sekali saya butuh uang jajan, kalau begitu biar saya antar Bu."

Aluna mengambil beberapa barang bawaan ibu itu. "Ya Allah, apa kau bisa membawanya?"

"Aku Aluna Bu, kecil-kecil begini kuat seperti Samson." Balas Aluna lantas meminta sang ibu menuntun jalannya ke tujuan si ibu.

Sampai di mobil kepunyaan si ibu. "Makasih ya nak, semoga kau jadi anak sukses di kemudian hari.

"Saya yang terimakasih Bu, hati-hati di jalan Bu."

Aluna mengantongi uang seratus ribu ditangan. Kegirangan, sebab keberuntungan berpihak padanya hari ini. "Apa aku buka jasa kuli panggul saja ya?"

Bersambung

Terpopuler

Comments

Kavirajasena

Kavirajasena

Itu yang menjadi beban pikiran Aluna, rasa iri hatinya seharusnya disingkarkan agar tidak membawa pemikiran negatif

2024-05-14

1

❤️⃟Wᵃf🍾⃝ᴛͩʀᷞɪͧsᷠʜͣᴀ

❤️⃟Wᵃf🍾⃝ᴛͩʀᷞɪͧsᷠʜͣᴀ

teman rasa predator ini mah.. pura" baik didepan nusuk dibelakang, jauhi ajh tmn keknya gini.. 🙄

2024-05-14

1

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

Biarpun udah tobat tapi Aluna hebat bisa kumat lagi buat nolong orang😂

2024-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 1. Ambisi Teredam
2 2. Tersandung Masalah
3 3. Inikah Teman
4 4. Hanya Piket
5 5. Kumat
6 6. Terinjak Berulang
7 7. Renggang
8 8. Hijrah
9 9. Airmata Duka
10 10. Mengiba
11 11. Deklarasi Saudara
12 12. Jalan Pertemanan
13 13. Perkara Nomer
14 14. Siap Grak
15 15. Ujian Semester Untuk Ayah
16 16. Tetap Semangat Ini Ujian
17 17. Libur Telah Tiba
18 18. Pundi Rupiah
19 19. Kali Pertama Karin
20 20. Seorang Musuh Dalam Selimut
21 21. Libur Usai
22 22. Senin Tak Ceria
23 23. Kisah Lama Terulang Kembali
24 24. Dan Terluka Lagi
25 25. Luka Ku Luka Mu
26 26. Kekecewaan Tak Berarah
27 27. Kata Hati
28 28. Strata Siswa
29 29. Cinta Turun Ranjang
30 30. Cintaku Bukan Cinta Biasa
31 31. Getaran Yang Sama
32 32. Nasib Baik
33 33. Mukjizat Dari Yang Maha Kuasa
34 34. Sempurna
35 35. Berawal Dari Cintaku Pertama Di Awal Ku Jumpa
36 36. Kau Membuat Ku Berantakan
37 37. Cinta Dan Benci
38 38. Cinta Tak Berbalas Langit Bertindak
39 39. Waktu Bergulir Lambat Merantai Cinta
40 40. Darah
41 41. Dengannya Aku Sempurna
42 42. Selangkah Lebih Jauh
43 43. Sejauh Mata Memandang
44 44. Usai Sudah Segala Penantian Panjang
45 45. Assalamualaikum Jepang
46 46. Terlilit Cinta Karyawan
47 47. Lelaki Gila
48 48. Takoyaki
49 49. Serina
50 50. Lepas Landas
51 51. Pingsan Jama'ah
52 52. Bertukar Takdir
53 53. Tako-Taki
54 54. CEO
55 55. Bisnisku Bukan Bisnismu
56 56. Razia Hape
57 57. Masuk Perangkap
58 58. Terlibat Skandal
59 59. Dia Keliru
60 60. Kesalahan Berulang
61 61. Tiba-tiba Nikah
62 62. Hari Pertama Jadi Istri
63 63. Viral Kesekian Kalinya
64 64. Geger
65 65. Prasangka Baik
66 66. Belenggu Rumah Tangga
67 67. Pisah
68 68. Hari Tanpamu
69 69. Rungkad
70 70. Bosan
71 71. Indahnya Bali
72 72. Mual Muntah Pusing Jijik Melihat Mu
73 73. Aku Jijik Mas
74 74. Kesejahteraan Terancam
75 75. Janin
76 76. Langit Kelabu
77 77. Lampir
78 78. Masa Iya
79 79. Dulu Kita Sahabat
80 80. Ancaman Maut
81 81. Mendadak Sumimasen
82 82. Aku Islam Jalur Kecelakaan
83 83. Mari Bahagia Bersama
84 84. Dejavu
85 85. Ketika Cinta Berlabuh
86 86. Hari Bahagia
87 87. Titik Sempurna
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Ambisi Teredam
2
2. Tersandung Masalah
3
3. Inikah Teman
4
4. Hanya Piket
5
5. Kumat
6
6. Terinjak Berulang
7
7. Renggang
8
8. Hijrah
9
9. Airmata Duka
10
10. Mengiba
11
11. Deklarasi Saudara
12
12. Jalan Pertemanan
13
13. Perkara Nomer
14
14. Siap Grak
15
15. Ujian Semester Untuk Ayah
16
16. Tetap Semangat Ini Ujian
17
17. Libur Telah Tiba
18
18. Pundi Rupiah
19
19. Kali Pertama Karin
20
20. Seorang Musuh Dalam Selimut
21
21. Libur Usai
22
22. Senin Tak Ceria
23
23. Kisah Lama Terulang Kembali
24
24. Dan Terluka Lagi
25
25. Luka Ku Luka Mu
26
26. Kekecewaan Tak Berarah
27
27. Kata Hati
28
28. Strata Siswa
29
29. Cinta Turun Ranjang
30
30. Cintaku Bukan Cinta Biasa
31
31. Getaran Yang Sama
32
32. Nasib Baik
33
33. Mukjizat Dari Yang Maha Kuasa
34
34. Sempurna
35
35. Berawal Dari Cintaku Pertama Di Awal Ku Jumpa
36
36. Kau Membuat Ku Berantakan
37
37. Cinta Dan Benci
38
38. Cinta Tak Berbalas Langit Bertindak
39
39. Waktu Bergulir Lambat Merantai Cinta
40
40. Darah
41
41. Dengannya Aku Sempurna
42
42. Selangkah Lebih Jauh
43
43. Sejauh Mata Memandang
44
44. Usai Sudah Segala Penantian Panjang
45
45. Assalamualaikum Jepang
46
46. Terlilit Cinta Karyawan
47
47. Lelaki Gila
48
48. Takoyaki
49
49. Serina
50
50. Lepas Landas
51
51. Pingsan Jama'ah
52
52. Bertukar Takdir
53
53. Tako-Taki
54
54. CEO
55
55. Bisnisku Bukan Bisnismu
56
56. Razia Hape
57
57. Masuk Perangkap
58
58. Terlibat Skandal
59
59. Dia Keliru
60
60. Kesalahan Berulang
61
61. Tiba-tiba Nikah
62
62. Hari Pertama Jadi Istri
63
63. Viral Kesekian Kalinya
64
64. Geger
65
65. Prasangka Baik
66
66. Belenggu Rumah Tangga
67
67. Pisah
68
68. Hari Tanpamu
69
69. Rungkad
70
70. Bosan
71
71. Indahnya Bali
72
72. Mual Muntah Pusing Jijik Melihat Mu
73
73. Aku Jijik Mas
74
74. Kesejahteraan Terancam
75
75. Janin
76
76. Langit Kelabu
77
77. Lampir
78
78. Masa Iya
79
79. Dulu Kita Sahabat
80
80. Ancaman Maut
81
81. Mendadak Sumimasen
82
82. Aku Islam Jalur Kecelakaan
83
83. Mari Bahagia Bersama
84
84. Dejavu
85
85. Ketika Cinta Berlabuh
86
86. Hari Bahagia
87
87. Titik Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!