Hidup selalu butuh ulur tangan sekitar, hidup tak bisa hanya bertumpu pada kaki sendiri, karena manusia tercipta guna jadi makhluk sosial yang saling menolong. Tiada guna hidup bergelimang harta jika tak ada teman, tiada manfaat kecerdasan taman di bagikan dengan seseorang. Semua adalah pandangan yang di jejalkan masuk dalam ruang hati Aluna oleh Tina. Meski Aluna iba akan kondisi Tina tapi canggung itu ada. Tina tentu tak tinggal diam, segala upaya dicoba untuk meyakinkan Aluna bahwa mereka berdua saling membutuhkan dan harus bersama saat masa SMA.
"Kenapa masih berpikir rumit Aluna, ayo ke kantin bersama!" Seru Tina, tangannya mengandeng tangan Aluna lembut.
Aluna menarik tangannya karena tak terbiasa diperlakukan lembut seperti itu. "Maaf aku harus ke perpus."
"Ishh, kau lebih memilih rak buku membosankan lagi daripada aku." Merajuk seolah hubungan mereka selalu hangat.
Aluna tipikal manusia mudah tak enak hati, namun egonya juga tinggi. "Kau ke kantin dulu, kalau masih sisa waktu menyusul saja."
"Tidak, aku ingin sesekali keluar denganmu. Biar kali ini aku yang traktir." Tawaran Aluna di tolak mentah Tina.
"Dasarnya kau pandai sekali merayu, tak tahu apa aku sedang puasa hari ini, untuk apa aku ke kantin." Aluna yang dulu kerap meninggalkan puasa ramadhan, kini mulai melatih diri dengan puasa sunah.
"Benarkah, maaf kalau begitu aku ke kantin sendiri saja." Ujar Tina.
Aluna berjalan sejajar dengan Tina yang menggelayut riang di lengan kanannya. Dekat gerbang mereka harus berpisah, Aluna pada tujuannya di pojok sekolah yaitu perpustakaan, sedang Tina mengincar siomay di luar gerbang.
"Kau dekat lagi dengan Tina?" Bondan yang membuntuti dari belakang sedari tadi kini menyamakan langkah dengan Aluna.
"Dasar jelangkung, kau sering sekali datang tiba-tiba. Seperti yang kau lihat, kita menjadi dekat." Timpal Aluna.
"Kau jadi lupa dengan aku, terasa seperti orang di buang, setelah manis sepah dibuang." Lesu Bondan.
"Kau berlebihan, aku mengambil apa yang manis darimu?" Tantang Aluna.
"Cintaku, hatiku, perasaan ku yang lembut semua untukmu." Goda Bondan.
"Huekk, muntah aku mendengarnya. Ayo ke perpus, aku harus menyelesaikan buku yang kemarin ku baca." Ajak Aluna.
"Tidak! Komik disana sudah aku baca semua. Sepertinya aku harus merayu papa untuk menyumbang dana membeli koleksi komik terbaru." Dasarnya orang kaya suka semau hati.
"Kalau begitu, bisa tambahkan kita cerdas kimia, aku suka mempelajarinya." Usul Aluna.
"Boleh, asal kau jadi pacarku." Pinta Bondan.
"Bermimpilah sampai kau jadi adik ipar ku." Celetuk Aluna sembari lalu.
"Yakkkk, aku tak mau berjodoh dengan Karin, jangan asal bicara." Teriak Bondan yang ditinggal cukup jauh oleh Aluna.
"Dih, amit-amit kalau sampe berjodoh sama kudanil rasa monyet." Monolog Bondan sambil mengelus dadanya berulang.
Langkah berburu dengan bel tanda masuk kelas karena istirahat usai. Kelasnya di pojok selatan sedang perpustakaan ada di pojok utara, mengharuskan Aluna berjalan cepat jika tidak ingin terlambat. Bondan dan Tina tak ada satupun dari mereka yang menyusulnya ke perpustakaan. Dasarnya pelor, meski sudah di tahan dengan membaca buku menyenangkan berujung buku jadi penutup muka karena kantuk datang tiba-tiba. Bangun secara kaget karena di bangunkan penjaga perpustakaan.
"Assalamualaikum." Masih bernafas lega, namun malu karena jadi pusat perhatian.
"Waalaikumsalam, masuk dek." Tutur kakak kelas yang menguasai ruang depan kelasnya.
Aluna masuk setelah sedikit membungkuk tanda hormat. Duduk di bangku kekuasaan dan sedikit protes ke Tina. Tina tertawa tanda minta maaf, habisnya tadi sewaktu ke perpus Aluna sedang bikin pulau. Mau mengagetkan malah di larang Bondan. Jadilah Tina balik ke kelas daripada di amuk singa penjaga Aluna.
"Oke adik-adik, kita dari ekstrakurikuler padus open rekrutmen nih." Buka sang kakak kelas.
"Kita mencari bakat terpendam kalian untuk diperlombakan tiga bulan ke depan, dalam gebyar semarak ulang tahun kota. Kita selalu pulang bawa piala, tapi sayangnya kelas tiga sudah tak diperbolehkan ikut, jadi kita menyeleksi bibit-bibit baru saat ini." Ungkap kakak kelas wanita.
Jadi yang masuk kelas kali ini ada dua orang. Yang satu seorang laki-laki berparas manis dengan tinggi tak seberapa tapi pesonanya luar biasa. Kakak kelas satunya seorang wanita cantik, jika anak sekolah biasanya tanpa riasan, kakak satu ini sudah mengenakannya meski tipis.
"Haduh kak, disini nyanyi lagi separuh nafas aja jadi seperempat nafas, mana bisa ikutan paduan suara." Celetuk salah seorang murid pria.
"Seperempat dari mana bro, yang ada jadi nafas terakhir."
Hahahhahah, anak sekelas terbahak, maklum isi kelas ini anak-anak buangan yang tak mampu menembus kelas favorit karena masalah saat mengikuti masa orientasi awal masuk. Isinya anak-anak bandel yang solid tapi sulit di kondisikan.
"Benarkah, kalian ini suka merendah sekali. Ayo kita bernyanyi bersama. Ah sebelum kenalan dulu nama kakak Niki, dan teman kakak namanya....." Niki menjeda kata untuk di lempar ke rekannya.
"Alda." Senyum cantik kakak kelas mampu menyihir anak-anak laki yang tadi ribut jadi hening seketika.
Ditengah perkenalan ada saja tingkah Bondan yang usil, tiba-tiba menengok ke arah belakang. Apalagi kalau bukan untuk melihat sang tambatan hati. Aluna duduk satu bangku lebih belakang ketimbang Bondan. Berakting melakukan peregangan tangan sembari menguap, menoleh ke arah Aluna, bertemu tatap dan mengedipkan mata genit.
"Kau cantik." Diucapkan tanpa suara oleh Bondan.
"Sinting!" Balas Aluna tanpa suara juga.
"Ah, adik di bangku barisan belakang, bicara apa ya?" Niki mengetahui pergerakan mulut Aluna.
"Woah sepertinya dia menawarkan diri untuk ikut berpartisipasi nih kak." Timpal Alda.
Aluna ingin pura-pura hilang namun Niki menghampiri. "Ayo maju ke depan kelas, bernyanyi bersama kita, tenang saja kelas kalai ini kosong kita yang isi."
"E...e... sebenarnya, teman ku request lagu kak." Aluna melempar kesialan pada Tina.
"Oh ya, request lagu apa?" Niki mendekati Tina.
Siapa sangka lemparan dari Aluna seperti berkat untuk Tina. Dengan hati berdebar Tina menyambut uluran tangan Niki dan maju ke depan kelas. "Sempurna."
"Oke kita nyanyi lagu sempurna bersama ya!" Seru Niki.
"Hiyayaya." Kompak anak pria.
...🎶🎶...
..."Kau begitu sempurna, dimata ku kau begitu indah...
...Kau membuat diri ku, akan s'lalu memuja mu...
...Di setiap langkah ku, ku 'kan s'lalu memikirkan, diri mu...
...Tak bisa ku bayangkan hidup ku tanpa cinta mu...
...Janganlah kau tinggalkan diri ku...
...Tak 'kan mampu menghadapi semua...
...Hanya bersama mu ku akan bisa...
...Kau adalah darah ku...
...Kau adalah jantung ku...
...Kau adalah hidup ku, lengkapi diri ku...
...Oh sayangku kau begitu...
...Sempurna, sempurna"...
...🎶🎶...
Awalnya masih ada satu dua orang yang malas dengar, namun suara Niki dan Alda menggelegar mengisi ruang kelas. Suara khas Niki sedikit serak, sedang Alda begitu lantang dengan artikulasi yang jelas. Memukau telinga pendengar dengan suara merdu keduanya. Yang awalnya terlihat sepele jadi amat spesial. Bahkan dengan kompak satu kelas meminta nambah dinyanyikan dengan usulan lagu favorit masing-masing anak. Jadilah Niki dan Alda sibuk memilih dan bernyanyi bersama.
"Aluna tadi itu begitu menyenangkan, aku sangat bersyukur kau paham situasi hati ku, kau teman ku yang mendatangkan anugerah." Tina mencubit gemas kedua pipi Aluna.
"Itu karena kau juga punya suara bagus, cocok bergabung dengan mereka." Aluna masih tak sangka, semua dianggap keberuntungan oleh Tina.
"Aluna aku suka Niki." Tina masih membayangkan Niki menerawang masa-masa indah beberapa jam lalu.
"Kau kesurupan, mudah sekali suka dengan orang." Aluna memandang ngeri Tina yang sedang melamun dengan sumringah.
"Kau tak tahu, ini debaran cinta. Aluna bantu aku dengan tangan ajaibmu." Tina kini beralih memegang kedua tangan Tina.
"Jangan aneh-aneh, aku tak mau ikut campur dalam persoalan cintamu, apalagi harus ikut kelas paduan suara." Membayangkannya saja Aluna tak sudi.
"Ish kau ini soudzon sekali, tolong mintakan aku nomer kak Niki. Yayyaay mau ya." Dengan tatapan memelas Tina berucap.
"Malas, minta saja sendiri." Kenapa juga harus dirinya yang susah, saat Tina jatuh hati. Pikir Aluna dalam hati.
"Tapi aku tak sanggup menahan malu saat bertatapan dengan kak Niki, aku grogi tingkat tinggi Aluna. Tolong ya, anti aku beri imbalan setimpal deh, pokoknya tolong aku." Bantah Tina.
"Iya-iya."
Pura-pura setuju daripada malu jadi tontonan orang satu angkot. Masalahnya Tina memohon seperti itu bukan di kelas tapi di dalam angkot saat perjalanan pulang. Sungguh temannya ini minta dimuseumkan, dengan klasifikasi wanita mudah jatuh cinta.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf Zhang zhing li♚⃝҉𓆊
yap, jadi manusia hrs bisa saling tolong menolong, jgn sampai beranggapan bs sndiri. matipun nanti akan butuh pertolongan org
2024-05-14
2
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
wah Tina beneran jatuh cinta nih
2024-03-01
1
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ𖤍ᴹᴿˢ᭄𝓐𝔂⃝❥AyJinda❀∂я
benar-benar sempurna kaya yang nyanyi ma yang bikin cerita hehe
2024-02-05
7