Pepatah berujar mati satu tumbuh seribu. Dewasa ini terbesit mungkinkah pepatah itu bicara saat punya masalah. Karena sejatinya yang selesai satu lantas muncul segerombolan hanyalah masalah. Masalah yang datang tanpa kenal waktu dan suasana hati. Menghindar tak mungkin dihadapi bikin pusing kepala. Pindah planet adalah satu-satunya jalan bagi Aluna.
Di kepung dari berbagai sisi, Aluna bukannya gentar tapi takut tenar. Mengalahkan Alda dan segerombolan orang yang dibawanya bukan hal sulit. Ingat Aluna sudah banyak bakh hantam tak hanya karena perkelahian memang Aluna di bekali sabuk karate hitam. Tak main-main keisengan ikut kelas bela diri dari SD membuatnya tak gentar meski di desak banyak orang.
"Hah, kenapa tak bersuara apa nyalimu tak sebesar hari kemarin?" Songgong Alda berjalan bag model kakak kelas garang disenetron.
Aluna yang tak bisa kabur kemana-mana, terkungkung dalam lingkungan setan teman-teman Alda. "Hah, malas sekali menghadapi manusia bebal macam kau."
"Yakk, jaga tingkah mu jangan sok jago." Alda hendak melayangkan satu pukulan namun Aluna menghindar dengan gesit.
Bisik-bisik di belakang Aluna terdengar, Aluna terkekeh dalam hati. "Apa kau tuli, aku tak level dengan orang yang beraninya main keroyok."
"Arghhhh, kau membuatku semakin naik pitam. Semua hajar dia, kalau bisa membuat anak ini babak belur aku beri imbalan satu juta." Sayembara di mulai.
Ada dua puluh gadis, entah berapa tepatnya Aluna tak sempat hitung. Semua menyerbu Aluna menyerupai kelahi anak TK. Malas menanggapi tapi kalau tak menghindar kena slepet nyeri juga. Jadilah Aluna petakilan dengan seragam hijabnya. Dia malu sendiri dengan pakaian mendekati syariat tapi masih berprilaku seperti hewan. Tapi yang namanya tuntutan hidup ya mau bagaimana lagi.
Aluna tak melibas orang bersalah, Aluna tahu semua hanya terprovokasi oleh Alda. Makanya dia mencari celah mendekati Alda dan meringkusnya dengan tegas. "Akhhhhhhh, sakittttt!"
"Minggir semua, lihat sesepuh kalian kesakitan!" Teriak Aluna lantang.
"Aduh bagaimana?"
"Gimana dong ini?"
Kepanikan muncul dari beberapa anak, tapi dengan gegabah ada yang menyerang titik buta Aluna dengan memukulkan sebuah kursi ke bahu Aluna. Aluna tak sepandai itu mempelajari titik buta, tapi pergerakan yang sembrono dari lawannya membuat Aluna ada waktu untuk menangkis itu semua.
"Jangan bodoh, kalau aku mati kau di penjara!" Bentak Aluna pada gadis nekat itu.
"Dengar, apa aku menyentuh kalian, apa aku memukul kalian? Tidak bukan!"
"Aku tak main-main, jangan sampai aku benar-benar kelahi."
"Alda bicara apa dengan kalian aku tak tahu, yang jelas dia sendiri yang memulai lebih dulu, jadi jangan asal ikut-ikutan. Iming-iming uang tak seberapa, kalau masuk penjara muka kalian taruh mana?"
Geram Aluna jadi banyak bicara, sementara Alda merintih kesakitan karena kedua tangannya masih di cekal Aluna. Alda tak tahu jika kekuatan adik tingkatnya amat luar biasa. Alda bisa merasakan itu dari aura intimidasi yang dipancarkan Aluna. Alda salah langkah, sebelum menjadi semakin kacau jadilah Alda menyerah.
"Semua bubar, maaf merepotkan." Perintah Alda.
"Tapi uang yang kau janjikan bagaimana?" Celetuk salah seorang gadis.
"YAKKK, sudah tak membantu sama sekali masih minta komisi tak tahu diri." Dumal Alda masih dalam kekuasaan Aluna.
"Yeuhh, tahu gitu pulang dari tadi udah kenyang nih perut."
"Ahh, bikin males aja nih orang."
"Kok kesel ya."
"Hajar jangan?"
"Males, udah dihajar juga kere gak bakal keluar duit."
Cemoohan itu berasal dari teman-teman yang di kumpulkan Alda. Aluna tak kenal orang-orang itu, yang jelas sebagian dari mereka bukan berasal dari sekolahnya karena seragam berbeda. Aman karena semua sudah bubar, Aluna melepas cengkraman pada Alda. Menariknya yang tersungkur jadi berdiri sejajar dengannya.
"Lain kali jangan bangunkan sisi buruk ku." Nasehat Aluna.
"Kau juga songong sekali, aku kan jadi geram. Lain kali turunkan pandangan saat bicara dengan kakak kelas." Alda ganti memberi petuah.
"Kau memberiku makan?" Tanya Aluna random.
"Tentu tidak aku bukan orangtua mu." Sentak Alda.
"Itu tahu, jadi berhenti memerintah dan merasa harus di hormati. Orang akan hormat padamu tanpa kau minta jika kau pantas untuk itu." Aluna memberikan tas Alda yang terinjak-injak rekannya tadi.
"Kau memang menyebalkan!" Kesal Alda.
"Kita sama menyebalkan, sudah impas. Ayo pulang, kau naek angkot jurusan mana?" Aluna menggandeng tangan Alda seolah mereka teman dekat.
Alda tertegun, tangan Aluna begitu lembut tapi mampu melumpuhkan egonya. "Satu arah denganmu."
"Wesss, kau sampai hafal aku anak mana." Tak sadar diintai rupanya.
"Tau ah, jangan ngomong terus kesel ini." Alda mode manja.
Pertikaian yang terjadi sehari pasca dirinya meledek Alda, justru menjadikan mereka dekat. Alih-alih Alda semakin benci justru sebaliknya. Alda dekat dengan Aluna dan meminta maaf karena salah fokus. Niatnya mengincar Tina karena merebut hati Niki darinya. Siapa sangka malah berurusan dengan Aluna dan mengakibatkan dirinya malu di depan gadis lainnya.
"Kau berhenti di pasar?" Alda bertanya dengan polosnya.
"Kenapa kau ikut turun?" Aluna sampai bingung karena kakak kelasnya ikut bayar angkot dan turun bersama.
"Menemani mu belanja." Alda dengan polosnya menyahut.
"Aku bukan mau belanja, mau kerja cari uang. Sana pulang!" Usir Aluna.
"Malas, enak saja sesuka hati memperlakukan aku yang lebih senior ini. Cepat tunjukkan tujuan mu aku mau ikut." Pinta Alda.
Aluna punya ide cemerlang, dengan gesit dia masuk kerumunan pejalan kaki di lorong pasar lantas lari terbirit sebagai ciri khas darinya. Menoleh ke belakang, aman Alda tak bisa menembus orang-orang itu. Jadilah dia mengerjai kakak tingkatnya dua kali. Salah sendiri segala ikut, tanpa diajak. Aluna dengan sumringah menghampiri ibunya yang sedang melayani orang di kedai.
"Assalamuala...., yakkk kenapa kau disini?" Salam Aluna tak sempurna.
Pletak, Mawar menjitak Aluna. "Yang bener salamnya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, jangan galak dengan pelanggan." Nasehat mawar.
"Sana duduk dengan Alda, nanti ibu ambilkan makan." Perintah Mawar.
"Kok ibu tahu dia Alda?" Jangan-jangan mereka saling kenal, pikir Aluna.
"Itu di bet namanya tertulis jelas." Papar Mawar, sibuk meracik nasi dan lauk kesukaan Aluna.
Sepiring nasi dan lauk di hidangkan di dekat Alda. Aluna jadi duduk berhadapan dengan Alda. "Kau kenapa bisa duluan sampai?"
"Aku tak berlarian kurang kerjaan seperti dirimu." Ketus Alda.
"Aku mengerjai mu, kenapa merasa aneh, ini mah aku yang dikerjai namanya." Sungut Aluna.
"Dasar pelawak gagal, cepat makan. Aku juga tak tahu kau anak Tante Mawar, dia langganan ku dan mama jadi daripada kesal denganmu aku mampir kesini, eh tahunya kau malah kesini." Beber Alda.
"Oh hanya kebetulan, ku kira kau canggih sekali." Celetuk Aluna sembari lalu menyapa orang-orang lewat.
"Kebanyakan nonton drama kau. Cepat makan, sedari tadi ngoceh terus." Omel Alda.
"Siap Grak!"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ𝐕⃝⃟🏴☠️Meiling❤️⃟Wᵃf
bener banget itu gak perlu sok kuasa atau yang lainnya karena orang lain pasti akan melihat bisa di hormati atau gak nya
2024-05-13
1
🍌 ᷢ ͩ𝐕⃝⃟🏴☠️Meiling❤️⃟Wᵃf
hidih bisanya cuma main keroyokan dasar pembully dudul, kalau emang berani harus nya lawan sendiri aja gak perlu nyuruh orang
2024-05-13
1
🍒⃞⃟•§¢•🎀CantikaSaviraᴳᴿ🐅
Alda begitu sombong
2024-03-01
1