"Dek sore ini ada sharing di kampus. Narasumbernya dari beberapa alumni kampus kita yang sangat berprestasi dan udah sukses di dunia bisnis. Ayo berangkat, ini kesempatan biar kita bisa sukses ngembangin perusahaan papa." Ajak Arni pada Agni.
"Ah males ngapain sih kak ikut acara begituan? Paling yang dateng om-om tua yang perutnya buncit. Ceritanya lamaaa dan gak jelas. Males banget ah, lagian aku ada acara sama temen-temenku, aku mau hangout ih kak." Jawab Agni.
"Dek, ayo dong. Kita di sini buat belajar bukan buat main. Kasian almarhum papa udah berharap banyak sama kita." Ucap Arni.
"Kakak bawel banget sih kayak emak-emak tahu. Kalo kakak mau berangkat ya udah berangkat aja sana." Ucap Agni.
"Ya udah terserah kamu dek. Kakak berangkat dulu ya." Arni pamit pada adik kembarnya.
"Hemm." Jawab Agni dengan acuh.
"Sabar ya Non." Ucap Nenti yang tahu kekecewaan Arni.
"Iya mba, aku titip Agni ya." Ucap Arni dengan senyum yang menghiasi bibir merahnya.
"Siap Non, tenang aja ya." Jawab Nenti sambil mengacungkan lambang ok pada Arni.
Arni berangkat menuju kampus dengan membawa laptop dan buku catatannya. Dia selalu bersemangat ketika ada acara sharing seperti ini. Menurutnya, ini adalah kesempatan langka. Dia anak pertama yang akan menggantikan peran ayah, ibu serta pemilik perusahaan kelak.
Sulit memang di usianya yang masih belia harus menanggung beban itu sendirian. Tapi itu semua tak menjadikan halangan akan semangat belajarnya.
"Aku harus bisa demi papa." Ucap Arni dalam hatinya.
Sesampainya di kampus Arni mencari kursi paling depan agar lebih fokus mendengarkan sharing ini. 10 menit setelah Arni menunggu, acara dimulai. Susunan acara satu per satu sudah dilalui dan sampailah pada acara puncak yaitu sharing bersama narasumber alumni berprestasi yang berasal dari Indonesia. Sama seperti Agni bahwa dipikirannya yang akan datang adalah om-om buncit paruh baya, tapi betapa terkejutnya Arni ketika narasumber itu naik ke atas podium.
Degg... Jantungnya seakan mau copot melihat Andra ada di atas podium di hadapannya. Ya, Andra laki-laki yang membuat jantungnya selalu berpacu dengan tak teratur saat melihatnya.
"Dia.." Gumam Arni sambil tersenyum.
Sharing yang dilewatinya terasa sangat bermakna. Bukan karena isinya saja, tapi karena narasumber yang menyampaikan materinya.
Dua jam berlalu terasa hanya dua menit bagi Arni. Ingin rasanya Arni sharing selama 24 jam.
Setelah selesai sharing tatapan Andra tertuju pada Arni.
Degg..
"Jantungku?" Andra berucap pada dirinya sendiri sambil memegang dadanya.
"Kenapa pak? Bapak sakit?" Tanya Arni memberanikan diri saat Andra terlihat pucat dan memegang dadanya.
"Ah tidak, aku tidak apa-apa." Jawab Andra dengan gugup.
"Bapak terlihat pucat, apa mau diantar ke ruang kesehatan pak?" Tanya Arni dengan sesekali mencuri pandang.
"Boleh." Jawab Andra.
"Mari pak." Arni menunjukkan jalan menuju ruang kesehatan.
"Mau kemana?" Tanya Andra.
"Kan tadi bapak bilang ke ruang kesehatan." Ucap Arni.
"Saya gak bilang gitu. Lagian saya kan alumni kampus ini, mana mungkin saya gak tahu dimana ruang kesehatannya." Ucap Andra.
"Tapi tadi bapak bilang boleh." Ucap Arni dengan nada jengkel.
"Maksud saya boleh, boleh dong kalo kita makan bareng? Jalan bareng?" Jawab Andra sambil mendekatkan wajahnya kepada wajah imut Arni yang mulai memerah.
"Terserah bapak." Arni menjawab sambil berlari pergi meninggalkan Andra.
Hati Arni berbunga-bunga. Ingin rasanya Andra mengejarnya dan benar-benar mengajaknya makan bareng atau jalan bareng.
Andra tersenyum melihat Arni yang salah tingkah. Berniat untuk mengejar Arni dan mengajaknya makan bareng tiba-tiba handphonenya berdering.
"Hallo? Iya saya sendiri. Ada perlu apa pak? Apa?" Suara di balik sambungan telepon mengabarkan bahwa Reno pingsan.
Dengan cepat Andra kembali ke hotel dan langsung menuju kamar Reno.
Hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di hotelnya.
Andra berlari menuju kamar Reno. Khawatir sekali Andra karena selama dia mengenal Reno, tidak pernah sekalipun mendengar kabar Reno pingsan.
"Ren, elo kenapa?" Tanya Andra.
"Gak apa-apa Bro. Tenang aja. Am a strong boy." Jawab Reno.
"Gak Ren, elo pucet banget. Ayo ke rumah sakit!" Ajak Andra.
"Dokter tadi bilang gue gak apa-apa cuma kurang istirahat aja. Elo tenang aja, semua tugas perusahaan udah kelar kok." Ucap Reno.
"Gue gak mikirin kerjaan Ren. Gue gak mau elo kenapa-napa." Ucap Andra sambil menatap mata Reno.
"Eummm, so sweet banget sih pak?" Goda Reno.
"Ren, please. Gue serius." Ucap Andra.
"Gue juga serius gak apa-apa Bro. Sorry ya gue bikin elo kaget, gimana acara elo udah kelar?" Tanya Reno.
"Udah, gue ketemu sama bidadari gue. Rasa itu ada lagi Ren. Banyak hal yang mau gue ceritain sama Lo." Ucap Andra sambil tersenyum.
"Serius? Ya udah ayo cerita dong. Penasaran nih gue." Ucap Reno.
"Elo istirahat aja dulu Ren, besok kalo elo udah sehat gue janji bakal ceritain semuanya." Ucap Angga.
"Gue sehat kok Bro. Ayolah cerita.." Bujuk Reno.
"Besok aja ya. Sekarang gue juga capek mau tidur. Gue tidur disini ya. Jagain elo." Ucap Andra.
"Boleh, asal jangan peluk-peluk gue ya. Masih normal nih gue." Ucap Reno.
"Gila lo. Gue juga normal kali." Jawab Reno sambil merebahkan tubuhnya di kasur Reno.
"Ren, gue tahu mungkin ini lebay. Tapi jujur aja gue takut banget kalo elo kenapa-napa. Gue cuma punya elo. Jangan pernah ninggalin gue ya Ren." Andra bicara pada Reno tapi matanya menatap langit-langit kamarnya.
"Elo kenapa Bro? Aneh banget." Tanya Reno.
"Kenapa apanya?" Andra balik bertanya.
"Gue baik-baik aja, elo drama banget sih?" Ejek Reno.
"Terserah elo deh Ren. Gue cuma ngerasa kalo cuma elo yang selalu ada saat gue sendiri. Maafin gue ya saat elo sakit gue malah gak ada di deket Lo. Maafin gue juga elo pasti kurang istirahat karena capek ngurusin perusahaan." Ucap Andra.
Reno memang kurang istirahat. Bahkan malam tadi dia tidak tidur sama sekali. Bukan karena perusahaan, tapi karena memikirkan perkataan Andra tentang Lia.
"Gak Bro, udah ah jangan mikir macem-macem. Ayo tidur, besok kita balik ke Indonesia." Ucap Reno pada Andra.
"Iya, ayo." Jawab Andra.
Mata mereka sama-sama terpejam namun pikiran mereka sedang melayang melamunkan lamunannya masing-masing.
Andra mengingat kembali setiap ucapan dan senyum bidadarinya, sedangkan Reno masih bergulat dengan ucapan Andra. Betapa egoisnya dia yang memaksakan cintanya pada Lia. Lamunan itu berjalan begitu lama sampai mereka tertidur pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Raini Sapitri
Lach kasihan bener, si arni sdh lari duluan berharap akan di kejar sama andra, eeee mlh nya kabur, lari gara² dpt telpon klu reno pingsan.
Pasti arni kecewa tuch hati nya
2021-02-27
2
Azizah Mairah
udah jdi faforit..semangat thor yg cantiik😍😍😍
2021-01-20
0
Ayuk Setiawan
visualnya kak🤗🤗🤗
2020-12-14
0