Sesampainya di rumah mewah milik Andra, Lexa tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya apa yang jadi harapannya mulai terwujud.
"Sayang, mau aku pijitin? Kamu pasti capek." Lexa menawarkan diri.
"Makasih, aku ngantuk." Jawab Andra.
"Ya udah, aku antar kamu ke kamar ya sayang!" Lexa masih tetap berusaha mendekati Andra.
"Jangan pernah menginjakkan kaki di kamar ku." Bentak Andra.
"Iya sayang, aku janji." Lexa tersenyum kecut.
"Satu lagi, jangan pernah panggil aku sayang! Aku gak suka." Perintah Andra.
"Ok." Jawab Lexa singkat dan ketus.
Andra masuk ke kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya. Sementara Lexa yang bahagia sudah bisa masuk kembali ke rumah itu hanya melihat ke sekeliling kamarnya.
"Masih sama, gak ada yang berubah." Ucapnya dengan senyum licik.
"Bi, mana makan malam ku?" Teriak Lexa dari kamarnya.
"Iya non." Noni datang membawa makan malam untuk Lexa.
"Mana foto ku yang dipajang di sini?" Tanya Lexa sambil menunjuk ke dinding.
"Di bawa Tuan Andra Non." Jawab Noni.
" Ya udah keluar sana!" Perintah Lexa dengan mengibaskan tangannya.
"Baik Non, saya permisi." Noni pamit.
"Hemm." Jawab Lexa.
Lexa makan dengan sangat lahap. Sebenarnya dia sengaja tidak sarapan dari pagi agar actingnya terlihat sempurna. Dia ingin Andra iba kepadanya karena wajah pucatnya.
Tok.. Tok.. Tok
"Tuan, ini makan malamnya." Noni membawakan makan malam untuk Andra.
"Iya bi, makasih ya." Jawab Andra.
Noni meletakkan makan malam untuk Andra di kamarnya. Kemudian Noni pamit pergi dan Andra kembali merebahkan badannya.
"Ayolahh, kemana kamu bidadari ku?" Tanya Andra pada dirinya sendiri.
Setelah sampai ke Indonesia, Andra berkali-kali menghubungi Arni tapi tidak pernah ada jawaban karena nomor yang dituju adalah nomor Agni.
Di Amerika, Arni sedang galau karena rasa rindu yang tidak berujung. Dia tidak tahu kapan akan bertemu dengan Andra. Bahkan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi.
"Agni?" Arni tersentak ketika melihat adiknya pulang dalam keadaan mabuk berat.
"Non Agni?" Nenti dengan cepat membawa Agni ke kamarnya.
"Mba, gimana ini?" Arni panik.
"Udah Non Arni tenang aja. Sebentar lagi juga Non Agni akan sadar ko." Nenti mencoba menenangkan.
"Ya ampun dek, kamu kenapa jadi gini?" Arni terisak karena sedih melihat kelakuan adiknya.
Nenti dengan telaten membersihkan dan merebahkan Agni di atas kasurnya.
"Ayo Non, kita keluar biar Non Agni istirahat!" Ajak Nenti.
"Aku mau di sini mba nemenin adek." Jawab Arni.
"Ya udah saya permisi dulu ya Non." Nenti keluar rumah dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Arni terus menangis meratapi nasibnya. Ingin rasanya dia kembali ke Indonesia. Hidup bahagia dengan sederhana bersama adiknya. Tapi demi almarhum papanya, dia terus berusaha agar dia berhasil dan bisa menjadi penerus papanya.
"Perusahaan butuh aku, papa pasti kecewa kalau tahu aku nyerah." Ucap Arni lirih.
"Non harus semngat, jangan menyerah ya." Jawab Nenti yang mendengar ucapan Arni.
Arni melirik Nenti dan tersenyum kemudian mengangguk.
"Mba, aku ke kamar dulu ya. Masih ada tugas kampus yang belum selesai. Aku titip Agni, kalau udah bangun jangan lupa suruh dia makan." Ucap Arni.
"Iya Non." Ucap Nenti.
Arni berjalan menuju kamarnya, kepalanya sakit dadanya sesak. Dia duduk di balik pintu kamarnya kemudian menangis. Bulan demi bulan yang dilalui di Amerika terus menerus muncul masalah. Agni yang sering bertingkah membuat Arni sering di panggil pihak kampus. Belum lagi ulah Agni bersama teman-temannya yang sering membuat Arni mengeluarkan biaya di luar dugaan dengan jumlah yang tidak sedikit.
Malam ini Agni sudah berulah lagi, sedangkan tugas kampusnya sedang sangat banyak. Arni sampai tidak tidur semalaman karena harus mengerjakan tugasnya dan bolak balik ke kamar Agni untuk melihat keadaannya.
Pagi hari Arni sudah siap-siap untuk pergi ke kampus. Tumpukan tugas sudah selesai dikerjakan dan dia bawa di dalam tasnya. Seperti biasa, sebelum ke kampus Arni akan sarapan bersama Nenti. Sebelum ke dapur dia masuk ke kamar Agni untuk melihat keadaannya.
"Dek, gimana keadaan mu?" Tanya Arni yang melihat Agni sudah bangun.
"Baik kak." Jawab Agni singkat.
"Kamu darimana aja?" Tanya Arni.
"Dari rumah temen." Jawab Agni.
"Kenapa kamu gak bisa dihubungi? Kamu tahu kakak khawatir. Kakak gak tahu harus nyari kamu kemana." Arni mengintrogasi Agni.
"Handphone aku rusak kak." Jawab Agni polos.
"Kenapa kamu gini dek? Ayo kita kuliah, udah dua hari kamu bolos. Inget tujuan kita di sini buat apa?" Arni mengingatkan.
"Kak, aku gak mau kuliah di sini. Ini bukan cita-cita ku." Agni kesal.
"Apa? Terus kenapa kamu yang paling seneng pas papa bilang kita kuliah di sini? Bahkan ketika kakak protes, kamu marah sama kakak." Arni berkaca.
"Ya biar aku tinggal di sini. Bukan buat kuliah." Ucap Agni datar.
"Terserah kamu dek. Kakak permisi dulu." Arni pamit dan meninggalkan Agni.
Arni sarapan ditemani mba Nenti dan mengingatkannya agar dia membawakan sarapan untuk Agni. Seperti apapun kelakuan Agni, sekesal apapun dia terhadap tingkah laku Agni jauh di lubuk hatinya tersimpan rasa sayang yang mendalam untuk Agni.
Arni pamit untuk berangkat ke kampus. Matanya berkantung, mukanya pucat karena semalaman dia tidak tidur. Gontai langkahnya membuat seseorang iba mendekati Arni.
"Haii, kamu sakit?" Tanya Wandi.
"Gak kak." Jawab Arni singkat.
"Aku Wandi, mahasiswa di sini." Wandi memperkenalkan dirinya.
"Aku Arni." Ucap Arni.
Mereka berjalan bersama, ada rasa bahagia di hatinya karena baru kali ini dia punya teman. Arni menutup diri dari teman kuliahnya. Kebanyakan mahasiswa di sana berasal dari beberapa negara yang tidak sama dengannya. Dia takut kalau perbedaan kebiasaan membawanya seperti Agni. Jadi dia lebih memilih untuk membatasi daftar sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Raini Sapitri
Kasihan Arni yg memikul beban terlalu berat di pundak nya.
2021-02-27
1
Hanisah
ceritanya cadar terus gadis yang bercadar itu siapa...? dari tadi kok gak ada yang bercadar
2021-01-27
0
R_armylove ❤❤❤❤
like lagi disini, nyicil baca
2020-12-15
2