Bab 1 | Chapter 20 : Memulai perjalanan kembali.

Malam hari.

Aku berada di luar rumah buatan. Duduk di depan menatap langit dipenuhi dengan bintang-bintang indah, serta bulan yang menyinari terangnya langit di malam hari.

Aku masih bersedih atas kematian sahabat terbaikku, Sasagawa Cukimay.

"Cuki, jika saja kau, jika saja kau tidak ikut malaikat sialan itu. Kemungkinan, kau masih hidup dan kita bisa bermain seperti dahulu, Cuki." Nada yang aku keluarkan, nada sedih.

Tubuhku gemetar, ini bukan karena ketakutan. Melainkan karena aku menitikkan air mata.

"Cuki..." Aku terus menitikkan air mata. Wajah aku perlihatkan ke bawah, air mata yang keluar terjatuh ke tanah.

Seketika aku teringat akan pertemuan pertamaku dengan Cuki. Pertemuan yang membuat ku merubah cara berpikir mengenai kehidupan di dunia.

...----------------...

Aku menceritakan sedikit, bagaimana pertemuan ku dengan Sasagawa Cukimay.

Pertemuan ini terjadi disaat aku sudah duduk di bangku sekolah menengah atas.

Shinji Okazaki juga bersekolah yang sama denganku. Namun, kami berdua sama sekali tidak melakukan interaksi sedikitpun. Seolah-olah kami ini seperti rival yang tidak ingin melakukan interaksi satu sama lain.

Sampai ketika aku bertemu dengan Sasagawa Cukimay, seorang anak biasa saja. Namun, berhasil merubah pola pikirku mengenai kehidupan di dunia.

(Ha..) Aku menghela nafas. (Siapa yang menyangka, bahwa aku akan satu kelas dengan Shinji sialan.)

Ini sangat berbeda denganku, Sudah seminggu kami sekolah. Tapi Shinji, dia sudah banyak mendapatkan temannya, bahkan para perempuan juga suka berinteraksi dengan Shinji.

(Ini membuatku iri. Bahkan perempuan populer, Adella, juga sudah berteman dengan Shinji.)

Aku menidurkan kepalaku di meja belajarku. Kemudian mulai berpikiran sesuatu mengenai kehidupan aspek di dunia ini.

"Jika saja aku memiliki kemampuan sihir, akan aku hancurkan dunia ini." Aku bergumam kepada diriku sendiri.

Namun, aku tidak mengharapkan hal ini terjadi. Seorang anak menggunakan kacamata ini membalas gumam ku.

"Aku juga sama seperti mu, jika aku memiliki kemampuan sihir. Pasti akan aku hancurkan dunia ini." anak laki-laki ini juga berbicara sambil menidurkan kepala nya di meja belajar nya.

Aku menoleh kearahnya, "Ternyata kau, Sasagawa." Kataku.

Sasagawa membangkitkan kepalanya, menatap ke arahku. "Sepertinya, kita berdua memiliki keunggulan yang sama, Reinhart."

Aku melihat dirinya, dipenuhi dengan kebingungan apa yang dimaksud oleh anak ini.

Sasagawa tertawa karena melihat diriku kebingungan. "Aku tidak bermaksud buruk, apakah kita bisa berteman, Reinhart?" Dia mengulurkan tangannya kepadaku.

Aku memandang ke arah lain, mengabaikan dirinya yang ingin berteman denganku. "Aku tidak tertarik, maaf."

Sasagawa perlahan-lahan menurunkan uluran tangannya. Dia terkekeh melihatku, "Kenapa kau tidak ingin berteman, Reinhart?"

Aku berbicara, namun, pandanganku bukan ke arah Sasagawa. Melainkan ke arah jendela di sebelah ku. "Semua yang namanya pertemanan, pasti akan ada yang namanya pengkhianatan. Kepercayaan yang sudah terjalin, suatu saat akan mengalami pengkhianatan yang tidak diinginkan." Kataku dengan nada tenang dan juga sedikit dingin.

Ini sudah seperti kata-kata motivasi, kan? Motivasi apanya, ini hanyalah kata-kata yang aku ucapkan, karena aku sudah mendapatkan pengkhianatan dari teman yang sudah aku anggap sebagai saudara ku sendiri.

Namun, lagi-lagi ini membuat diriku terkejut. Aku sangat mengharapkan Sasagawa akan membenci diriku, dengan begitu dia akan menjauh dan mendapatkan teman yang layak dari pada diriku.

Tapi, ini diluar dugaan ku. Sasagawa Cukimay, laki-laki yang aneh. Dia malahan kagum mendengar kata-kata yang aku ucapkan kepadanya.

Sasagawa bertepuk tangan sebanyak 5x. "Ini hebat, tidak aku sangka kamu merupakan seorang motivator, Reinhart!" Kata Sasagawa dengan nada semangat.

"Eh, motivator? Apa itu, ini hanya kata-kata biasa saja. Lagipula, kenapa kau kagum dengan ucapan yang kukatakan tadi?!" Aku sedikit kesal kepadanya.

Sasagawa tertawa kecil. Aku semakin kesal melihat nya, karena sepertinya dia mengejek diriku.

Aku segera ingin membalasnya, namun, dia membuka pembicaraan yang langsung merubah pola pikirku.

"Aku tidak tahu, kejadian apa yang telah kamu lalui, Reinhart. Namun, percayalah, akan ada dimana kamu mendapatkan teman seperjuangan, teman saling mengerti satu sama lain, teman duka dan senang."

"Jika kau mendapatkan teman seperti itu, jangan lupakan dia. Teruslah berteman dengannya. Aku pasti, kamu akan bahagia memiliki teman seperti itu, Reinhart." Nada yang diberikan Sasagawa, yaitu nada tenang dan juga lembut.

Ini membuat diriku terkejut, Sasagawa memberikan motivasi yang merubah pola pikirku.

Sasagawa benar. Suatu saat nanti, aku akan pasti bertemu dengan teman yang dikatakan oleh Sasagawa.

Aku tertawa kecil, Kemudian menghela nafasku. "Aku tidak menyangka, sepertinya kamu lah teman yang disebutkan itu, Sasagawa Cukimay."

Sasagawa tersenyum ramah kepadaku. "Jangan panggil namaku panjang sekali, kamu bisa memanggil ku Sasagawa ataupun Cukimay."

"Bagaimana kalau, Cuki, kan?" Aku tertawa setelah mengucapkan nama panggilan nya Sasagawa.

Sasagawa tertawa mendengar namanya, "Baiklah, terserah kau saja, Reinhart."

Sekarang nama Sasagawa akan kupanggil Cuki. Namun, ini hanya berlaku khusus untukku seorang, karena aku adalah temannya.

Cuki mengulurkan tangannya. Aku mengerti maksud dari Cuki, dia ingin kami bersalaman.

Aku Terkekeh melihat ini, kemudian melakukan bersalaman dengan Cuki. Dengan begini, ini adalah pertemanan antara aku dan Cuki. Bahkan sampai kami duduk di bangku kelas 2, juga kami masih berteman dan akrab seperti biasanya.

Ini adalah memori yang tidak bisa aku lupakan begitu saja. Tapi, Cuki sekarang...

...----------------...

Setalah sudah cukup merenungkan hal yang tidak bisa aku lupakan.

Aku kembali masuk kedalam rumah buatan yang aku ciptakan dari elemen tanah ini.

Disaat aku masuk, aku langsung disambut oleh mereka berenam dengan sambutan yang hangat.

"Reinhart, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Venz.

"Bagaimana keadaan mu, Reinhart?" Tanya Jiin.

"Reinhart, apa kau, apa kau sudah mendinginkan hati mu?" Tanya Shinji.

"Sepertinya mental kamu baik-baik saja, kan Reinhart?" Tanya Adella.

"Reinhart, jika kamu masih bersedih, kamu bisa beristirahat untuk menenangkan sedihmu." Kata Mika.

"Maafkan aku, Reinhart. Aku mohon maaf sekali lagi!" Kata Rika, menundukkan kepalanya.

Aku terkejut melihat mereka semua kini memberikan perhatian mereka kepadaku.

"Kalian ini, aku baik-baik saja kok. Terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku." Kataku dengan tenang.

Aku pun teringat dengan kata-kata nya Cuki, bahwa saja jika aku menemukan teman yang salin mengerti, duka maupun senang. Tidak akan kulupakan.

Hei, Cuki. Lihatlah ini, ternyata andai saja kau ada disini. Akan dipastikan, suasana begini akan ramai. Aku membayangkan bagaimana jadinya, jika Cuki masih hidup dan berpetualang bersama kami, mungkin akan menarik jadinya, kan?

Dengan begini, kami semua menjalankan aktivitas kami seperti biasanya. Makan malam, setelah makan malam kami semua duduk di luar di rumah itu.

Kami duduk melingkar, ditengah-tengah kami berdirikan api unggun yang membuat tubuh kami semua hangat.

Aku membuka pembicaraan, "Jadi, Rika, ada yang ingin kutanyakan kepadamu." Tanyaku, menunggu respon Rika.

"Pertanyaan apa, Reinhart?" Kata Rika.

"Kau bilang kau tidak mengingat apapun saat kau menjadi Statue Creator, kan?" Kataku bertanya kepada Rika.

Rika mengangguk. Dia menjawab, "Benar, aku sangat tidak mengingat apapun, setelah aku menjadi Statue Creator."

"Statue Creator? Mungkinkah itu." Adella mengingat kembali kejadian beberapa hari sebelumnya. Kejadian tentang pertarungan mereka melawan Patung humanoid, serta saat Adella disandera oleh Statue Creator.

Adella menghela nafasnya, "Jadi, kau juga tidak akan ingat bahwa kau sudah membunuh Ziin, kan Rika?"

Shinji dan yang lainnya terkejut. Tidak denganku, aku sudah tahu akan kejadian ini.

Rika juga ikut terkejut, dia tidak percaya bahwa dia telah membunuh temannya, Ziin.

"Ya, aku juga tidak akan marah. Karena kamu pastinya tidak akan mengingatnya, Tapi—"

Aku melanjutkan pembicaraan ku, memotong ucapan yang dikeluarkan dari Adella.

"Kita akan menyelamatkan Ziin juga." Kataku, dengan nada tegas. Mereka berenam melihat ke arah diriku bersamaan.

"B-Bagaimana, Reinhart?" Tanya Adella.

"Sudah aku katakan, bukan? Aku akan menjemput Cuki, mau di neraka ataupun surga. Begitu juga dengan Ziin, aku akan membawanya pulang." Ucapku tegas.

"Reinhart. Baiklah, aku setuju denganmu!" Ucap Shinji.

Yang lainnya ikut mengangguk. Menandakan mereka akan ikut bersama ku menjemput Sasagawa Cukimay dan Ziin. Tapi sebelum itu, ada yang harus kutanyakan kepada Rika.

"Tapi, sebelum itu Rika, Bagaimana jiwa kamu bisa bertahan hidup?"

Kenapa aku bilang begini? Sebelumnya, aku mendapatkan informasi dari Great Sage, bahwa ada jiwa yang hidup di dalam diriku. Jiwa ini sudah pernah aku lahap menggunakan Gluttony, pada saat insiden Patung humanoid dan Statue Creator, dimana aku membuatnya pingsan dengan menancapkan Dagger Knife ke lehernya, kemudian aku melahapnya.

Aku terkejut mendengar ini dari Great Sage, aku pikir dia akan mati karena Gluttony memiliki Sub-Ability Soul Consume, kemampuan yang dapat melahap jiwa dengan mutlak.

Sepertinya, disaat Gluttony melahapnya. Great Sage menyadari bahwa Statue Creator adalah manusia awalnya, memiliki jiwa manusia. Itu sebabnya, Great Sage menyelamatkan dirinya.

Rika menjawab pertanyaan ku, "Aku juga tidak tahu, aku hanya mengingat sedikit." Rika terdiam sejenak. "Uhm, Saat aku terbangun, aku mendapati diriku berada di ruang kosong. Ruang yang dimana segalanya hanya kekosongan. Juga ruang kosong itu besar sekali."

Ruang kosong? Apa yang dimaksudkan oleh, Rika? Aku harus mendapatkan informasi lagi darinya. Ini sangat membuatku penasaran.

Rika melanjutkan bicaranya, "Aku merasakan ada seseorang yang berbicara kepadaku, di ruang kosong."

"Seseorang?" Ucap Adella kebingungan.

"Seseorang seperti apa yang berbicara denganmu, Rika?" Aku kembali bertanya.

"Dari yang aku dengar, suaranya sangat dingin, tidak memiliki perasaan apapun. Dia menyebut dirinya, Great Sage." Ucap Rika.

(Sudah aku pastikan. Great Sage menyelamatkan Rika, disaat dia sudah kembali ke wujud manusia nya, namun, masih dalam bentuk jiwa.) Ucap ku dalam hati.

"Great Sage? Sepertinya kedengaran seperti pertapa agung." Ucap Shinji.

"Oh iya, aku ingin bertanya kepada kalian semua."

"Bertanya apa, Reinhart?" Tanya Shinji.

Yang lainnya menunggu pertanyaan dariku.

"Apakah status window kalian semua bisa berbicara?" Tanya ku kepada mereka semua.

Mereka berenam semakin kebingungan dengan pertanyaan ku. Bahkan karena kebingungan, mereka saling tatap menatap satu sama lain.

Shinji mewakilkan mereka, "Status window berbicara? Mana mungkin, Reinhart." Shinji tertawa terbahak-bahak. Diikuti dengan kelima yang lainnya tertawa.

Ini semakin membuatku bingung. Ternyata Status window milikku itu sungguh spesial, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, dari yang aku ingat saat Great Sage berbicara, dia adalah entitas yang membutuhkan inang. Yang berarti, Sebelum diriku sudah ada pengguna Great Sage.

Atau pun, ada lebih banyak pengguna yang menggunakan Great Sage selain diriku? Ini sungguh-sungguh membuatku bertanya.

Namun, Mika memberikan jawaban yang memuaskan bagiku, setelah dia tertawa. "Status window berbicara? Aku seperti pernah membaca itu."

Seketika yang lainnya menghentikan tawa mereka, langsung melihat ke Mika dengan penuh penasaran, begitu juga denganku.

"Pernah membaca dimana?!" Tanyaku.

"Itu, di perpustakaan yang sangat terlengkap dalam sejarahnya." Ucap Mika.

Aku langsung mengingat ini, Venz sebelumnya sudah pernah berbicara mengenai perpustakaan ini. Perpustakaan yang sangat lengkap jika kau ingin membaca buku disana.

''Perpustakaan di Kerajaan August!'' Aku dan Shinji mengucapkan bersamaan.

"Kalian benar! Tapi, dari mana kalian mengetahuinya?" Tanya Mika.

"Venz yang memberitahukan kepada kami." Aku menghela nafas, "Kalau begitu, apa maksudmu kau tahu bahwa status window yang bisa berbicara?"

"Itu bukan status window, melainkan kemampuan yang berbicara. Mereka disebut sebagai “Manas”." Ucap Mika.

"Eh, Manas?"

"Benar. Kemampuan yang memiliki “Pikiran” layaknya manusia. Namun, mereka memiliki kecerdasan seperti para malaikat, bahkan lebih jauh diatas mereka."

Lanjut Mika, "Sejarahnya, Manas tercipta dari Administrator. Namun, aku membaca buku itu dikatakan bahwa Administrator sudah menghapus keberadaan Manas."

Ini benar-benar membuatku terkejut. Administrator menciptakan Manas, namun, kenapa Administrator menghapus keberadaan Manas?

Aku teringat kembali ucapan dari Great Sage. Yang berarti, Great Sage adalah Manas, namun, bentuk yang belum sempurna?

Itu sebabnya aku selalu mendapatkan kemampuan yang sudah diluar akal logika, seperti Magic Eyes of Death. Belum lagi, Magic Eyes of Fear sudah terbuka segelnya baru 1.

Apakah Great Sage adalah Manas yang belum sempurna? Sialan, ada begitu banyak pertanyaan di pikiranku.

"Reinhart, ada apa?" Tanya Adella yang khawatir dengan diriku.

"Oh tidak apa-apa, Adella." Baiklah sudah saatnya melakukan perjalanan kembali.

"Hei, kalian, bagaimana kalau kita pergi ke Kerajaan August. Kita akan ke perpustakaan nya, ada yang ingin aku cari tahu disana, bagaimana?"

Aku menunggu keputusan dari mereka berenam. Aku penuh berharap kalau mereka berenam akan menerima ajakan ku ini, namun, kalau mereka menolaknya, maka aku akan pergi sendirian saja—

"Kami akan ikut denganmu, Reinhart." Kata Shinji mewakili mereka. Yang lainnya memberikan respon mengangguk kepala mereka, artinya mereka semua setuju ingin pergi denganku.

Ini sungguh-sungguh membuatku terkejut. Aku tidak menyangka bahwa mereka berenam akan setuju dengan keputusan dariku, aku pikir mereka tidak akan setuju dan tidak akan ikut. Namun, ini sungguh berbeda, aku sungguh senang.

Aku tersenyum. "Terima kasih, semuanya." Aku bergumam.

"Eh, kamu ngomong apa, Reinhart?" Tanya Mika.

Aku terkekeh. "Baiklah, besok pagi kita akan berangkat menuju Kerajaan August."

"Tapi, Reinhart, Kerajaan August berlokasi 500 Km. Itu akan membutuhkan waktu 10 hari jika kita berjalan. Akan membutuhkan waktu 5 hari, jika kita mengendarai seekor Kuda." Ucap Venz.

Aku terkekeh. "Tenang saja Venz, aku sudah menemukan idenya." Aku melirik ke Adella.

Seketika semuanya juga ikut melirik ke Adella, berbeda dengan Rika, dia kebingungan kenapa kami semua melihat ke Adella, namun, Rika diam saja tidak mengeluarkan ucapan apapun. Bahkan, Rika sepertinya tahu bahwa Adella memiliki kemampuan spesial.

"Eh, kenapa kalian menatapku seperti itu?" Ucap Adella ragu-ragu.

"Apa, kau kan memiliki kemampuan Dragon Control. Kita bisa memanfaatkan kemampuan mu itu untuk pergi menuju Kerajaan August, Adella." Ucap dariku.

Adella menghela nafasnya. "Sudah kuduga, pasti akan tiba hari dimana kemampuan ini akan berguna."

Seketika kami semua tertawa bersama-sama. Dengan begini, perjalanan kami akan mudah dan tidak ada hambatan sedikitpun.

Setelah itu, kami semua memutuskan untuk tidur. Para perempuan tidur di dalam rumah buatan.

Sementara kami yang laki-laki nya tidur diluar hanya bermodalkan selimut dari elemen tanah, ini sungguh tidak adil. Namun, untung saja kami memiliki kemampuan Cold Resistance, memungkinkan kami untuk tidak mengalami kedinginan di luar sini.

...----------------...

Matahari sudah mulai berada di langit. Menandakan hari sudah pagi.

Kami semua sudah siap akan melakukan perjalanan menuju ke Kerajaan August.

"Baiklah semuanya! Kita akan pergi menuju Kerajaan August!" Ucapku dengan semangat.

Dengan begini, kami semua akan pergi menuju Kerajaan August.

Kerajaan yang digadang-gadang memiliki perpustakaan terlengkap dalam sejarah. Dengan begitu, aku bisa memiliki pengetahuan yang tidak aku ketahui tentang dunia ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!