Langit mulai menggelap, dan cuaca tiba-tiba mendung. Rintik-rintik gerimis mulai membasahi bumi. Di tengah gerimis, mobil mereka masih melaju. Menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh seseorang.
"Di sini?" John mengedarkan pandangan saat turun dari mobil. Terlihat sebuah rumah yang kuno terletak di tengah kota tapi tidak memiliki banyak tetangga. Sebelah kanan kiri hanya dipenuhi dengan lahan yang kosong ditumbuhi rumput tinggi.
"Ini kuncinya, Paman." Davin memberikan sebuah kunci yang merupakan alat untuk membuka rumah kuno itu. "Di dalamnya bersih kok. Cuma dari depan saja kelihatannya kotor. Kakek saya sering membersihkan rumah ini," jelasnya saat mereka berjalan memasuki rumah yang di depannya sangat kotor. Banyak daun berjatuhan dan dibiarkan begitu saja hingga menutup jalanan.
"Terimakasih, Nak. Kamu sudah mau membantu kami."
Davin mengangguk hormat dan melirik ke arah Diantha lalu tersenyum tulus.
"Sepertinya aman jika kita di sini. Semoga saja Samantha tidak akan menemukan kita di sini."
Semuanya merasa lega karna merasa berada di tempat yang aman. Tapi tidak dengan putri sulungnya. Wajahnya tampak ditekuk dengan melipat tangannya di dada.
"Celand, kenapa kau sedari tadi diam saja?" tegur John merasa ada yang janggal.
Dengan wajah yang masam, ia menoleh dan menatap sang ayah.
"Apa Ayah tak sadar?? Kita pindah jauh sekali. Rumah ini dengan jarak butik ku sangat jauh sekali. Aku akan lelah diperjalanan nantinya," gerutunya.
John malah tertawa singkat. "Jika tidak mau lelah setiap hari, tinggal saja di butik mu. Itu butik mu sendiri. Hasil jerih payah kamu sendiri. Nikmatilah sendiri!" akhir katanya dipertegas dan John beranjak pergi lalu disusul Raissa dan Diantha.
***
Masih sama seperti cuaca kemarin, pagi ini pun langit tiba-tiba mendung. Tak terlihat matahari menampakkan diri. Dirinya malas untuk bangun karena ia pikir masih belum pagi. Karna tak ada sinar mentari yang masuk ke dalam kamarnya. Ia masih bergelung dalam selimut dan menikmati empuknya ranjang mewahnya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Masuk ...." teriaknya karna ia sengaja tak mengunci pintunya. Matanya masih terpejam karna ia sudah hafal kalau pelayan pasti datang untuk memberikan makanan.
SREETTTT ....
Anell langsung membuka mata saat mendengar suara yang aneh.
"Mau apa kalian?"
Di dalam kamarnya ternyata ada empat pelayan. Mereka masing-masing sedang membuka koper dan bergantian memasukkan pakaian miliknya juga suaminya.
"Mau diapakan bajuku?" Ia lantas turun dan menyingkirkan pelayan tersebut yang dianggapnya telah lancang.
"Maaf, Nyonya. Ini perintah dari nyonya Floren. Kita disuruh mengemasi barang-barang Anda dan tuan Arsen secepatnya." Mendengar pengakuan dari pelayan, ia buru-buru turun dan berniat menemui Floren. Dengan segala kemarahan sekaligus kebingungan yang menjadi satu.
"Nyonya, tunggu!" teriaknya menggema dan berlari cepat menghampiri Floren yang ingin bepergian.
"Apa maksud Anda menyuruh pelayan untuk mengemasi bajuku dan baju Arsen?" tanyanya dengan lantang.
Dengan gaya angkuhnya sembari menenteng tas bermerk, beliau menatap acuh menantu pertamanya itu.
"Pergilah! Angkat kaki dari rumah ini. Ini rumah saya," jawabnya sesantai mungkin.
"Anda waktu itu melarang Arsen untuk pergi bersama tuan Samantha. Lalu sekarang, Anda ingin mengusirnya? Jahat sekali!!!!" Matanya melotot merasa kesal dengan ibu tiri Arsen itu.
"Ma, pergi sekarang?" Derlin tiba-tiba datang dan mengajak ibunya untuk pergi. Adanya dia di situ pun tak dihiraukan oleh adik iparnya itu. Tapi memang untuk akhir-akhir ini mereka sudah tak pernah mengobrol berdua lagi.
"Apa dia tak lihat aku di sini?"
"Nyonya, semua barang-barangnya sudah selesai kita packing."
Hembusan angin menerpa kulitnya dan terasa merinding. Karna hujan baru saja reda. Jadi, angin yang berhembus terasa dingin. Ia lirik pria yang berada di sampingnya, terlihat raut wajahnya yang tak bersemangat.
"Tidak masalah. Kita tinggal di rumahku saja," ujar Anell membuat suasana tidak tegang.
Mobil yang ia tumpangi tiba-tiba berhenti. Arsen yang duduk di kursi kemudi menoleh ke arahnya.
"Belikan air minum cepat," suruhnya sembari menunjuk toko kelontong di pinggir jalan. Ia akhirnya turun dan berjalan menuju toko itu
BREMMMMMMM .....
Mobil melesat dengan cepat. Dengan tega ia menipu istrinya. Yang mana istrinya disuruh beli minum tapi dirinya memang sudah niat meninggalkan.
"Heyyyyyy!!!!"teriak keras Anell. Dia sampai berusaha mengejar mobil itu tapi tak sampai.
Alhasil dirinya celingukan karna merasa bingung harus bagaimana. Jarak ke rumahnya memang sebentar lagi, tapi jika dia harus jalan kaki itu akan sangat melelahkan.
"Baju-bajuku ...." Ia baru sadar bahwa baju-bajunya ada di dalam koper juga beberapa barang bawaannya.
Arsen melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mobil ini adalah satu-satunya harta berharga miliknya sendiri karna hadiah ulang tahun Samantha untuknya.
Pikirannya sedang kalut saja. Ia ingin melampiaskan segala kekesalannya tapi di tempat yang jauh.
"Nona, butuh ojek?" Seorang pria paruh baya tiba-tiba menghampirinya dan menawarkan jasanya.
"Bapak tukang ojek?" tanyanya.
"Iya, Nona."
Dirinya sangat bersyukur sekali karena akhirnya ada juga kendaraan yang bisa mengantarkannya ke rumah.
"Loh, kok sepi." Saat ia sampai di rumah malah terlihat sepi. Sebenarnya ia juga terpaksa kembali ke rumah itu lagi. Tapi karna tak punya pilihan lain, akhirnya ia mau kembali ke rumah tapi dengan Arsen. Tapi sayangnya Arsen malah pergi meninggalkannya.
Saat ia ingin membuka pintu tapi ternyata terkunci. Dan ia baru sadar kalau dia memiliki kunci cadangan di tasnya.
Dengan sekali putar, pintu berhasil di buka. Tapi seperti yang dilihat tak ada tanda-tanda kehidupan. Rumahnya sepi tak ada siapa pun.
"Dimana Ayah? Ibu? Kak Celand?KaK Diantha?" Anell memeriksa kamar mereka satu persatu. Dan ia merasa aneh dengan kamar mereka.
"Kenapa barang-barang mereka tidak ada?" Masih dengan rasa penasaran, ia pun membuka lemari baju dan betapa tercengangnya karna baju mereka tak ada sehelai pun di lemari.
Dia merasa panik sekarang, yang pertama ia khawatirkan adalah ibunya. Ibunya sekarang ada di mana?
Karna malam telah tiba, dirinya memilih untuk beristirahat lebih dulu. Di kamarnya sendiri yang tak pernah ada perubahan di dalamnya.
Dia melepas rindu akan kamar kesayangannya itu. Saat ia ingin memejamkan mata, terdengar bunyi bel pintu. Dengan rasa malas, ia pun berjalan ke depan untuk melihat siapa yang datang.
Saat membuka pintu, angin secara tiba-tiba berhembus membuat rambutnya berkibar.
"Arsen! Kok basah?" Suaminya tiba-tiba datang ke rumahnya. Berbekal dengan alamat yang pernah dia kasih.
Dia sebenernya masih kesal dengan suaminya karna meninggalkan dia di jalan tadi. Tapi melihat kondisinya yang datang dengan basah kuyup seperti itu membuatnya iba. Apalagi terlihat bibirnya yang sudah pucat.
"Kamu hujan-hujanan? Kaya anak kecil sih!" sewot Anell kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
4U2C
𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻 𝘀𝗶𝗸𝗶𝘁 𝘆𝗮 𝘁𝗵𝗼𝗿,,𝗸𝗮𝗹𝗮 𝘆𝗮 𝗽𝘂𝗻 𝘁𝘂𝗹𝗶𝘀𝗹𝗮𝗵 𝗻𝗮𝗺𝗮 𝗸𝗮𝗿𝗮𝘁𝗲𝗿𝗻𝘆𝗮,,𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗯𝗶𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶 𝘀𝗮𝗽𝗮 𝗱𝗶𝗿𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗶𝘁𝘂..
2024-02-20
2
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Kasihan Anell udah aja oisah dari pada sering sakit hati
2024-01-21
2
Nar Sih
hidup arsen kok penuh misteri yaa
2024-01-21
1