Guratan-guratan kecemasan yang tercipta di wajah wanita paruh baya itu tak dapat disembunyikan. Beserta air matanya yang sesekali menetes tak dapat dicegah. Putri keduanya hanya bisa memeluknya, memberikan ketenangan.
"Jangan berlarut dalam kesedihan terus menerus. Aku tidak bodoh. Aku pasti akan mengusahakan cara agar putri kita kembali," ucap John sembari memijit kepalanya yang mendadak pusing.
"Omong kosong!!!!!!"
PYAAARRRRRR!!!
Raissa melempar cangkir teh ke arah suaminya, hingga pecahan kaca itu hampir mengenai kakinya yang telanjang. Sambil menyeka air matanya, ia berlari masuk kamar. Diantha menyusul ibunya yang buru-buru masuk ke dalam kamar. Ia tak mau melihat ibunya sendirian, ia takut ibunya akan nekat.
"Apaan sih! Pagi-pagi sudah berisik!!!!!" Celandine datang dengan wajah cantiknya. Di pundaknya sudah ada tas bermerk terkenal yang menjadi andalannya untuk menyimpan barang-barang berharga.
John menatap putri pertamanya dengan acuh. Alasan keterpaksaan dia menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Samantha adalah karna putrinya yang pertama tidak mau memberikan tabungannya untuk melunasi hutangnya lebih dulu. Ia tak mau menyalahkan, memang itu kesalahannya tapi terkadang egoisnya putri pertamanya membuatnya kesal.
"Apa yang perlu dipikirkan dan disesali??? Aku yakin Anell hidup sejahtera di sana. Berkecukupan. Makanan lezat dan tempat tinggal yang mewah." Ia mengoceh sepanjang jalan hingga dirinya keluar dari pintu. Ia mengendarai mobil miliknya yang dibelinya second. Ini adalah pencapaiannya yang sangat membanggakan.
"Nomer Anell tidak bisa dihubungi! Tidak aktif! Bagaimana ini??????" Tiba-tiba Raissa keluar dari kamar dengan wajah panik. Ia barusan mencoba menghubungi putri bungsunya, tapi malah tidak dapat tersambung.
"Cepat kamu telfon Samantha itu!!!! Aku ingin bicara dengan putriku," desaknya. Tapi malah respon John diluar dugaan.
"Tidak bisa." John menggelengkan kepala, ia terduduk pasrah dengan wajah yang pucat. "Setelah Anell menikah, kita tidak boleh berhubungan dengannya sebelum satu tahun pernikahan mereka."
"AAAAPPAAAAAA!!!!!"
BRUGGGHHH ....
Raissa jatuh pingsan seketika.
"Ibu ......" Diantha menjerit sembari menangis memanggil-manggil ibunya.
****
"Duduklah, Anell," suruh seorang pria yang umurnya tak jauh beda dengan ayahnya. Tapi pria paruh baya itu terlihat lebih berkarismatik di usianya yang tak muda lagi.
Anell tersenyum singkat dan langsung duduk di sebuah kursi kayu berwarna coklat mengkilap. Suasana di ruangan kerja milik beliau terasa sunyi. Ruangan yang letaknya ada di lantai paling atas rumah ini. Ia pikir ruang kamar miliknya sudah berada paling atas, ternyata ada lantai atas lagi.
Rumah megah bak istana ini ternyata memiliki 4 lantai. Menjulang tinggi hampir menyentuh langit. Tampak luar bangunan mewah ini terlihat sangat modern, tapi saat kita memasukinya banyak hiasan-hiasan kuno dan detail-detail masa lampau di setiap barang-barang di rumah ini.
"Anell, kamu adalah putri dari sahabat saya-John. Tentu aku sangat menyayangimu seperti menjaga hubungan persahabatan antara saya dan John. Apalagi sekarang kamu sudah menjadi bagian keluarga saya. Menantu baru di keluarga ini." Samantha menjeda ucapannya sebentar.
Lalu melanjutkan perkataannya lagi sembari menatap seksama gadis kecil di hadapannya. "Kamu masih muda, Anell. Tapi saya lihat kamu lebih dewasa dari umur kamu sekarang."
Anell hanya terdiam seraya mendengarkan kata demi kata yang terucap dari bibir pria paruh baya itu. Ia merasakan canggung dan juga ketidaknyamanan. Apalagi hanya berdua di ruangan yang jauh dari ruang-ruang lain.
"Jangan takut, Anell. Saya ini adalah Papa mertuamu. Mulai sekarang panggil saya Papa Samantha. Kehidupan kamu akan terjamin di sini. Selagi kamu menjadi istri yang baik dan patuh untuk putra saya-Arsenio. Saya harap kamu bisa meluluhkan hatinya yang keras dan menciptakan senyuman yang telah lama ia sembunyikan."
Samantha mengeluarkan sesuatu di dalam lacinya. Sebuah map berwarna hitam yang di dalamnya terdapat tumpukan kertas yang tebal.
"Tolong berikan pada Arsen. Suruh dia menandatangani berkas ini semua."
Sembari memeluk map yang berisikan berkas penting, Anell memilih menuruni tangga daripada naik lift. Menuruni tangga setapak demi setapak dengan suasana hening membuat dia bisa bernapas leluasa.
Suasana rumah mewah ini lambat laun membuatnya merasa takut. Jiwanya yang pemberani seakan merasa menciut di sini.
"Anell, kau gadis pemberani!" Ia selalu menguatkan dirinya sendiri. Entah apa pun rintangan, hambatan atau pun takdir buruk di hadapannya, ia harus mampu melewatinya semua.
"Ya Tuhan!" Saat ia membuka pintu kamar, ia dikejutkan oleh beberapa pelayan yang sudah berdiri di dalam kamarnya.
"Ini makan siang untuk Nyonya dan tuan Arsen."
Anell langsung melirik jam dinding di kamarnya, tepat pukul 12 siang. Pelayan di sini sangat tepat waktu dalam memberikan makanan.
"Baik, terimakasih," ucapnya. "Tunggu!" Ia berbalik badan dan menatap para pelayan yang langsung berhenti.
"Iya, Nyonya."
"Lain kali jangan asal masuk ke kamarku. Sekalipun tidak dikunci. Saya tidak suka. Walaupun kalian seribu kali mengetok pintu tidak ada jawaban, jangan sesekali masuk tanpa ijin. Tunggu diluar sampai saya yang membukakan pintu."
Kamar adalah ruang pribadi. Tidak sembarangan orang masuk. Ia tampak tak suka dengan cara pekerja pelayan yang asal masuk ke ruang kamar.
"Maaf, Nyonya. Tapi dari dulu memang ruang kamar tuan Arsen tidak pernah dikunci. Itu mempermudah kami untuk masuk dan memberikan makan. Karna tuan Arsen lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan melukisnya," jawab pelayan membela diri.
"Iya itu dulu! Sekarang sudah ada saya. Saya istrinya!" tegasnya dan pelayan tersebut langsung mengangguk patuh.
Setelah pelayan tadi pergi, Anell melirik hidangan sarapan yang ia letakkan di depan pintu ruangan melukis suaminya. Hidangan tersebut sudah tidak ada, sudah dipastikan pasti sudah dihabiskan oleh suaminya.
"Ternyata dia merasakan lapar juga?"
Setelah kejadian tadi pagi, Arsen mengetok pintu dengan keras membuatnya semakin takut berhadapan dengan suaminya sendiri. Bahkan saat selesai mandi pun, Arsen langsung kembali ke ruangan melukisnya lagi dengan wajah tertutupi oleh rambut panjangnya yang berantakan.
"Pernikahan macam apa ini!!!!" Tak sadar Anell melempar map yang berada di tangannya hingga isi di dalamnya tercecer semua di atas lantai.
"Mati aku!"
Beberapa kertas terbang di udara dan ia langsung melompat untuk mengambilnya.
BRUGHH....
Dia jatuh dan menginjak beberapa berkas di lantai.
"Aduhhh kusut!" Anell merutuki kebodohannya sendiri, bisa-bisanya ia tak sadar bahwa yang ia lempar adalah map pemberian Samantha.
KRIIEETTTTT .....
Bunyi derit pintu kayu terdengar nyaring. Anell dengan wajah panik langsung menatap ke sumber suara. Dirinya yang masih jongkok di atas lantai langsung mengangkat wajahnya dan melihat dari bawah sosok pria yang tinggi tegap itu. Juga wajahnya yang seram.
DRAP.
DRAP.
DRAP.
Pria itu berjalan mendekat dan Anell sangat ketakutan. Melihat banyak kertas berceceran menyita perhatiannya. Ia menunduk dan mengambil salah satu kertas yang berada di dekat Anell, membuat gadis itu keringat dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
😘😘
2024-09-07
2
Anonymous
br pernah tau samantha nama cowo
2024-04-07
1