Dahinya berkerut saat membaca salah satu lembaran kertas putih yang telah ia pegang. Sedangkan Anell bergegas memunguti kertas yang lain dan langsung memeluknya dengan erat. Tatapan matanya yang tajam membuat Anell semakin ketakutan.
SRETTT..
SRETTT..
Kertas itu dirobek tanpa ampun dan dilemparkan ke wajah Anell.
"Buang kertas itu jauh-jauh!!!!"
BRAKKKK!!!
Arsen masuk lagi ke ruangan melukisnya. Dia berjalan menyelusuri lorong ruangannya yang gelap. Tak ada yang ia lakukan selain melukis dan melukis.
"Kenapa dirobek? Padahal aku belum menyuruhnya untuk menandatangani ini. Kalau papa Samantha tahu, bisa habislah aku!"
Anell memunguti serpihan kertas yang telah dirobek menjadi beberapa lembar. Ia tak paham soal isi dari kertas-kertas tersebut.
***
"Kenapa kak Arsen gak ikut sarapan bersama?" Derlin yang merupakan putra bungsu Samantha tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan.
"Bukan hal yang aneh lagi. Dia memang tak pernah mau berkumpul bersama," jawab Marvel seraya menyantap roti selai kacangnya.
"Habiskan sarapan mu, Derlin," ucap Floren sambil menatap putra bungsunya yang tadi malam baru saja sampai. Setelah ia menyelesaikan kuliahnya di luar negeri.
"Aku mau ke kamar kak Arsen dulu, Ma."
"Derlin!" Samantha yang sedari tadi diam tiba-tiba mengeluarkan suaranya. "Duduklah dan lanjutkan sarapan mu. Kakakmu Arsen sudah menikah, dia sudah memiliki istri. Kamu tak perlu mengkhawatirkannya lagi," lanjutnya kemudian.
Derlin memang sudah diberitahu bahwa Arsen baru saja melangsungkan pernikahan. Dan sayang sekali ia tidak bisa menyaksikan kakaknya menikah. Karna ia baru bisa sampai tadi malam.
"Baiklah, Pa." Derlin akhirnya duduk kembali dan melanjutkan sarapannya.
"Marvel, bagaimana persiapan pernikahan kamu dengan Tarra?" tanya Floren kemudian.
"Kak Marvel juga akan melangsungkan pernikahan di waktu dekat ini?" Soal rencana pernikahan Marvel, Derlin memang belum diberitahu. "Ma, kenapa Derlin tidak tahu?"
"Ya ini di kasih tahu," jawab Floren santai.
DRAP.
DRAP.
DRAP.
Seorang wanita terlihat menuruni tangga dengan kehati-hatian. Sudah separuh tangga ia pijaki dan terlihat banyak orang sedang duduk di meja makan. Ia merasa malu karna seluruh mata memandang ke arahnya.
"Anell, apa yang membuatmu sampai harus turun ke bawah? Kau bisa memanggil pelayan untuk membawakan sesuatu yang kamu butuhkan," ucap Samantha.
Anell semakin kikuk dan badannya terasa kaku. Wajah-wajah dari keluarga Samantha menurutnya tak terlihat ramah. Apalagi istri dari Samantha-Floren, selalu menatapnya dengan sinis. Marvel-putra pertama juga selalu menatapnya dengan acuh. Dan ada sosok pria yang wajahnya asing, tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Oh ... Ini istrinya kak Arsen?" Derlin langsung bangkit dan menghampiri Anell yang berdiam diri di dekat tangga. "Hallo, Kak. Kenalin aku Derlin, adik dari kak Arsen."
Anell dengan malu-malu menerima jabatan tangan dari adik iparnya. Perlu diakui wajah Derlin sangat tampan. Kulitnya putih bersih, rambutnya kecoklatan dan berlesung pipi sangat manis.
"Selamat atas pernikahan kalian. Maaf aku tidak bisa hadir saat acara pernikahan kalian."
"Ehemm! Derlin, makananmu belum habis." Floren mengingatkan akan makanan Derlin yang ditinggalkan begitu saja.
"Anell, apa yang kamu butuhkan? Biar Papa panggilkan pelayan."
Anell langsung menggeleng. "Tidak, Pa. Anell hanya ingin mengambil sesuatu di dapur," katanya dan bergegas pergi ke dapur.
"Nyonya, ada yang perlu saya bantu?"
Anell langsung terjingkat kaget saat melihat pelayan tiba-tiba ada di belakangnya sekarang. Ia pikir di dapur ini sepi.
"Oh, tidak. Aku hanya ingin mengambil buah-buahan." Sebenarnya Anell tidak benar-benar ingin mengambil buah-buahan. Ia tadinya tidak sengaja jalan-jalan menyelusuri rumah mewah ini, hingga ia tak sadar telah menuruni tangga yang menghubungkan ke lantai bawah lalu terjebak dalam situasi tadi. Tidak mungkin ia tiba-tiba naik ke atas lagi disaat seluruh mata telah memandanginya dari tadi.
Tapi ia baru tersadar akan situasi yang ia lihat tadi.
"Kenapa Arsen tidak diajak sarapan bersama? Kenapa pelayan selalu mengantarkan makanan ke atas?" Ia memang telah menduga bahwa mungkin saja Arsen yang menolak. Karna lelaki itu sepertinya sangat tertutup.
***
"Diantha, apa yang kamu lakukan?" Pria bertubuh tinggi, kurus dan berkacamata itu menatap karyawatinya dengan heran. Entah sudah berapa kali wanita itu mengambil lalu menaruh buku itu ke rak berulang kali. "Mau ditaruh apa gak bukunya?" Ulangnya lagi berusaha menyadarkan Diantha yang sepertinya sedang tidak fokus hari ini.
Setelah mengambil cuti beberapa hari, baru hari ini ia mulai masuk kerja kembali. Tentu masih dengan suasana hati dan pikiran yang sedang tidak baik-baik saja.
"Maaf, Bos," ucapnya dengan rasa bersalah.
"Kalau ada masalah jangan bawa-bawa ke kerjaan. Kamu harus profesional."
Diantha mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya lagi sebagai karyawati di sebuah toko buku terbesar di kotanya.
Dia sudah bertahun-tahun kerja di sini. Dan perlu diakui ia nyaman dengan pekerjaannya sekarang.
Tepat pukul 17.00, Diantha bergegas keluar. Dia pulang tepat waktu hari ini tapi bukan rumah yang menjadi tujuannya pulang.
"Kak ....." Di sebuah ruangan yang bernuansa girly itu, Diantha masuk tanpa permisi. Ia menatap kakaknya yang sedang bermain dengan pensilnya di atas sebuah kertas putih polos.
"Tumben ke sini." Celandine menatap adiknya sekilas dan kembali melanjutkan goresan pensilnya di atas kertas tersebut. Sebuah desain baju yang harus ia selesaikan tepat waktu.
"Kita tidak boleh diam aja, Kak. Kita harus mengeluarkan Anell dari keluarga itu." Masih tentang Anell-adik bungsunya, Celand merasa pusing mendengar nama adiknya selalu disebut-sebut.
"Nasi sudah menjadi bubur, Diantha. Lagipula Anell juga pasti merasa bahagia di sana. Menikmati kemewahan yang tak terkira."
Kedua mata Diantha berkaca-kaca, ia mengingat betapa terpukulnya sang Ibu-Raissa. Setiap malam Raissa selalu tidur di kamarnya dan selalu saja menangis merindukan Anell.
"Keluarga Samantha melarang Anell berkomunikasi dengan kita selama satu tahun, Kak. Atas dasar apa mereka melarang? Apa yang sedang direncanakan mereka?"
DEG.
DEG.
Celandine terkejut mendengar pernyataan dari Diantha. Soal itu ia benar-benar tidak tahu dan baru ia ketahui sekarang.
"Kak, ayo kita ke rumah Samantha. Aku ingin melihat keadaan Anell. Aku khawatir."
Sebagai kakak tertua, tentu Celandine sama-sama khawatirnya. Apalagi saat mendengar fakta soal suami Anell dari ayahnya.
"Pria yang akan dinikahkan nanti dengan Anell adalah putra kedua dari Samantha. Yang katanya terkenal buruk rupa, kasar dan menjijikkan. Wajahnya jelek karna terdapat luka bakar yang masih membekas dari sejak wajahnya terbakar waktu dirinya kecil."
Celandine langsung bergidik ngeri membayangkan harus bersuamikan pria berwajah menjijikkan itu. Apalagi saat upacara pernikahan, ia melihat dengan jelas bahwa pria yang menjadi calon suami adiknya memang jelek. Ia menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya, sungguh tak menampakkan ketampanan sedikitpun seperti saudaranya yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
semangat anel jangan nyerah,selalu berpikir positif
2024-09-07
2
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Kasihan Anell harus menanggung penderitaan karena hutang ayahnya
2024-01-11
1