“Mana. Sudah jauh ini perjalanan kita tapi tak sampai-sampai juga.“
Mengeluh si Danny akan perjalanan yang dirasa melelahkan itu. Apalagi jalanan semakin tidak mengenakkan. Banyak onak duri serta tanah yang tak rata. Juga semak belukar yang tambah rapat saja walau hutan yang di lalui ini masih homogen. Belum banyak tanaman liar yang ditemui.
“Sabar dong, ini kita tengah menuju ke sana. Separuh jalan. Dan bakalan segera sampai.“
Nampak tenang gadis itu. Maklum biasa ke hutan. Banyak keperluan yang bisa diperoleh saat berada di tempat sunyi yang banyak tumbuhan itu. mAkanya sebagai gadis hutan tak merisaukan kondisi sepi begini.
“Kau bilang separuh jalan terus, kapan sampainya, kalau begini.“ Semakin mengeluh. Sebab separuh mestinya satu bagian penuh yang terbagi dua. Dan semestinya kali ini juga demikian. Tetapi namanya perjalanan tidak bisa di kata demikian. Ada kalanya sudah melaju lebih dari 50 persen akan dikatakan demikian. Atau baru beberapa kilo yang semestinya sangat jauh namun bisa di bilang begitu. Sebab dalam perjalanan itu orang tidak pasti memperhatikan jarak. Yang berdasarkan perkiraan, kiranya sudah menempuh waktu sejauh itu. Itulah makanya di bilang demikian.
“Kan kita menuju lokasi lain tadi, jadi menyimpang dari jalur ini. Makanya menjadi lumayan lama, sebentar lagi juga sampai,“ jelas Sara. Dia juga tak ingin selalu mendapat cemoohan akibat kesalahan yang tidak sampai di lokasi tepat seperti tujuan awal. Walau begitu hal ini hanya sekedar jawaban supaya langkah mereka juga tidak membuat pusing sebab dikira tengah melakukan kesalahan arah yang berujung pada keliru nya lokasi, sehingga nantinya tidak tepat waktu saat sampai di titik akhir yang di tuju.
“Benar ya. Aku sudah merasa capek,“ ucap Danny. Setelah berhasil melihat keanehan itu, nanti bakalan istirahat yang panjang untuk mengganti perjalanan melelahkan yang bisa di bilang menguras habis seluruh tenaga tersebut. Bahkan air yang di bawanya juga sudah lenyap seiring dengan hilangnya tenaga, serta hanya merubah jadi keringat saja. Itulah makanya hal demikian seakan membuat pemikiran kalau ini sekali lagi keliru, maka benar-benar di rasa habis seluruh tenaga. Mana untuk mencari makanan tentu akan kesulitan, tak semudah saat kita berjalan di kota, di mall atau bahkan di dalam rumah makan, yang semua itu tinggal tunjuk saja, akan tetapi butuh juga pendanaan untuk mengganti semua itu. Karena jika tak membawa apapun, juga pada enggan untuk memberikan barang dagangan tadi. Jadi, walaupun berada dalam keramaian, akan tetapi rasanya tengah melintas di hutan sepi yang sama saja tidak akan bisa mengisi kekosongan perutnya dengan apa yang Nampak di depan itu. Makanya kalau jalan-jalan ke lokasi ramai juga mesti di perhatikan barang bawaan. Sementara jika berada dalam hutan yang sunyi sepi begitu, maka buah-buahan serta apa yang tertanam di dalam tanah masih bisa di manfaatkan. Walau itu milik penduduk, terkadang meminta juga bakalan di berikan, sejauh tahu diri.
“Iya. Aku sering ke sana. Jadi sudah biasa dan nggak bakalan keliru lagi, soalnya tempat tersebut sangat aneh, jadi mana mungkin kita lupa,“ jelas Sara yang sudah yakin kalau jalur menuju goa misterius itu sudah tepat dan tak mungkin tersesat lagi. Selain memang jalan itu tak banyak jumlahnya, juga percabangannya tidak banyak. Semua hanya semacam jalanan setapak yang tak bisa di lalui kendaraan bermotor. Jadi titik keliru nya lumayan sedikit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments