Di hutan.
“La La….“
Hutan ini lumayan lebat. Forest. Dan bukan jungle. Dimana banyak tanaman hutan yang sejenis. Karena memang sengaja di tanam. Terutama jenis pohon yang menghasilkan. Ada pinus. Jati. Juga karet. Semua itu adalah tumbuhan yang bermanfaat, terutama untuk satu tujuan tertentu. Sehingga perusahaan nanti tidak merugi, karena sangat di perlukan oleh pihak pabrik yang sudah mempunyai alat lengkap guna membantu mengalir bantuan akan kemana larinya kayu-kayu yang bagi kebanyakan orang tak banyak gunanya itu, akan tetapi bagi yang tahu dan bisa mengolahnya itu menjadi sebuah benda yang sangat berharga serta begitu di butuhkan di kehidupan sehari-hari. Jadi tak banyak kesulitan kala membutuhkan bahan baku tadi, sehingga harga di pasaran akan melambung kalau jumlahnya sedikit.
“Aduh…“
Kebetulan di sini banyak tanaman jati. Akarnya sampai tersandung. Tanaman sejenis yang tentu saja kemungkinannya sengaja di tanam. Jadi selain tumbuhan tadi bakalan sudah di buang kalau tidak sama. Sebagai imbas dan perhitungan jika banyak yang tumbuh, maka akan saling berebut makan, sementara lahannya sama. Dan tumbuhan liar itu sangat mudah tumbuh, serta mengalahkan tanaman utama yang sengaja di tanam, namun dengan sendirinya akan terkalahkan sama benda yang tak di harapkan tadi. Logikanya memang, biarpun tidak sengaja di tanam dan berada di lahan yang sulit bisa tumbuh subur, maka pada tempat yang bagus, dengan pengolahan tanah yang memadai serta banyaknya pupuk tambahan, maka akan lekas membuat tumbuhan liar itu tumbuh dengan subur. Maka dengan pengolahan yang bagus, akan menghilangkan segala gulma penyakit tadi untuk membiarkan apa yang di harapkan tumbuh subur seiring waktu, sehingga kalau sudah besar, dia akan lebih banyak menjangkau makanan dari dalam tanah, serta lebih bisa menguasai keadaan di banding tumbuhan liar yang cakupannya lebih pendek saja.
“Ah.. Capek.“
“Minum.“
Diambilnya air itu dalam sebuah tempat semacam gembes atau sejenis termos tempat air dingin yang di selip pada pinggang bersandingan dengan tempat pistol mainan. Perjalanan nya memang lumayan jauh. Satu kilo bisa naik kendaraan. Satu kilo lagi tak bisa. Selebihnya mencari-cari dan terus menelusup ke hutan. Dimana hanya ada jalan setapak. Di situ tinggal menurut saja pada apa yang sudah biasa dilalui oleh para orang hutan yang memang sering keluar masuk lokasi tersebut. Tidak hanya petugas namun warga masyarakat sekitar yang mencari kayu. baik kayu gelondongan maupun kayu bakar, sering melewatinya. Membuat jalanan menjadi lumayan lega untuk di lalui oleh para pelintas yang menuju lokasi sama.
“Burung… Mana burung. Gua tembak!“
Di hutan lebat. Terus saja celingukan mencari apa yang di cari. Barangkali saja binatang itu ada menyelip diantara dedaunan lebat. Atau cabang-cabang pohon yang juga kuat. Di situ biasanya tersembunyi dengan warna yang hampir sama sebagai kamuflase alami buat melindungi diri dari bahaya yang sewaktu-waktu datang, karena rimba ini benar-benar kejam untuk mahluk yang saling ingin membutuhkan makanan sehat dan sempurna.
Sehingga asal ada kelebatan sedikit saja sudah langsung terpancing, serta bakalan langsung membidik, atau bahkan melontarkan peluru yang memang demikian saja, dengan tidak banyak mengeluarkan pengrusakan pada yang kena. Bahkan untuk benda kuat, belum tentu bisa menembus, terutama jika jaraknya sudah tergolong jauh. Dan itu membuat kecepatannya melemah, serta daya dorongnya sudah tak sanggup menembus benda keras tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments